Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Agustus 2018
Baca: Pengkhotbah 9:1-12
"Karena manusia tidak mengetahui waktunya. Seperti ikan yang tertangkap
dalam jala yang mencelakakan, dan seperti burung yang tertangkap dalam
jerat, begitulah anak-anak manusia terjerat pada waktu yang malang,
kalau hal itu menimpa mereka secara tiba-tiba." Pengkhotbah 9:12
Tak seorang pun manusia di dunia ini yang tahu akan apa yang terjadi di hari esok atau hal-hal yang terjadi di waktu-waktu yang akan datang. Manusia hanya bisa memrediksi, mereka-reka, menebak-nebak, memperkirakan, atau meramal, tapi tidak tahu secara pasti. Oleh karena itu penulis Amsal memperingatkan: "Janganlah memuji diri karena esok hari, karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi hari itu." (Amsal 27:1).
Segala sesuatu yang ada di muka bumi ini bisa berubah dalam waktu sekejap saja. Bencana alam, kecelakaan, wabah penyakit, peperangan, krisis dan sebagainya, datang tanpa permisi, dapat menimpa siapa saja, tanpa memandang status, usia, jenis kelamin. Kehidupan manusia yang awalnya tampak tenang bisa dibuatnya porak-poranda. Ini menunjukkan bahwa manusia itu kekuatannya sangat terbatas. "...ia tidak lebih dari pada embusan nafas, dan sebagai apakah ia dapat dianggap?" (Yesaya 2:22). Sungguh mengherankan bila ada orang yang percaya kepada dukun, orang pintar atau peramal, dan meminta pertolongan kepadanya, meminta diramal nasibnya, padahal mereka (dukun, orang pintar, peramal) itu juga manusia yang tidak tahu apa-apa mengenai hari esok, bahkan masa depannya sendiri saja mereka tidak tahu. Bukankah ini aneh?
Kita tak perlu takut dan cemas menghadapi hari esok atau pun kejadian-kejadian yang sewaktu-waktu bisa terjadi secara tiba-tiba, sebab Tuhan yang kita sembah adalah Sang pemegang kendali keadaan dan mengetahui segala sesuatu. "TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku; Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh. Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kaumaklumi. Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya TUHAN. Dari belakang dan dari depan Engkau mengurung aku, dan Engkau menaruh tangan-Mu ke atasku. Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi, tidak sanggup aku mencapainya." (Mazmur 139:1-6).
Masa depan hidup orang percaya sepenuhnya ada di tangan Tuhan!
Saturday, August 4, 2018
Friday, August 3, 2018
MILIKI UCAPAN YANG MENYEHATKAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Agustus 2018
Baca: 2 Raja-Raja 2:19-22
"Demikianlah air itu menjadi sehat sampai hari ini sesuai dengan firman yang telah disampaikan Elisa." 2 Raja-Raja 2:22
Tuhan memberikan mulut kepada manusia agar dapat digunakan dengan baik. Meski demikian pilihan dan keputusan tetap ada pada masing-masing orang. Sebagai orang percaya, yang sudah sering mendengar firman Tuhan, sudah seharusnya dapat menjaga ucapannya dengan baik, sebab setiap ucapan yang keluar dari mulut kita adalah cerminan keadaan hati kita yang sesungguhnya. "Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati. Orang yang baik mengeluarkan hal-hal yang baik dari perbendaharaannya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan hal-hal yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat." (Matius 12:34b-35). Dan ucapan-ucapan kita sendiri akan menentukan jalan hidup kita. "Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum." (Matius 12:37).
Ketika penduduk kota Yerikho mendapati bahwa air di negeri itu tidak sehat segeralah mereka menemui Elisa. Elisa pun memberikan suatu perintah: "Ambillah sebuah pinggan baru bagiku dan taruhlah garam ke dalamnya." (2 Raja-Raja 2:20). Kata 'pingan baru' berbicara mengenai kehidupan seseorang yang sudah diperbaharui, suatu kehidupan yang selaras dengan perkataan Kristus: "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang." (Matius 5:13). Jikalau garam kehidupan kita telah menjadi tawar, maka segalanya akan menjadi tidak sehat. "Kemudian pergilah ia ke mata air mereka dan melemparkan garam itu ke dalamnya serta berkata: 'Beginilah firman TUHAN: Telah Kusehatkan air ini, maka tidak akan terjadi lagi olehnya kematian atau keguguran bayi.'" (2 Raja-Raja 2:21). Air menjadi sehat kembali setelah Elisa mengucapkan firman Tuhan untuk menyehatkan.
Biarlah ucapan yang keluar dari mulut kita adalah ucapan firman Tuhan, sehingga orang lain yang mendengarnya dapat terberkati. Berhentilah untuk memperkatakan hal-hal yang negatif atau kutuk, sebab berkat atau kutuk dapat tercipta karena ucapan kita sendiri.
"Tetapi firman ini sangat dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu, untuk dilakukan." Ulangan 30:14
Baca: 2 Raja-Raja 2:19-22
"Demikianlah air itu menjadi sehat sampai hari ini sesuai dengan firman yang telah disampaikan Elisa." 2 Raja-Raja 2:22
Tuhan memberikan mulut kepada manusia agar dapat digunakan dengan baik. Meski demikian pilihan dan keputusan tetap ada pada masing-masing orang. Sebagai orang percaya, yang sudah sering mendengar firman Tuhan, sudah seharusnya dapat menjaga ucapannya dengan baik, sebab setiap ucapan yang keluar dari mulut kita adalah cerminan keadaan hati kita yang sesungguhnya. "Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati. Orang yang baik mengeluarkan hal-hal yang baik dari perbendaharaannya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan hal-hal yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat." (Matius 12:34b-35). Dan ucapan-ucapan kita sendiri akan menentukan jalan hidup kita. "Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum." (Matius 12:37).
Ketika penduduk kota Yerikho mendapati bahwa air di negeri itu tidak sehat segeralah mereka menemui Elisa. Elisa pun memberikan suatu perintah: "Ambillah sebuah pinggan baru bagiku dan taruhlah garam ke dalamnya." (2 Raja-Raja 2:20). Kata 'pingan baru' berbicara mengenai kehidupan seseorang yang sudah diperbaharui, suatu kehidupan yang selaras dengan perkataan Kristus: "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang." (Matius 5:13). Jikalau garam kehidupan kita telah menjadi tawar, maka segalanya akan menjadi tidak sehat. "Kemudian pergilah ia ke mata air mereka dan melemparkan garam itu ke dalamnya serta berkata: 'Beginilah firman TUHAN: Telah Kusehatkan air ini, maka tidak akan terjadi lagi olehnya kematian atau keguguran bayi.'" (2 Raja-Raja 2:21). Air menjadi sehat kembali setelah Elisa mengucapkan firman Tuhan untuk menyehatkan.
Biarlah ucapan yang keluar dari mulut kita adalah ucapan firman Tuhan, sehingga orang lain yang mendengarnya dapat terberkati. Berhentilah untuk memperkatakan hal-hal yang negatif atau kutuk, sebab berkat atau kutuk dapat tercipta karena ucapan kita sendiri.
"Tetapi firman ini sangat dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu, untuk dilakukan." Ulangan 30:14
Subscribe to:
Posts (Atom)