Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Mei 2018
Baca: Amsal 22:1-16
"Kalau orang bijak melihat malapetaka, bersembunyilah ia, tetapi orang yang tak berpengalaman berjalan terus, lalu kena celaka." Amsal 22:3
Banyak orang Kristen tak punya kepekaan rohani ketika berada di tengah-tengah lingkungan yang tidak baik (jahat). Mereka tetap saja tak beranjak dari tempat, apalagi melangkah keluar untuk memisahkan diri, karena merasa diri kuat. Rasul Paulus telah memperingatkan, "Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!" (1 Koritus 10:12). Bahkan mereka beranggapan bahwa di zaman now seperti sekarang ini melihat perkara-perkara jahat adalah hal yang lumrah dan biasa.
Ketidakmampuan seseorang untuk melihat adanya hal-hal yang jahat (dosa) adalah suatu gejala kebutaan rohani. Hal ini bisa terjadi oleh karena orang itu tak berpegang pada firman Tuhan. Pemazmur menyatakan, "Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku." (Mazmur 119:105). Jadi bila firman Tuhan tidak terdapat di dalam hati seseorang ia takkan mampu membedakan mana yang baik dan mana yang jahat, sebab ia berjalan dalam kegelapan. Karena itulah kita harus selalu tinggal di dalam firman Tuhan dan menjadikan firman-Nya sebagai penerang langkah. "Bila tersingkap, firman-firman-Mu memberi terang, memberi pengertian kepada orang-orang bodoh." (Mazmur 119:130), sehingga kita tidak salah arah dalam melangkah sebab di depan ada banyak sekali jebakan, dimana jika tidak berhati-hati kita pasti akan jatuh. "Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut." (Amsal 14:12). Semisal dalam lingkungan pergaulan, kalau ada hal-hal yang jahat kita harus berani bersikap tegas untuk keluar dari lingkungan itu, jika tidak, kita akan terpengaruh. "Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik." (1 Korintus 15:33).
Hal berikut ini penting sekali, terlebih bagi anak-anak muda yang sangat rentan terhadap aneka godaan dunia ini: bagaimana cara agar para muda dapat terlepas dari jerat dan tipu muslihat Iblis? "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu." (Amsal 22:6).
"Orang bijak berhati-hati dan menjauhi kejahatan, tetapi orang bebal melampiaskan nafsunya dan merasa aman." Amsal 14:16
Friday, May 4, 2018
Thursday, May 3, 2018
BERSERAH KEPADA TUHAN: Berlaku Hidup Benar
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Mei 2018
Baca: Mazmur 55:1-24
"Serahkanlah kuatirmu kepada TUHAN, maka Ia akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar itu goyah." Mazmur 55:23
Setiap hari manusia tak dapat menghindarkan diri atau lari dari masalah, penderitaan dan kesesakan. Itu adalah bagian dari kehidupan manusia. Musa berkata, "Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap." (Mazmur 90:10). Hal-hal tak terprediksi, tak disangka, tak diduga, peristiwa atau kejadian yang tak pernah diharapkan bisa saja menimpa seperti bencana, kecelakaan, musibah, malapetaka dan bahkan kematian. Inilah realitas hidup manusia yang tak bisa disangkal!
Sebagai manusia seharusnya kita menyadari betapa terbatasnya kekuatan dan kemampuan kita. Seharusnya pula kita bersikap rendah hati di hadapan Tuhan. Orang-orang yang rendah hati selalu merasa miskin di hadapan Tuhan karena kekuatannya terbatas. Ada tertulis: "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga." (Matius 5:3). Jika menyadari betapa terbatas kekuatan kita seharusnya kita merasa sangat membutuhkan Tuhan dan berserah penuh kepada-Nya. Orang yang berserah kepada Tuhan secara benar pasti berusaha agar hidupnya selaras dengan kehendak-Nya. Jadi hidup berserah kepada Tuhan itu tidak dapat dipisahkan dari hidup yang sesuai dengan kehendak-Nya.
Ada orang-orang yang hidup dalam ketidaktaatan, hidup menurut kehendak sendiri dan tidak mau merendahkan diri di hadapan Tuhan, tapi mereka menuntut Tuhan untuk menjawab doa-doanya dan memenuhi segala yang dibutuhkan. Bukankah ini suatu sikap yang tidak baik dan sangat mempermainkan Tuhan! Orang yang demikian tak selayaknya menuntut banyak hal kepada Tuhan. Jika ada di antara kita yang berlaku demikian, hal terbaik yang harus kita lakukan adalah segeralah bertobat sebelum Tuhan bertindak: "Aku akan menentukan kamu bagi pedang, dan kamu sekalian akan menekuk lutut untuk dibantai! Oleh karena ketika Aku memanggil, kamu tidak menjawab, ketika Aku berbicara, kamu tidak mendengar, tetapi kamu melakukan apa yang jahat di mata-Ku dan lebih menyukai apa yang tidak berkenan kepada-Ku." (Yesaya 65:12).
Menurut kehendak Tuhan adalah tanda orang punya penyerahan diri pada-Nya!
Baca: Mazmur 55:1-24
"Serahkanlah kuatirmu kepada TUHAN, maka Ia akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar itu goyah." Mazmur 55:23
Setiap hari manusia tak dapat menghindarkan diri atau lari dari masalah, penderitaan dan kesesakan. Itu adalah bagian dari kehidupan manusia. Musa berkata, "Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap." (Mazmur 90:10). Hal-hal tak terprediksi, tak disangka, tak diduga, peristiwa atau kejadian yang tak pernah diharapkan bisa saja menimpa seperti bencana, kecelakaan, musibah, malapetaka dan bahkan kematian. Inilah realitas hidup manusia yang tak bisa disangkal!
Sebagai manusia seharusnya kita menyadari betapa terbatasnya kekuatan dan kemampuan kita. Seharusnya pula kita bersikap rendah hati di hadapan Tuhan. Orang-orang yang rendah hati selalu merasa miskin di hadapan Tuhan karena kekuatannya terbatas. Ada tertulis: "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga." (Matius 5:3). Jika menyadari betapa terbatas kekuatan kita seharusnya kita merasa sangat membutuhkan Tuhan dan berserah penuh kepada-Nya. Orang yang berserah kepada Tuhan secara benar pasti berusaha agar hidupnya selaras dengan kehendak-Nya. Jadi hidup berserah kepada Tuhan itu tidak dapat dipisahkan dari hidup yang sesuai dengan kehendak-Nya.
Ada orang-orang yang hidup dalam ketidaktaatan, hidup menurut kehendak sendiri dan tidak mau merendahkan diri di hadapan Tuhan, tapi mereka menuntut Tuhan untuk menjawab doa-doanya dan memenuhi segala yang dibutuhkan. Bukankah ini suatu sikap yang tidak baik dan sangat mempermainkan Tuhan! Orang yang demikian tak selayaknya menuntut banyak hal kepada Tuhan. Jika ada di antara kita yang berlaku demikian, hal terbaik yang harus kita lakukan adalah segeralah bertobat sebelum Tuhan bertindak: "Aku akan menentukan kamu bagi pedang, dan kamu sekalian akan menekuk lutut untuk dibantai! Oleh karena ketika Aku memanggil, kamu tidak menjawab, ketika Aku berbicara, kamu tidak mendengar, tetapi kamu melakukan apa yang jahat di mata-Ku dan lebih menyukai apa yang tidak berkenan kepada-Ku." (Yesaya 65:12).
Menurut kehendak Tuhan adalah tanda orang punya penyerahan diri pada-Nya!
Subscribe to:
Posts (Atom)