Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Agustus 2018
Baca: Yakobus 1:2-8
"sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan." Yakobus 1:3
Mampu merespons dengan sikap hati yang benar ketika sedang diperhadapkan dengan penderitaan adalah letak keistimewaan iman Kristiani. Sebagai orang percaya tak sepatutnya kita dikalahkan oleh situasi yang ada. Tuhan menghendaki agar kita menghadapi setiap penderitaan dengan hati yang tabah dan tetap bersyukur, sebab penderitaan adalah jalan yang Tuhan pakai untuk menguji kemurnian iman kita. Penulis Amsal memberikan kunci untuk menghadapi setiap penderitaan yang ada yaitu: "Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang." (Amsal 17:22), dan "Orang yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya, tetapi siapa akan memulihkan semangat yang patah?" (Amsal 18:14).
Mengapa iman perlu diuji? Ayat nas jelas menyatakan bahwa proses pengujian iman akan menghasilkan ketekunan. Kata 'ketekunan' memiliki pengertian: kemampuan bertahan dalam menghadapi kemalangan, penderitaan, atau kesusahan. Yang dimaksud 'ketekunan' bukanlah sikap sekedar bertahan secara pasif atau pasrah pada keadaan tetapi sikap aktif, kuat dan berani menghadapi segala bentuk penderitaan dan kesukaran, sehingga mampu menjadikan situasi yang tidak menyenangkan itu menjadi sesuatu yang dapat mempermuliakan nama Tuhan, mampu melihat sisi positif di balik penderitaan yang kita alami. Karena itu kita diminta untuk merespons setiap penderitaan dengan sikap hati yang benar, sebab melalui penderitaan tersebut akan dihasilkan iman yang kuat.
Ketekunan tidak mungkin dihasilkan tanpa penderitaan atau kesukaran. Oleh sebab itu janganlah kita langsung mengungkapkan kemarahan dan kekecewaan kepada Tuhan ketika Ia menempatkan kita dalam berbagai macam penderitaan atau kesukaran, karena Tuhan sedang menggarap hidup kita, Ia memiliki rencana besar atas hidup kita. Jadi, "Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang
memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada
kesempurnaan," (Ibrani 12:2). Ingatlah bahwa ketekunan membutuhkan proses yang tidak singkat.
"Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu." Ibrani 10:36
Friday, August 10, 2018
Thursday, August 9, 2018
PENDERITAAN MENGHASILKAN KETEKUNAN (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Agustus 2018
Baca: Roma 5:1-11
"Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan." Roma 5:3b-4
Tidak banyak orang mampu bertahan saat diperhadapkan dengan pencobaan. Dalam Perjanjian Baru kata 'pencobaan' memiliki dua arti dasar yaitu: 1. Sesuatu untuk menjatuhkan kita yang datang dari Iblis, 2. Sesuatu untuk memroses, membentuk, menyucikan, mengangkat dan menguatkan kita; ini datang dari Tuhan, dan biasanya disebut ujian. Bentuk ujian dari Tuhan bisa berupa masalah atau penderitaan (kesengsaraan). Ketika diperhadapkan dengan penderitaan (kesengsaraan) kebanyakan dari kita langsung menjadi lemah, sedih, kecewa, marah, frustasi, dan berputus asa. Kita lupa bahwa penderitaan (kesengsaraan) adalah cara yang acapkali Tuhan pakai untuk memroses dan mendewasakan hidup orang percaya.
Jika melihat hidup saudara seiman sedang dalam penderitaan, jangan sekali-kali kita menghakimi bahwa ada dosa dalam hidupnya. Memang bisa saja penderitaan sebagai bentuk teguran Tuhan akibat dosa atau pelanggaran, tetapi bisa juga Tuhan mengijinkan penderitaan terjadi dalam hidupnya karena Tuhan sedang menguji kualitas imannya, Ia hendak mengangkat hidupnya, hendak memberkati dan menyatakan perkara-perkara besar. Kalau hidup kita datar-datar saja dan relatif aman, maka kualitas iman kita tidak akan nampak teruji. "Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia." (Yakobus 1:12).
Yakobus memberikan cara bagaiman kita harus bersikap saat menghadapi pencobaan yaitu "...anggaplah sebagai suatu kebahagiaan," (Yakobus 1:2). Kata 'anggaplah' merupakan suatu istilah yang berarti menilai dan merespons dengan benar, karena pada hakekatnya pencobaan dapat menghasilkan sesuatu yang positif bagi yang mengalaminya. Menganggap sebagai suatu kebahagiaan bukan berarti kita secara sengaja mengingini penderitaan tersebut. Bukan penderitaan atau pencobaan itu sendiri yang harus kita anggap sebagai kebahagiaan atau berkat, tetapi hal-hal baik yang dihasilkan melalui penderitaan tersebut, seperti ketekunan dan kesucian.
Baca: Roma 5:1-11
"Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan." Roma 5:3b-4
Tidak banyak orang mampu bertahan saat diperhadapkan dengan pencobaan. Dalam Perjanjian Baru kata 'pencobaan' memiliki dua arti dasar yaitu: 1. Sesuatu untuk menjatuhkan kita yang datang dari Iblis, 2. Sesuatu untuk memroses, membentuk, menyucikan, mengangkat dan menguatkan kita; ini datang dari Tuhan, dan biasanya disebut ujian. Bentuk ujian dari Tuhan bisa berupa masalah atau penderitaan (kesengsaraan). Ketika diperhadapkan dengan penderitaan (kesengsaraan) kebanyakan dari kita langsung menjadi lemah, sedih, kecewa, marah, frustasi, dan berputus asa. Kita lupa bahwa penderitaan (kesengsaraan) adalah cara yang acapkali Tuhan pakai untuk memroses dan mendewasakan hidup orang percaya.
Jika melihat hidup saudara seiman sedang dalam penderitaan, jangan sekali-kali kita menghakimi bahwa ada dosa dalam hidupnya. Memang bisa saja penderitaan sebagai bentuk teguran Tuhan akibat dosa atau pelanggaran, tetapi bisa juga Tuhan mengijinkan penderitaan terjadi dalam hidupnya karena Tuhan sedang menguji kualitas imannya, Ia hendak mengangkat hidupnya, hendak memberkati dan menyatakan perkara-perkara besar. Kalau hidup kita datar-datar saja dan relatif aman, maka kualitas iman kita tidak akan nampak teruji. "Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia." (Yakobus 1:12).
Yakobus memberikan cara bagaiman kita harus bersikap saat menghadapi pencobaan yaitu "...anggaplah sebagai suatu kebahagiaan," (Yakobus 1:2). Kata 'anggaplah' merupakan suatu istilah yang berarti menilai dan merespons dengan benar, karena pada hakekatnya pencobaan dapat menghasilkan sesuatu yang positif bagi yang mengalaminya. Menganggap sebagai suatu kebahagiaan bukan berarti kita secara sengaja mengingini penderitaan tersebut. Bukan penderitaan atau pencobaan itu sendiri yang harus kita anggap sebagai kebahagiaan atau berkat, tetapi hal-hal baik yang dihasilkan melalui penderitaan tersebut, seperti ketekunan dan kesucian.
Subscribe to:
Posts (Atom)