Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 November 2018
Baca: 3 Yohanes 1:1-4
"Saudaraku yang kekasih, aku berdoa, semoga engkau baik-baik dan
sehat-sehat saja dalam segala sesuatu, sama seperti jiwamu baik-baik
saja." 3 Yohanes 1:2
Tuhan memiliki rancangan yang indah atas hidup orang percaya, yaitu: "...rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." (Yeremia 29:11). Hal ini kembali Tuhan tegaskan: "...Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan." (Yohanes 10:10b). Dengan kata lain rencana Tuhan atas hidup orang percaya itu sempurna adanya yaitu supaya kita memiliki kehidupan yang berkelimpahan.
Inilah yang menjadi pokok doa rasul Yohanes untuk Gayus, yaitu supaya ia dalam keadaan baik-baik dan sehat-sehat saja. Kata baik-baik saja dalam Alkitab versi King James Version ditulis prosper yang berarti makmur. Salah satu langkah yang dapat menuntun kita kepada hidup yang berkelimpahan (makmur) adalah kita harus bisa mengelola keuangan secara bijak supaya taraf ekonomi kita pun semakin meningkat. Kata ekonomi merupakan gabungan dari dua kata yaitu oikos yang berarti rumah dan nomos yang artinya pengelolaan; dan jika kedua kata tersebut digabungkan maka ekonomi berarti pengelolaan atau pengaturan rumah tangga, dan dari pengertian ini akhirnya berkembang menjadi pengolaan atau pengaturan keuangan. Kemampuan kita mengelola uang akan menentukan kepercayaan Tuhan kepada kita atas kekayaan-Nya.
Hal utama adalah prioritaskan persepuluhan (Maleakhi 3:10) karena itu adalah perintah Tuhan. Janganlah pula kita memiliki gaya hidup konsumerisme atau bersifat konsumtif, alias boros. Alkitab menyebutkan bahwa orang yang boros itu sebagai orang yang bebal. Seringkali kita mengeluarkan uang bukan untuk hal-hal yang benar-benar penting dan kita butuhkan, tetapi hanya sekedar menuruti keinginan mata. Ada tertulis: " Harta yang indah dan minyak ada di kediaman orang bijak, tetapi orang yang bebal memboroskannya." (Amsal 21:20). Maka dari itu milikilah sikap hidup yang hemat dan sederhana. Hemat bukan berarti pelit atau kikir. Berhati-hatilah, sebab orang yang kikir tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Sorga (1 Korintus 6:10).
Taat melakukan firman Tuhan dan mampu mengelola dengan bijak apa pun yang Tuhan percayakan adalah kunci untuk kita mengalami hidup yang baik!
Friday, November 2, 2018
Thursday, November 1, 2018
MENGUTAMAKAN TUHAN ATAU YANG LAIN?
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 November 2018
Baca: Matius 6:25-34
"Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." Matius 6:33
Banyak orang Kristen sudah hafal ayat nas di atas! Kita semua mengerti bahwa firman Tuhan memerintahkan kita untuk mencari terlebih dahulu Kerajaan-Nya dan kebenaran-Nya, yang adalah kunci untuk mengalami berkat-berkat Tuhan. Tetapi dalam praktik hidup sehari-hari, sadar atau tidak, seringkali kita tidak menempatkan Tuhan sebagaimana seharusnya, yaitu sebagai yang pertama dan terutama dalam hidup kita. Kita menempatkan Tuhan hanya sebagai alternatif pilihan atau bahkan sebagai 'penambal kebutuhan' saja. Kita mencari Tuhan hanya saat perlu saja, kita ngotot mencari hadirat-Nya saat terhimpit masalah, kita mencari Tuhan karena kita mengingini berkat-Nya, mujizat-Nya dan pertolongan-Nya, tak lebih dari itu.
Kita tidak mempersembahkan hidup dengan sepenuh hati, padahal rasul Paulus sudah menasihati supaya kita mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, kudus dan yang berkenan kepada Tuhan sebagai perwujudan ibadah sejati (Roma 12:1). Pujian dan penyembahan kita kepada Tuhan pun hanya dapat dihitung dengan jari, karena hari-hari kita disibukkan dengan segala urusan duniawi. "Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia." (1 Yohanes 2:16). Kini orientasi hidup manusia semata-mata mengejar materi, kesenangan dan kenyamanan hidup. Firman Tuhan memperingatkan kita untuk tidak terbawa arus dunia ini (Ibrani 2:1). Banyak orang menjadikan pekerjaan atau karir mereka terlalu penting atau lebih penting daripada Tuhan, sehingga mereka rela mengorbankan jam-jam ibadah dan pelayanan.
Orang yang sungguh 'lahir baru' pasti akan menempatkan Kristus di tempat yang pertama dan terutama dalam hidupnya; menjadikan Kristus sebagai single authority, pemegang otoritas tertinggi dalam hidupnya. Karir, jabatan dan materi memang perlu, namun jangan pernah menempatkan kesemuanya itu lebih daripada Tuhan yang adalah Sang Pemberi.
Mengutamakan Tuhan dan kebenaran-Nya berarti kita mengasihi Dia dengan sepenuh hati dan taat kepada kehendak-Nya di segala keadaan!
Baca: Matius 6:25-34
"Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." Matius 6:33
Banyak orang Kristen sudah hafal ayat nas di atas! Kita semua mengerti bahwa firman Tuhan memerintahkan kita untuk mencari terlebih dahulu Kerajaan-Nya dan kebenaran-Nya, yang adalah kunci untuk mengalami berkat-berkat Tuhan. Tetapi dalam praktik hidup sehari-hari, sadar atau tidak, seringkali kita tidak menempatkan Tuhan sebagaimana seharusnya, yaitu sebagai yang pertama dan terutama dalam hidup kita. Kita menempatkan Tuhan hanya sebagai alternatif pilihan atau bahkan sebagai 'penambal kebutuhan' saja. Kita mencari Tuhan hanya saat perlu saja, kita ngotot mencari hadirat-Nya saat terhimpit masalah, kita mencari Tuhan karena kita mengingini berkat-Nya, mujizat-Nya dan pertolongan-Nya, tak lebih dari itu.
Kita tidak mempersembahkan hidup dengan sepenuh hati, padahal rasul Paulus sudah menasihati supaya kita mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, kudus dan yang berkenan kepada Tuhan sebagai perwujudan ibadah sejati (Roma 12:1). Pujian dan penyembahan kita kepada Tuhan pun hanya dapat dihitung dengan jari, karena hari-hari kita disibukkan dengan segala urusan duniawi. "Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia." (1 Yohanes 2:16). Kini orientasi hidup manusia semata-mata mengejar materi, kesenangan dan kenyamanan hidup. Firman Tuhan memperingatkan kita untuk tidak terbawa arus dunia ini (Ibrani 2:1). Banyak orang menjadikan pekerjaan atau karir mereka terlalu penting atau lebih penting daripada Tuhan, sehingga mereka rela mengorbankan jam-jam ibadah dan pelayanan.
Orang yang sungguh 'lahir baru' pasti akan menempatkan Kristus di tempat yang pertama dan terutama dalam hidupnya; menjadikan Kristus sebagai single authority, pemegang otoritas tertinggi dalam hidupnya. Karir, jabatan dan materi memang perlu, namun jangan pernah menempatkan kesemuanya itu lebih daripada Tuhan yang adalah Sang Pemberi.
Mengutamakan Tuhan dan kebenaran-Nya berarti kita mengasihi Dia dengan sepenuh hati dan taat kepada kehendak-Nya di segala keadaan!
Subscribe to:
Posts (Atom)