Friday, December 8, 2017

LAYAKKAH DISEBUT MURID KRISTUS? (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Desember 2017

Baca:  Lukas 14:25-27

"Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku."  Lukas 14:27

Banyak orang Kristen beranggapan bahwa setelah percaya dan menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, maka hal itu sudah cukup baginya disebut sebagai murid Kristus.  Ditambah lagi dengan kerajinan kita dalam beribadah dan melayani pekerjaan Tuhan, bukankah semakin mempertegas status kita sebagai murid-Nya?  Sebatas itukah kriteria menjadi seorang murid Kristus?  Tidak semua orang yang menyebut diri sebagai pengikut Kristus itu layak disebut murid Kristus.  Mengapa?  Karena untuk menjadi murid Kristus yang sejati, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi:

     1.  Menyangkal diri dan pikul salib.  Jelas dikatakan:  "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku."  (Lukas 9:23).  Bila seorang hanya mau memuaskan keinginan dagingnya, enggan menanggalkan  'manusia lama'  itu artinya tidak ada penyangkalan diri dalam hidupnya.  Dan setiap pengikut Kristus harus memiliki salibnya sendiri-sendiri.  Artinya bahwa salib itu tidak mungkin dipikul oleh orang lain.  kita sering mendengar ada saudara-saudara seiman yang harus mengalami penganiayaan, intimidasi, diejek, dikucilkan, dan bahkan dijebloskan ke dalam penjara, bukan karena melakukan pelanggaran, tapi karena mempertahankan iman percayanya kepada Kristus.  Rasul Petrus berkata:  "Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamupun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian, -karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa-,"  (1 Petrus 4:1).  Tidak sedikit orang percaya yang tidak siap mental dalam memikul salibnya sendiri.  Ketika diperhadapkan dengan masalah, kesulitan, tantangan dan penderitaan, mereka mudah sekali menjadi kecewa, bersungut-sungut dan marah kepada Tuhan, lalu meninggalkan Tuhan.

     2.  Tinggal dalam firman Tuhan.  Seorang murid haruslah selalu mengikut kemanapun Sang Guru pergi.  Ini berarti kita tidak bisa berjalan menuruti kemauan dan kehendak sendiri, tetapi harus mengikuti kehendak Tuhan sepenuhnya.  Karena itu, kita harus menunjukkan konsistensinya dalam menjalankan apa yang diajarkan oleh Kristus.  Menjadi pelaku firman Tuhan adalah harga mutlak bagi seorang murid Kristus.

Thursday, December 7, 2017

LATIHLAH DIRIMU DALAM HAL IBADAH!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Desember 2017

Baca:  Mazmur 84:1-13

"Betapa disenangi tempat kediaman-Mu, ya TUHAN semesta alam!"  Mazmur 84:2

Kesukaan Daud adalah berada di bait Tuhan karena di situlah ia menemukan, mengalami dan merasakan hadirat Tuhan.  Inilah yang menjadi kerinduan dalam hidup Daud!  "Jiwaku hancur karena merindukan pelataran-pelataran TUHAN;"  (Mazmur 84:3).  Ada banyak orang Kristen yang merasa tidak betah berada di bait Tuhan.  Apa buktinya?  Mereka tidak serius saat melakukan ibadah, bahkan tidak sedikit di antara mereka yang tampak main-main dan bersenda gurau.  Atau mereka melakukan ibadah hanya sebatas aktivitas jasmaniah dan rutinitas, bukan didasari oleh kasih dan kerinduannya untuk berjumpa dengan Tuhan secara pribadi.  "Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia."  (Matius 15:8-9).  Selama ibadah kita hanya sebatas rutinitas, tanpa disertai kasih dan kerinduan kepada Tuhan, kita takkan pernah merasakan dan mengalami manifestasi dari hadirat Tuhan.

     Rasul Paulus menasihati,  "Latihlah dirimu beribadah."  (1 Timotius 4:7b).  Mengapa?  Karena  "Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang."  (1 Timotius 4:8).  Ini berbicara tentang kedisiplinan rohani!  Sering dijumpai orang-orang Kristen yang tidak disiplin rohani:  berdoa, membaca Alkitab atau beribadah hanya dilakukan pada situasi dan kondisi tertentu.  Ketika sedang menghadapi masalah dan pergumulan hidup yang berat mereka tampak bersemangat mengerjakan perkara-perkara rohani, tapi begitu keadaan sudah beres dan tampak normal, perkara-perkara rohani tidak lagi menjadi hal yang prioritas.

     Penting sekali untuk mendisiplinkan diri dalam hal-hal rohani, karena disiplin rohani itu sangat bermanfaat bagi kebugaran rohani kita.  Jika kita sehat secara rohani, fondasi hidup kita pun akan semakin kuat;  seberat apa pun badai kehidupan menerpa, kita akan tetap tegak berdiri dan tak tergoyahkan.  Jadi untuk mengalami hadirat Tuhan secara permanen kita harus melatih diri dalam hal ibadah, dan itu butuh kedisiplinan tinggi.

Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah, tapi marilah semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat  (Ibrani 10:25).