Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Februari 2018
Baca: Yeremia 5:20-31
"Baiklah kita takut akan TUHAN, Allah kita, yang memberi hujan pada
waktunya, hujan pada awal musim maupun hujan pada akhir musim, dan yang
menjamin bagi kita minggu-minggu yang tetap untuk panen." Yeremia 5:24
Takut akan Tuhan adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh setiap orang yang mengaku diri sebagai pengikut Kristus. Wujud sikap takut akan Tuhan adalah taat melakukan kehendak-Nya, sebagaimana Kristus telah memberikan teladan bagaimana Ia taat melakukan kehendak Bapa, bahkan taat sampai mati di kayu salib. Karena itu kita wajib mengikuti jejak-Nya yaitu hidup dalam ketaatan. Kekristenan tanpa memiliki rasa takut akan Tuhan adalah sia-sia! Hidup takut akan Tuhan adalah hidup yang penuh hormat kepada Tuhan, yang ditandai dengan rasa takut untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan firman Tuhan, sehingga dengan penuh komitmen kita mengasihi Tuhan dan menempatkan Dia sebagai yang terutama dalam hidup ini.
Secara sepihak kita seringkali menuntut Tuhan untuk memberkati atau menggenapi janji-janji firman-Nya, tetapi kita sendiri tidak mau membayar harga. Adakalanya Tuhan mengijinkan masalah terjadi dalam hidup kita sebagai bagian dari proses pendewasaan iman, namun tidak sedikit masalah harus kita alami sebagai akibat dari ketidaksungguhan kita dalam mengikut Tuhan atau kita tidak takut akan Tuhan. Padahal takut akan Tuhan adalah kunci utama untuk kita mengalami berkat-berkat Tuhan. Tuhan pasti akan mengerjakan bagian-Nya yaitu memberkati kita, asalkan kita juga mengerjakan bagian kita yaitu takut akan Dia. Pemazmur menulis: "Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya. Anak cucunya akan perkasa di bumi; angkatan orang benar akan diberkati. Harta dan kekayaan ada dalam rumahnya, kebajikannya tetap untuk selamanya." (Mazmur 112:1-3).
Dikatakan pula bahwa "Sesungguhnya, mata TUHAN tertuju kepada mereka yang takut akan Dia," (Mazmur 33:18) dan "Ia melakukan kehendak orang-orang yang takut akan Dia," (Mazmur 145:19). Berkat tidak datang secara otomatis dalam hidup saat kita memutuskan untuk menjadi pengikut Kristus. Tetapi berkat akan menjadi bagian hidup kita seiring dengan ketaatan kita dalam melakukan firman Tuhan!
Saturday, February 10, 2018
Friday, February 9, 2018
MENGUNDURKAN DIRI DAN MENEPI
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Februari 2018
Baca: Yohanes 6:1-15
"Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri." Yohanes 6:15
Sebagian besar orang sangat menyukai ketenaran, popularitas, pujian, penghargaan dan penghormatan dari sesamanya. Saking hausnya akan hal-hal tersebut mereka rela menempuh segala cara demi mewujudkan apa yang diinginkan. Demi beroleh ketenaran atau popularitas ada yang pergi ke dukun atau paranormal, minta diberi 'susuk' atau penglaris, ada yang tega menikung atau menghancurkan teman/sahabat sendiri, ada pula yang rela mengorbankan harga dirinya. Kita tidak menyadari bahwa ketenaran atau popularitas meski sangat menggiurkan namun sekaligus juga dapat menghancurkan.
Alkitab mencatat betapa populernya Kristus pada masa itu karena Ia melakukan perkara-perkara heran dan ajaib. Salah satunya seperti yang dikisahkan ini, yaitu hanya dengan lima roti jelai dan dua ikan Ia sanggup memberi makan lima ribu orang laki-laki, tidak termasuk perempuan dan anak-anak, dan bahkan masih tersisa dua belas bakul penuh. Luar biasa! Tidaklah mengherankan bila banyak orang berbondong-bondong mengikuti Dia dan mengelu-elukan-Nya. "Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata: 'Dia ini adalah benar-benar nabi yang akan datang ke dalam dunia.'" (Yohanes 6:14). Begitu melihat orang-orang sangat berambisi untuk menjadikan Dia sebagai Raja dan menyanjung-Nya, Kristus justru lebih memilih untuk menyingkir ke gunung, mengundurkan diri dari kerumunan orang dan pergi ke tempat-tempat yang sunyi untuk membangun persekutuan dengan Bapa.
Bagi Kristus, melakukan kehendak Bapa dan menggenapi rencana-Nya adalah prioritas utama. Segala ketenaran atau popularitas tak dengan serta merta membuat Kristus melupakan tujuan utama-Nya datang ke dunia. Jelas sekali apa yang Kristus perbuat sangat bertolak belakang dengan manusia pada umumnya yang ingin dipuji, dihormati, dielu-elukan, disanjung dan dikedepankan. Kristus yang lebih memilih mengundurkan diri dari pusat perhatian orang dan tetap fokus mengerjakan panggilan-Nya.
Prioritas hidup Kristus adalah bersekutu dengan Bapa, melakukan kehendak-Nya, dan melayani jiwa-jiwa, bukan demi mencari pujian dari manusia!
Baca: Yohanes 6:1-15
"Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri." Yohanes 6:15
Sebagian besar orang sangat menyukai ketenaran, popularitas, pujian, penghargaan dan penghormatan dari sesamanya. Saking hausnya akan hal-hal tersebut mereka rela menempuh segala cara demi mewujudkan apa yang diinginkan. Demi beroleh ketenaran atau popularitas ada yang pergi ke dukun atau paranormal, minta diberi 'susuk' atau penglaris, ada yang tega menikung atau menghancurkan teman/sahabat sendiri, ada pula yang rela mengorbankan harga dirinya. Kita tidak menyadari bahwa ketenaran atau popularitas meski sangat menggiurkan namun sekaligus juga dapat menghancurkan.
Alkitab mencatat betapa populernya Kristus pada masa itu karena Ia melakukan perkara-perkara heran dan ajaib. Salah satunya seperti yang dikisahkan ini, yaitu hanya dengan lima roti jelai dan dua ikan Ia sanggup memberi makan lima ribu orang laki-laki, tidak termasuk perempuan dan anak-anak, dan bahkan masih tersisa dua belas bakul penuh. Luar biasa! Tidaklah mengherankan bila banyak orang berbondong-bondong mengikuti Dia dan mengelu-elukan-Nya. "Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata: 'Dia ini adalah benar-benar nabi yang akan datang ke dalam dunia.'" (Yohanes 6:14). Begitu melihat orang-orang sangat berambisi untuk menjadikan Dia sebagai Raja dan menyanjung-Nya, Kristus justru lebih memilih untuk menyingkir ke gunung, mengundurkan diri dari kerumunan orang dan pergi ke tempat-tempat yang sunyi untuk membangun persekutuan dengan Bapa.
Bagi Kristus, melakukan kehendak Bapa dan menggenapi rencana-Nya adalah prioritas utama. Segala ketenaran atau popularitas tak dengan serta merta membuat Kristus melupakan tujuan utama-Nya datang ke dunia. Jelas sekali apa yang Kristus perbuat sangat bertolak belakang dengan manusia pada umumnya yang ingin dipuji, dihormati, dielu-elukan, disanjung dan dikedepankan. Kristus yang lebih memilih mengundurkan diri dari pusat perhatian orang dan tetap fokus mengerjakan panggilan-Nya.
Prioritas hidup Kristus adalah bersekutu dengan Bapa, melakukan kehendak-Nya, dan melayani jiwa-jiwa, bukan demi mencari pujian dari manusia!
Subscribe to:
Posts (Atom)