Thursday, September 6, 2018

APAKAH HATIMU MASIH DI MESIR? (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 September 2018

Baca:  Yesaya 52:1-12

"Menjauhlah, menjauhlah! Keluarlah dari sana! Janganlah engkau kena kepada yang najis! Keluarlah dari tengah-tengahnya, sucikanlah dirimu,..."  Yesaya 52:11

Nama  'Yesaya'  berarti Tuhan adalah keselamatan.  Melalui hamba-Nya ini Tuhan hendak menegaskan kepada umat-Nya bahwa keselamatan itu hanya datang dari Tuhan, bukan dari yang lain.  Di tengah keadaan yang sepertinya tiada harapan.  Yesaya membawa kabar sukacita dan penuh pengharapan dari Tuhan yaitu pembebasan dari pembuangan di Babel dan membawa mereka kembali ke Yerusalem untuk memulai suatu hidup baru.

     Peristiwa keluarnya umat Tuhan dari Babel, seperti halnya keluarnya umat dari Mesir, menggambarkan kelepasan dari dunia dan segala sesuatu yang najis.  Sebagai umat tebusan Tuhan, kita diperintahkan untuk menahirkan diri dari segala yang najis.  Sekalipun telah ditebus oleh darah Kristus, tapi bila kita sendiri tak mau keluar meninggalkan  'dunia'  maka sulit bagi kita untuk menyucikan diri.  Dengan tegas, firman Tuhan memerintahkan kita untuk tidak lagi berkompromi dengan dosa.  "Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu. Dan Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anak-Ku laki-laki dan anak-anak-Ku perempuan..."  (2 Korintus 6:17-18).  Tuhan tidak begitu saja memerintahkan umat-Nya keluar dan memisahkan diri dari dunia, tapi Dia juga memberikan suatu jaminan yang luar biasa yaitu  "...Aku akan menjadi Bapamu...";  dan  "...jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya."  (Matius 7:11).

     Banyak umat Tuhan secara fisik sudah berada di luar Mesir, tetapi sebenarnya hati mereka masih terpaut dan melekat erat di sana.  Mereka tak menghiraukan seruan Tuhan untuk tidak menjamah apa yang najis.  Menjamah yang najis bukan sebatas dosa perzinahan secara fisik atau hal-hal yang cemar, tapi termasuk perzinahan rohani.  Karena itu  "Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu."  (1 Yohanes 2:15).

Meninggalkan dunia dengan segala kenikmatannya adalah kehendak Tuhan bagi kita umat tebusan-Nya!

Wednesday, September 5, 2018

APAKAH HATIMU MASIH DI MESIR? (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 September 2018

Baca:  Matius 6:19-24

"Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada."  Matius 6:21

Setiap langkah yang diambil orang percaya untuk semakin mendekat kepada Tuhan dan bertumbuh secara rohani pasti selalu mengalami banyak kendala dan hambatan.  Demikian pula tidaklah mudah bagi bangsa Israel untuk pergi meninggalkan Mesir, sebab Firaun tak melepaskan mereka begitu saja.  Berbagai upaya dilakukan pemimpin Mesir ini untuk menghalangi umat Israel.  Jurus-jurus bujukan dan rayuan pun dilancarkan oleh Firaun dengan harapan agar mereka tak keluar jauh-jauh dari negeri Mesir.  Walaupun pergi meninggalkan Mesir, mereka masih diharapkan untuk kembali lagi ke Mesir.

     Inilah yang dikatakan Firaun:  "Pergilah, persembahkanlah korban kepada Allahmu di negeri ini."  (Keluaran 8:25).  Karena usaha pertama ini gagal, Firaun berkata lagi,  "Baik, aku akan membiarkan kamu pergi untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allahmu, di padang gurun; hanya janganlah kamu pergi terlalu jauh..."  (Keluaran 8:28).  Masih saja gagal, ia pun sedikit melunak:  "...kamu boleh pergi, tetapi hanya laki-laki,..."  (Keluaran 10:11), dan untuk keempat kalinya dia berkata,  "Pergilah, beribadahlah kepada TUHAN, hanya kambing dombamu dan lembu sapimu harus ditinggalkan, juga anak-anakmu boleh turut beserta kamu."  (Keluaran 10:24).  Firaun mempunyai taktik seperti Iblis yaitu membujuk umat tebusan Tuhan untuk tetap melayani dan berbakti di Mesir, yang adalah lambang dunia.  Iblis mengerti betul bahwa bila orang percaya melayani Tuhan, tapi ia masih saja mengikatkan diri dengan kehidupan  'dunia', sama artinya ia juga sedang melayani dan menyenangkan Iblis.  Sama seperti umat Israel yang diperbolehkan berbakti kepada Tuhan dengan tetap tinggal di Mesir, agar dalam kurun waktu yang bersamaan mereka juga dapat melayani Firaun.  Karena itu Iblis takkan membiarkan orang percaya pergi jauh-jauh meninggalkan dunia atau kehidupan lama.

     Selama hati masih terpaut pada  'dunia'  tak mungkin kita dapat mempersembahkan hidup secara penuh kepada Tuhan.  Satu-satunya cara untuk kita dapat berkenan kepada Tuhan adalah memisahkan diri dari dunia, yang berarti meninggalkan cara hidup dunia dan segala kenikmatannya.  Sebab sejak kita ditebus oleh darah Kristus, tanah air kita bukan lagi  'Mesir', melainkan Tanah Perjanjian yang telah Tuhan sediakan bagi kita.

"Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan."  Matius 6:24a