Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 September 2018
Baca: Mazmur 71:1-24
"Sebab Engkaulah harapanku, ya Tuhan, kepercayaanku sejak masa muda, ya ALLAH." Mazmur 71:5
Kepada siapakah Saudara menggantungkan harapan hidup? Berharap pada manusiakah? Ada tertulis: "Jangan berharap pada manusia, sebab ia tidak lebih dari pada embusan nafas, dan sebagai apakah ia dapat dianggap?" (Yesaya 2:22). Ataukah kita merasa diri kaya, lalu kita menjadikan kekayaan sebagai harapan? "Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan
tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti
kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada
kita segala sesuatu untuk dinikmati." (1 Timotius 6:17).
Mari kita belajar dari Daud! Sekalipun menjadi raja besar dan berkuasa, memiliki fasilitas mewah dan kekayaan yang melimpah ruah, dan juga angkatan perang handal yang dapat menjaga dan melindunginya, Daud sama sekali tidak menjadikan semuanya itu harapan hidup. Ia menaruh pengharapan hidup hanya kepada Tuhan, bahkan ia mengakui: "Kepada-Mulah aku bertopang mulai dari kandungan, Engkau telah mengeluarkan aku dari perut ibuku; Engkau yang selalu kupuji-puji." (Mazmur 71:6). Ia sadar bahwa kekuatan manusia itu sangat terbatas, tak selamanya tetap muda dan kuat, semua pasti akan berubah: yang tampak kuat dan gagah perkasa sekalipun pada akhirnya akan renta jua. Karena itu ia pun memohon kepada Tuhan: "Janganlah membuang aku pada masa tuaku, janganlah meninggalkan aku apabila kekuatanku habis." (Mazmur 71:9).
Mengapa kita harus berharap kepada Tuhan saja? Karena Dia Pribadi yang tidak pernah berubah dan tak pernah mengecewakan. Tuhan telah berjanji: "Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku
menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus;
Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu." (Yesaya 46:4). Karena itu jangan pernah kita menjauhkan diri dari Tuhan dan menaruh harapan pada apa pun yang ada di dunia ini. Semakin kita menjauh dari Tuhan, semakin mendekatkan kita kepada kegagalan dan kehancuran hidup. "Sebab sesungguhnya, siapa yang jauh dari pada-Mu akan binasa;" (Mazmur 73:27).
"TUHAN adalah baik bagi orang yang berharap kepada-Nya, bagi jiwa yang mencari Dia." Ratapan 3:25
Sunday, September 2, 2018
Saturday, September 1, 2018
KESEMPATAN KEDUA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 September 2018
Baca: Yeremia 1:4-19
"Firman TUHAN datang kepadaku untuk kedua kalinya, bunyinya: 'Apakah yang kaulihat?' Jawabku: 'Aku melihat sebuah periuk yang mendidih; datangnya dari sebelah utara.'" Yeremia 1:13
Hari ini kita sedang membuka lembaran baru di 'buku harian' kita di bulan September. Hari baru takkan membawa sesuatu yang baru dan hanya sebatas tanggal di kalender saja yang berubah angkanya, jika dari pihak kita tak mau membuat perubahan hidup. Bisa saja kita membangun rumah baru yang megah, lengkap dengan perabotnya yang serba baru, tata rambut baru, atau baju-baju dengan desain yang baru untuk mencari penampilan baru, namun semuanya itu takkan berarti apa-apa, apabila yang diperbaharui hanyalah sebatas kulit luar, sedangkan yang bagian 'dalam' hati kita tak diperbaharui.
Tak banyak orang menyadari bahwa satu-satunya jalan untuk memperoleh pembaharuan hidup adalah semakin mendekat kepada Kristus, sebab Dialah Tuhan yang dapat mengubah suatu kehidupan yang tak berarti menjadi berarti, yang tak mungkin menjadi mungkin, yang tak berpengharapan menjadi hidup yang penuh harapan dan bermasa depan. Dialah Tuhan yang memberi kesempatan kepada kita untuk mengubah hidup dengan kesempatan berikutnya yaitu kesempatan kedua. Siapa pun orangnya pasti pernah melakukan kesalahan dan pelanggaran dalam hidupnya. Karena itu tentulah mereka sangat ingin mendapatkan kesempatan kedua untuk memperbaiki diri.
Begitu pun firman Tuhan kepada Yeremia untuk yang kedua kalinya ini (ayat nas). Kata 'untuk kedua kalinya' berbicara tentang suatu kesempatan yang Tuhan berikan. Ini menunjukkan betapa Tuhan sangat mengasihi umat-Nya dan betapa Ia selalu ingin memberi kesempatan untuk berubah. Bila kita abaikan ketika Tuhan berbicara pertama kalinya, maka Dia akan berbicara untuk kedua kalinya. Jangan pernah sia-siakan kesempatan yang Tuhan beri. Bulan yang baru ini menawarkan kepada kita suatu buku dengan lembaran-lembaran halaman baru yang masih kosong. Apa yang tertulis dan terukir pada lembaran-lembaran ini akan sangat ditentukan dari bagaimana cara kita menjalani hidup ini. Buku ini buku pribadi kita sendiri!
"Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu!" Ibrani 4:7
Baca: Yeremia 1:4-19
"Firman TUHAN datang kepadaku untuk kedua kalinya, bunyinya: 'Apakah yang kaulihat?' Jawabku: 'Aku melihat sebuah periuk yang mendidih; datangnya dari sebelah utara.'" Yeremia 1:13
Hari ini kita sedang membuka lembaran baru di 'buku harian' kita di bulan September. Hari baru takkan membawa sesuatu yang baru dan hanya sebatas tanggal di kalender saja yang berubah angkanya, jika dari pihak kita tak mau membuat perubahan hidup. Bisa saja kita membangun rumah baru yang megah, lengkap dengan perabotnya yang serba baru, tata rambut baru, atau baju-baju dengan desain yang baru untuk mencari penampilan baru, namun semuanya itu takkan berarti apa-apa, apabila yang diperbaharui hanyalah sebatas kulit luar, sedangkan yang bagian 'dalam' hati kita tak diperbaharui.
Tak banyak orang menyadari bahwa satu-satunya jalan untuk memperoleh pembaharuan hidup adalah semakin mendekat kepada Kristus, sebab Dialah Tuhan yang dapat mengubah suatu kehidupan yang tak berarti menjadi berarti, yang tak mungkin menjadi mungkin, yang tak berpengharapan menjadi hidup yang penuh harapan dan bermasa depan. Dialah Tuhan yang memberi kesempatan kepada kita untuk mengubah hidup dengan kesempatan berikutnya yaitu kesempatan kedua. Siapa pun orangnya pasti pernah melakukan kesalahan dan pelanggaran dalam hidupnya. Karena itu tentulah mereka sangat ingin mendapatkan kesempatan kedua untuk memperbaiki diri.
Begitu pun firman Tuhan kepada Yeremia untuk yang kedua kalinya ini (ayat nas). Kata 'untuk kedua kalinya' berbicara tentang suatu kesempatan yang Tuhan berikan. Ini menunjukkan betapa Tuhan sangat mengasihi umat-Nya dan betapa Ia selalu ingin memberi kesempatan untuk berubah. Bila kita abaikan ketika Tuhan berbicara pertama kalinya, maka Dia akan berbicara untuk kedua kalinya. Jangan pernah sia-siakan kesempatan yang Tuhan beri. Bulan yang baru ini menawarkan kepada kita suatu buku dengan lembaran-lembaran halaman baru yang masih kosong. Apa yang tertulis dan terukir pada lembaran-lembaran ini akan sangat ditentukan dari bagaimana cara kita menjalani hidup ini. Buku ini buku pribadi kita sendiri!
"Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu!" Ibrani 4:7
Subscribe to:
Posts (Atom)