Friday, October 6, 2017

MENJADI BERKAT: Punya Beban Ilahi (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Oktober 2017

Baca:  Kisah Para Rasul 4:32-37

"Ia menjual ladang, miliknya, lalu membawa uangnya itu dan meletakkannya di depan kaki rasul-rasul."  Kisah 4:37

Untuk memberi yang terbaik diperlukan sebuah pengorbanan, bukan hanya korban materi saja, tapi juga korban tenaga, waktu, pikiran, harga diri, gengsi dan terutama sekali adalah pemberian diri.  "Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati."  (Roma 12:1).  Ada banyak orang Kristen tampak menggebu-gebu melayani pekerjaan Tuhan ketika segala sesuatu berjalan sesuai dengan keinginan.  Begitu dihadapkan pada masalah, gesekan dan benturan, semangat mereka melayani Tuhan pun mengendur, apalagi bila dituntut untuk berkorban, tanpa basa-basi mereka langsung mundur secara teratur.

     Tuhan Yesus adalah teladan utama dalam hal melayani.  Ia bukan sekedar melayani orang-orang dengan pengajaran-Nya, tapi Ia rela mengorbankan nyawa-Nya di kayu salib.  Bagaimana dengan kita?  Maukah kedagingan kita disalibkan setiap hari?  Maukah kita menyangkal diri dan memikul salib?  Yesus berkata,  "Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku."  (Matius 10:38).  Pelayanan sejati menuntut pengorbanan!  Pelayanan sejati menuntut pengorbanan!  Melayani pekerjaan Tuhan dan melayani harus dilakukan sepenuh hati dan butuh kerelaan hati untuk berkorban.  Tidak ada alasan orang percaya tidak melayani karena Tuhan telah memberi kita karunia-karunia.  "Karena itulah kuperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padamu..."  (2 Timotius 1:6).

     Melayani bisa dimulai dari hal yang sederhana atau sesuatu yang kecil.  Dinyatakan bahwa orang yang setia dalam perkara kecil akan diberikan tanggung jawab dalam perkara yang lebih besar oleh Tuhan  (baca  Lukas 16:10).  Setialah mengerjakan apa pun yang Tuhan percayakan dan jangan menganggap remeh.  "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya."  (Kolose 3:23-24).

Ingin menjadi berkat?  Berilah yang terbaik dan lakukan segala sesuatu dengan sepenuh hati!

Thursday, October 5, 2017

MENJADI BERKAT: Punya Beban Ilahi (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Oktober 2017

Baca:  Kisah Para Rasul 4:32-37

"Sebab tidak ada seorangpun yang berkekurangan di antara mereka; karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa..."  Kisah 4:34

Hidup yang menjadi berkat adalah panggilan Tuhan bagi setiap orang percaya.  "...Yusuf, yang oleh rasul-rasul disebut Barnabas, artinya anak penghiburan, seorang Lewi dari Siprus."  (Kisah 4:36), adalah salah satu contoh orang yang hidupnya menjadi berkat atau kesaksian bagi orang lain.  Orang yang menjadi berkat adalah orang yang menerima beban Ilahi, sehingga ia memiliki empati ketika melihat satu kebutuhan yang dirasakan oleh orang lain atau lingkungan, dan kemudian mengabdikan diri dalam pelayanan.

     Ketika gereja mulai bertumbuh banyak sekali petobat baru, dimana kebanyakan adalah orang-orang yang berasal dari keluarga sederhana, secara materi pas-pasan dan bisa dikatakan hidup dalam kekurangan.  Untuk dapat melayani mereka diperlukan orang yang memiliki hati yang terbeban.  Muncullah Yusuf  (para rasul lebih suka menyebutnya Barnabas), anak penghiburan, yang ketika melihat kebutuhan jemaat hatinya terbeban sehingga ia rela menjual ladang miliknya dan kemudian uang hasil penjualan tersebut diserahkan kepada para rasul untuk membantu jemaat yang hidup berkekurangan.  "Sebab kamu dibebani bukanlah supaya orang-orang lain mendapat keringanan, tetapi supaya ada keseimbangan. Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan."  (2 Korintus 8:13-14).

     Orang yang menyadari betapa besar kasih Tuhan dalam hidupnya pasti tidak akan berdiam diri, melainkan berusaha melakukan sesuatu untuk membalas kasih-Nya.  Dan bukti kasihnya kepada Tuhan adalah kerelaannya untuk berkorban seperti yang dilakukan oleh Yusuf Barnabas, yang rela menjual tanahnya.  Tanah atau ladang adalah sesuatu yang sangat berharga.  Artinya Yusuf rela mempersembahkan sesuatu yang berharga yang dimilikinya untuk melayani jiwa-jiwa.  Hal itu menunjukkan bahwa ia menempatkan pekerjaan Tuhan dan kepentingan sesama lebih dari kepentingan diri sendiri.  Yusuf sadar benar bahwa Tuhan Yesus adalah Raja di atas segala raja, Tuhan segala tuan, yang berhak dan layak untuk menerima segala yang terbaik dari hidup kita.