Tuesday, May 1, 2018

KECAPLAH DAN LIHATLAH KEBAIKAN TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Mei 2018

Baca:  Mazmur 34:7-11

"Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!"  Mazmur 34:9

Mazmur ini ditulis Daud bukan ketika ia sudah menjadi raja atas Israel, bukan pula saat berada dalam situasi yang baik dan tenang.  Melainkan saat ia melarikan diri dari kejaran Saul yang berusaha untuk membunuhnya.  Tragisnya lagi, saat lari ke daerah Filistin raja Filistin mengenali dia sebagai pahlawan Israel yang telah membinasakan banyak perwira-perwira Filistin, sehingga raja itu pun berniat membunuhnya juga.  Daud benar-benar dalam keadaan terjepit!

     Ketika berada dalam situasi berat umumnya orang akan menjadi kalut, takut dan frustasi.  Berbeda dengan Daud yang terus mengarahkan pandangannya kepada Tuhan dan mengingat-ingat akan kebaikan-Nya sehingga ia tetap bisa memuji-muji Tuhan.  Ia sangat percaya bahwa Tuhan yang disembahnya adalah Tuhan yang tidak pernah berubah.  Kalau dulu Tuhan menolong saat ia berhadapan dengan singa atau beruang yang berusaha untuk menerkam kawanan domba yang digembalakannya, kalau dulu Tuhan turut campur tangan saat ia berperang melawan musuh dan memberinya kemenangan, maka Tuhan yang sama pasti akan meluputkan dia dari pergumulan berat ini.  Karena itu dalam keadaan yang seakan tiada harapan Daud selalu mengingat betapa baiknya Tuhan itu dan berusaha untuk mengecap segala kebaikan-Nya.  Kata  'kecaplah'  (Ibrani:  ta'am)  artinya merasakan, sedangkan kata  'lihatlah'  (Ibrani:  ra'ah)  artinya memperhatikan atau memeriksa.  Yang perlu dirasakan dan diperhatikan adalah kebaikan Tuhan.  Akhirnya Daud pun dapat berkata,  "Singa-singa muda merana kelaparan, tetapi orang-orang yang mencari TUHAN, tidak kekurangan sesuatupun yang baik."  (Mazmur 34:11).

     Ketika kita mengecap kebaikan Tuhan kita dapat merasakan betapa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita.  Ketika kita mengecap kebaikan Tuhan kita akan memahami bahwa janji Tuhan adalah ya dan amin, sehingga kita bisa kuat dan tegak berdiri sekalipun menghadapi terpaan badai.  Oleh karena itu jangan hanya memandang kepada besarnya masalah, jangan terpaku pada kesulitan yang ada, tapi pandanglah kepada Tuhan yang tak pernah melepaskan tangan-Nya untuk menopang kita.

Kasih Tuhan itu hebat dan kesetiaan-Nya untuk selamanya  (Mazmur 117:2).

Monday, April 30, 2018

TUHAN SANGGUP MEMAKAI HIDUP KITA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 April 2018

Baca:  Ibrani 11:32-40

"Dan apakah lagi yang harus aku sebut? Sebab aku akan kekurangan waktu, apabila aku hendak menceriterakan tentang Gideon, Barak, Simson, Yefta, Daud dan Samuel dan para nabi, yang karena iman telah menaklukkan kerajaan-kerajaan,"  Ibrani 11:32-33

Yefta adalah salah satu dari saksi-saksi iman yang tertulis di Alkitab.  Artinya ia memiliki level iman yang bisa disejajarkan dengan Gideon, Barak, Simson, Daud, Samuel dan para nabi lainnya  (ayat nas).  Ia dipilih Tuhan sebagai hakim atas Israel selama 6 tahun dan bahkan Alkitab menulis bahwa  "...Yefta, orang Gilead itu, adalah seorang pahlawan yang gagah perkasa,"  (Hakim-Hakim 11:1).  Tentunya ada  'sesuatu'  dalam diri Yefta sehingga ia dipilih dan dipakai Tuhan untuk menjadi alat kemuliaan-Nya.

     Sebenarnya Yefta memiliki latar belakang hidup yang buruk karena ia terlahir dari  "...seorang perempuan sundal;"  (Hakim-Hakim 11:1), sehingga kebanyakan orang menyebutnya  'sampah'  masyarakat.  Sedangkan ayahnya adalah Gilead, termasuk keturunan dari suku yang tak diperhitungkan.  Gilead mempunyai isteri yang sah, tetapi ia berselingkuh dengan perempuan sundal, dan lahirlah Yefta.  Ketika masih kecil semua anak dari isterinya yang sah maupun yang tidak sah tinggal bersama-sama, namun setelah dewasa Yefta terusir.  Ia pun lari ke tanah Tob,  "...di sana berkumpullah kepadanya petualang-petualang yang pergi merampok bersama-sama dengan dia."  (Hakim-Hakim 11:3).  Dengan kata lain Yefta tinggal dan hidup di  'lembah hitam'.  Namun Tuhan memiliki kedaulatan penuh untuk menentukan hidup seseorang.  "Aku akan memberi kasih karunia kepada siapa yang Kuberi kasih karunia dan mengasihani siapa yang Kukasihani."  (Keluaran 33:19).  Oleh karena kasih karunia Yefta pun dipilih Tuhan untuk menjadi alat-Nya, maka  "...Roh TUHAN menghinggapi Yefta..."  (Hakim-Hakim 11:29).

     Apa pun latar belakang hidup kita tak perlu merasa minder dan rendah diri.  Orang boleh saja merendahkan, tapi percayalah bahwa kita ini berharga di mata Tuhan.  "Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti,"  (1 Korintus 1:27-28). 

Tak ada yang terlalu sukar bagi Tuhan memilih dan memakai hidup seseorang!