Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Juni 2018
Baca: Mazmur 71:1-24
"Ya Allah, Engkau telah mengajar aku sejak kecilku, dan sampai sekarang aku memberitakan perbuatan-Mu yang ajaib;" Mazmur 71:17
Melayani Tuhan dan menjadi saksi-Nya di tengah dunia adalah tugas dan tanggung jawab setiap orang percaya. Sampai kapan? Tidak ada istilah pensiun. Selama kita masih bernafas kita harus mengerjakan tugas tersebut. Ayat nas di atas adalah komitmen pemazmur untuk memberitakan perbuatan Tuhan yang ajaib kepada semua orang di sepanjang hidupnya. Komitmen itu sudah dilakukannya sedari ia masih muda dan ingin terus dilakukan sampai masa tuanya. Dengan kata lain pemazmur rindu Tuhan berkenan memakai hidupnya: "...sampai masa tuaku dan putih rambutku...janganlah meninggalkan aku, supaya aku memberitakan kuasa-Mu kepada
angkatan ini, keperkasaan-Mu kepada semua orang yang akan datang." (Mazmur 71:18).
Adakah Saudara memiliki kerinduan yang sama seperti pemazmur ini? Ataukah justru telah terbersit di benak Saudara untuk mundur dan berhenti melayani pekerjaan Tuhan, karena sudah merasa jenuh, atau terbentur dengan suatu hal atau masalah? Jangan hanya karena ada gesekan atau masalah semangat Saudara untuk melayani Tuhan dan menjadi saksi-Nya menjadi kendor. Rasul Paulus menasihati, "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan." (Roma 12:11). Yang harus diingat, untuk melayani Tuhan dan menjadi saksi-Nya tak bisa dilakukan dengan mengandalkan kekuatan, kepintaran atau akal sendiri, melainkan harus melibatkan Roh Tuhan, sebab "Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman TUHAN semesta alam." (Zakharia 4:6).
Karena itu pemazmur memohon supaya Tuhan tidak meninggalkan dirinya, sebab Roh Tuhan bisa saja undur dan meninggalkan seseorang ketika ia hidup dalam ketidaktaatan seperti yang dialami oleh raja Saul, yang awal hidupnya disertai oleh Roh Tuhan, tapi karena ketidaktaatannya Roh Tuhan pun meninggalkan Saul. Roh Kudus akan berduka dan meninggalkan kita, apalagi kita tidak hidup dalam ketaatan. "...janganlah kamu mendukakan Roh Kudus..." (Efesus 4:30).
Dengan pertolongan Roh Kudus kita beroleh kesanggupan untuk melayani pekerjaan Tuhan dan memberitakan pekerjaan-Nya yang ajaib di tengah dunia ini!
Saturday, June 16, 2018
Friday, June 15, 2018
TAK PERLU TAKUT DENGAN KEMATIAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Juni 2018
Baca: Mazmur 39:1-14
"Ya TUHAN, beritahukanlah kepadaku ajalku, dan apa batas umurku, supaya aku mengetahui betapa fananya aku!" (Mazmur 39:5).
Dari pernyataan Daud ini dapat disimpulkan bahwa umur manusia ada batasnya. "Sungguh, hanya beberapa telempap (selebar telapak tangan - Red.) saja Kautentukan umurku; bagi-Mu hidupku seperti sesuatu yang hampa. Ya, setiap manusia hanyalah kesia-siaan!" (Mazmur 39:6). Musa pun menyadari: "Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun," (Mazmur 90:10). Cepat atau lambat, siap atau tidak siap, suatu saat manusia pasti akan dihadapkan pada kematian. Itu hanya soal waktu!
Kematian adalah sesuatu yang menakutkan dan mengerikan bagi orang-orang di luar Tuhan. Tetapi bagi orang percaya kematian adalah sesuatu yang membahagiakan. Bagaimana bisa? Ada tertulis: "'Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini.' 'Sungguh,' kata Roh, 'supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka.'" (Wahyu 14:13). Kematian justru memberi kesempatan kepada orang percaya untuk beristirahat dengan tenang, terbebas dari segala problematika hidup, tidak ada lagi air mata. Dalam kematiannya orang percaya sesungguhnya sedang menunggu untuk dibangkitkan dan diangkat pada waktu kedatangan Kristus yang kedua kalinya: "Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit; sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan. Karena itu hiburkanlah seorang akan yang lain dengan perkataan-perkataan ini." (1 Tesalonika 4:16-18).
Sebelum waktu itu tiba, adalah bijak bagi kita untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin supaya hal itu tidak menjadi jerat. "Karena manusia tidak mengetahui waktunya. Seperti ikan yang tertangkap dalam jala yang mencelakakan, dan seperti burung yang tertangkap dalam jerat, begitulah anak-anak manusia terjerat pada waktu yang malang, kalau hal itu menimpa mereka secara tiba-tiba." (Pengkhotbah 9:12).
Selagi ada waktu dan kesempatan, kumpulkan harta di sorga sebanyak-banyaknya!
Baca: Mazmur 39:1-14
"Ya TUHAN, beritahukanlah kepadaku ajalku, dan apa batas umurku, supaya aku mengetahui betapa fananya aku!" (Mazmur 39:5).
Dari pernyataan Daud ini dapat disimpulkan bahwa umur manusia ada batasnya. "Sungguh, hanya beberapa telempap (selebar telapak tangan - Red.) saja Kautentukan umurku; bagi-Mu hidupku seperti sesuatu yang hampa. Ya, setiap manusia hanyalah kesia-siaan!" (Mazmur 39:6). Musa pun menyadari: "Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun," (Mazmur 90:10). Cepat atau lambat, siap atau tidak siap, suatu saat manusia pasti akan dihadapkan pada kematian. Itu hanya soal waktu!
Kematian adalah sesuatu yang menakutkan dan mengerikan bagi orang-orang di luar Tuhan. Tetapi bagi orang percaya kematian adalah sesuatu yang membahagiakan. Bagaimana bisa? Ada tertulis: "'Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini.' 'Sungguh,' kata Roh, 'supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka.'" (Wahyu 14:13). Kematian justru memberi kesempatan kepada orang percaya untuk beristirahat dengan tenang, terbebas dari segala problematika hidup, tidak ada lagi air mata. Dalam kematiannya orang percaya sesungguhnya sedang menunggu untuk dibangkitkan dan diangkat pada waktu kedatangan Kristus yang kedua kalinya: "Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit; sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan. Karena itu hiburkanlah seorang akan yang lain dengan perkataan-perkataan ini." (1 Tesalonika 4:16-18).
Sebelum waktu itu tiba, adalah bijak bagi kita untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin supaya hal itu tidak menjadi jerat. "Karena manusia tidak mengetahui waktunya. Seperti ikan yang tertangkap dalam jala yang mencelakakan, dan seperti burung yang tertangkap dalam jerat, begitulah anak-anak manusia terjerat pada waktu yang malang, kalau hal itu menimpa mereka secara tiba-tiba." (Pengkhotbah 9:12).
Selagi ada waktu dan kesempatan, kumpulkan harta di sorga sebanyak-banyaknya!
Subscribe to:
Posts (Atom)