Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Desember 2017
Baca: 1 Petrus 2:18-25
"Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia
menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang
menghakimi dengan adil." 1 Petrus 2:23
Banyak orang percaya kurang menyadari bahwa hidup kekristenan adalah sebuah proses pembelajaran untuk menjadi serupa dengan Kristus. Apalah artinya menyebut diri sebagai pengikut Kristus, apabila dalam kehidupan sehari-hari karakter dan perilaku kita sama sekali tidak mencerminkan Kristus atau tidak meneladani bagaimana Kristus hidup.
Salah satu sifat Kristus yang patut diteladani adalah kelembutan hati-Nya. Kristus tidak pernah membalas kejahatan dengan kejahatan, sebaliknya Ia mengasihi orang yang berbuat jahat kepada-Nya, bahkan terhadap orang-orang yang meludahi-Nya, menghujat-Nya, mencambuk-Nya dan bahkan menyalibkan-Nya, Ia justru berdoa bagi mereka dan memohonkan pengampunan kepada Bapa: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." (Lukas 23:34). Bagaimana dengan kita? Ketika disakiti dan dilukai umumnya kita cenderung membela diri dan berusaha membalas dendam. Dalam hal mengasihi dan mengampuni musuh, Kristus adalah teladan utama. Kita pun bisa belajar dari orang-orang di Alkitab: Yusuf, walaupun memiliki kemampuan dan kesempatan membalas kejahatan saudara-saudaranya, tidak dilakukannya. Ia justru melepaskan pengampunan kepada mereka dan memberikan pertolongan ketika mereka berada dalam kesesakan. Musa, meski ditentang hebat dan dikatai-katai oleh Miryam, ia tak membalas dan akhirnya Tuhan sendiri yang bertindak sebagai pembela; "...tampaklah Miryam kena kusta, putih seperti salju;" (Bilangan 12:10). Rasul Paulus juga menghadapi hal yang sama: "Aleksander, tukang tembaga itu, telah banyak berbuat kejahatan terhadap aku. Tuhan akan membalasnya menurut perbuatannya." (2 Timotius 4:14).
Sebagai pengikut Kristus, terimalah perintah untuk hidup sama seperti Kristus hidup (1 Yohanes 2:6), walaupun untuk memiliki kelembutan hati seperti Kristus tidak mudah, diperlukan proses dan hati yang mau tunduk kepada pimpinan Roh Kudus.
Ketika kita punya kelembutan hati, mengasihi dan mengampuni orang yang bersalah kepada kita, sesungguhnya kita sedang membiasakan diri untuk mengenakan pribadi Kristus!
Thursday, December 14, 2017
Wednesday, December 13, 2017
PROFESI KITA ADALAH PANGGILAN KITA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Desember 2017
Baca: Matius 4:1-18-22
"Lalu merekapun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia." Matius 4:20
Perikop dari pembacaan firman adalah tentang Kristus memanggil murid-murid yang pertama. Ketika sedang menyusuri danau Galilea Yesus melihat dua orang bersaudara, "...Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya." (Matius 4:18). Ada pun profesi dari kedua orang itu adalah nelayan, dan waktu itu mereka sedang menjala ikan. Berkatalah Yesus kepada mereka, "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." (Matius 4:19). Mendengar panggilan Kristus itu mereka pun bergegas meninggalkan jalanya dan kemudian mengikut Dia dengan sepenuh hati.
Pernyataan bahwa Simon (Petrus) dan Andreas rela meninggalkan jalanya (profesi) dan mengikut Kristus (ayat nas), seringkali diasumsikan salah oleh banyak orang Kristen. Mereka berpikir untuk mengikut Kristus dan melayani Dia mereka harus meninggalkan pekerjaan atau profesi lamanya. Apakah harus demikian? Tuhan tidak pernah memerintahkan umat-Nya untuk meninggalkan pekerjaan (profesi) dan kemudian menjadi seorang full timer di gereja, karena melayani Tuhan tidak harus berada di belakang mimbar sebagai pengkhotbah, gembala sidang, worship leader dan sebagainya. Ketika Petrus dan Andreas pada suatu kesempatan memutuskan untuk kembali menekuni profesi lamanya sebagai nelayan, Yesus tidak marah kepada mereka, bahkan Ia bersedia menolong: "'Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh.' Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan." (Yohanes 21:6).
Kita seringkali lupa dan tidak menyadari bahwa sesungguhnya pekerjaan atau profesi yang sedang kita tekuni adalah sebuah ladang untuk melayani Tuhan, sebab pekerjaan atau profesi kita adalah juga panggilan Tuhan bagi kita. Oleh karena itu apa pun pekerjaan atau profesi kita, dan di mana pun Tuhan menempatkan kita untuk bekerja dan berkarya, biarlah keberadaan kita selalu menjadi berkat dan kesaksian bagi orang sekitar kita. Bagaimana caranya? "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose 3:23).
Ketika kita melakukan segala sesuatu dengan sepenuh hati seperti untuk Tuhan, bukan untuk manusia, itu adalah sebuah pelayanan yang berkenan!
Baca: Matius 4:1-18-22
"Lalu merekapun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia." Matius 4:20
Perikop dari pembacaan firman adalah tentang Kristus memanggil murid-murid yang pertama. Ketika sedang menyusuri danau Galilea Yesus melihat dua orang bersaudara, "...Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya." (Matius 4:18). Ada pun profesi dari kedua orang itu adalah nelayan, dan waktu itu mereka sedang menjala ikan. Berkatalah Yesus kepada mereka, "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." (Matius 4:19). Mendengar panggilan Kristus itu mereka pun bergegas meninggalkan jalanya dan kemudian mengikut Dia dengan sepenuh hati.
Pernyataan bahwa Simon (Petrus) dan Andreas rela meninggalkan jalanya (profesi) dan mengikut Kristus (ayat nas), seringkali diasumsikan salah oleh banyak orang Kristen. Mereka berpikir untuk mengikut Kristus dan melayani Dia mereka harus meninggalkan pekerjaan atau profesi lamanya. Apakah harus demikian? Tuhan tidak pernah memerintahkan umat-Nya untuk meninggalkan pekerjaan (profesi) dan kemudian menjadi seorang full timer di gereja, karena melayani Tuhan tidak harus berada di belakang mimbar sebagai pengkhotbah, gembala sidang, worship leader dan sebagainya. Ketika Petrus dan Andreas pada suatu kesempatan memutuskan untuk kembali menekuni profesi lamanya sebagai nelayan, Yesus tidak marah kepada mereka, bahkan Ia bersedia menolong: "'Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh.' Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan." (Yohanes 21:6).
Kita seringkali lupa dan tidak menyadari bahwa sesungguhnya pekerjaan atau profesi yang sedang kita tekuni adalah sebuah ladang untuk melayani Tuhan, sebab pekerjaan atau profesi kita adalah juga panggilan Tuhan bagi kita. Oleh karena itu apa pun pekerjaan atau profesi kita, dan di mana pun Tuhan menempatkan kita untuk bekerja dan berkarya, biarlah keberadaan kita selalu menjadi berkat dan kesaksian bagi orang sekitar kita. Bagaimana caranya? "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose 3:23).
Ketika kita melakukan segala sesuatu dengan sepenuh hati seperti untuk Tuhan, bukan untuk manusia, itu adalah sebuah pelayanan yang berkenan!
Subscribe to:
Posts (Atom)