Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 September 2017
Baca: 2 Korintus 4:1-15
"Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata,
bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari
diri kami." 2 Korintus 4:7
Bukan hal yang mengejutkan lagi jika seseorang berhasil seringkali ia lupa diri. Ia merasa bahwa keberhasilan yang diraihnya itu adalah hasil usahanya sendiri, karena kekuatan dan kehebatannya. Bukan hanya mereka yang berhasil di bidang pekerjaan konvensional, hamba-hamba Tuhan pun merasa bahwa keberhasilannya dalam pelayanan adalah buah dari kerja kerasnya sendiri, bukan karena campur tangan Tuhan. Mereka lupa dengan ayat ini: "...di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa." (Yohanes 15:5b).
Alangkah baiknya memiliki pola pikir seperti rasul Paulus yang menyadari bahwa dalam keadaan apa pun ia dapat bertahan karena kasih karunia Tuhan. "Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada
sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak
sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka
semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai
aku." (1 Korintus 15:10). Pengakuan Paulus ini merupakan suatu kebenaran, bahwa setiap keberhasilan yang diraihnya bukan karena kesanggupan, kekuatan dan kemampuan yang ia miliki, tapi karena kasih karunia Tuhan yang menyertainya. Karena itu tidak ada alasan bagi siapa pun untuk bermegah dan menyombongkan diri apabila saat ini berhasil dalam apa saja yang dikerjakan. Roh Tuhan lah yang berperan besar dalam hidup manusia sebagaimana tertulis: "Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman TUHAN semesta alam." (Zakharia 4:6). Tidak ada yang patut dibanggakan dalam diri manusia, kita ini "...tidak lebih dari pada embusan nafas, dan sebagai apakah ia dapat dianggap?" (Yesaya 2:22).
Jangan pernah membanggakan diri karena merasa kuat, pintar, gagah, kaya atau hebat! Yang Tuhan kehendaki dalam diri umat-Nya adalah hati yang penuh kerendahan di hadapan pencipta-Nya. Kita harus ingat bahwa Tuhan dapat memakai siapa saja dan apa saja demi kepentingan-Nya. Salah satu contoh di Alkitab adalah Tuhan memakai keledai untuk berbicara kepada Bileam (baca Bilangan 22:28-30).
Jika kita berhasil, itu bukan karena siapa kita, tapi karena Tuhan berkenan memakai kita... Karena itu bersyukurlah!
Tuesday, September 26, 2017
Monday, September 25, 2017
JANGAN MENCARI PERTOLONGAN KEPADA DUNIA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 September 2017
Baca: Kejadian 12:10-20
"Ketika kelaparan timbul di negeri itu, pergilah Abram ke Mesir untuk tinggal di situ sebagai orang asing, sebab hebat kelaparan di negeri itu." Kejadian 12:10
Pada suatu ketika Tuhan memanggil Abram dan menyuruhnya keluar dari negerinya dan dari sanak saudaranya. "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu;" (Kejadian 12:1). Lalu pergilah Abram bersama Sarai (isterinya) dan Lot dengan beberapa orang dan segala harta benda mereka. Abram berjalan terus dan makin jauh ia berjalan ke Tanah Negeb, suatu wilayah padang pasir di Israel selatan. Setelah sampai di tempat itu terjadilah kelaparan yang hebat. Mungkin timbul pertanyaan dalam diri Abram: "Tuhan, aku sudah taat, aku sudah melayani Engkau, tapi mengapa hal-hal yang tak menyenangkan terjadi? Mengapa aku harus dihadapkan pada situasi yang teramat sulit seperti ini?"
Kemudian karena kelaparan timbul di negeri itu pergilah Abram ke Mesir (ayat nas). Dengan kata lain, ketika mengalami masalah yang berat Abram meminta pertolongan ke Mesir. Mesir adalah lambang dunia. Abram pergi ke Mesir bukan atas petunjuk dari Tuhan, tetapi atas kehendaknya sendiri. Pada waktu itu iman Abram belum bertumbuh sehebat yang dikisahkan dalam Alkitab, di mana ia di kemudian hari disebut bapa orang percaya. Dalam situasi-situasi sulit Abram lebih berharap kepada Mesir daripada berharap kepada Tuhan. Abram mencoba mencari jalan keluar untuk masalahnya dengan mengandalkan jalan pikirannya sendiri yang terbatas. Karena keadaannya sangat mendesak dan demi mendapatkan pertolongan secara instan, Abram bahkan berani berbohong kepada Firaun dengan mengatakan bahwa Sarai adalah adiknya, sehingga Sara pun diambil isteri oleh Firaun! Namun oleh karena anugerah dan campur tangan Tuhan semata akhirnya rumah tangga Abram dipulihkan, Sarai kembali kepadanya....
Berbagai persoalan yang Tuhan ijinkan terjadi dalam hidup ini adalah bagian dari proses pendewasaan iman kita. Karena itu Tuhan mengajar kita untuk berseru kepada-Nya dan berharap hanya kepada-Nya saja, bukan kepada yang lain, seperti tertulis: "Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka TUHAN mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya." (Mazmur 34:18).
Berharaplah hanya kepada Tuhan, karena pertolongan-Nya itu cukup bagi kita!
Baca: Kejadian 12:10-20
"Ketika kelaparan timbul di negeri itu, pergilah Abram ke Mesir untuk tinggal di situ sebagai orang asing, sebab hebat kelaparan di negeri itu." Kejadian 12:10
Pada suatu ketika Tuhan memanggil Abram dan menyuruhnya keluar dari negerinya dan dari sanak saudaranya. "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu;" (Kejadian 12:1). Lalu pergilah Abram bersama Sarai (isterinya) dan Lot dengan beberapa orang dan segala harta benda mereka. Abram berjalan terus dan makin jauh ia berjalan ke Tanah Negeb, suatu wilayah padang pasir di Israel selatan. Setelah sampai di tempat itu terjadilah kelaparan yang hebat. Mungkin timbul pertanyaan dalam diri Abram: "Tuhan, aku sudah taat, aku sudah melayani Engkau, tapi mengapa hal-hal yang tak menyenangkan terjadi? Mengapa aku harus dihadapkan pada situasi yang teramat sulit seperti ini?"
Kemudian karena kelaparan timbul di negeri itu pergilah Abram ke Mesir (ayat nas). Dengan kata lain, ketika mengalami masalah yang berat Abram meminta pertolongan ke Mesir. Mesir adalah lambang dunia. Abram pergi ke Mesir bukan atas petunjuk dari Tuhan, tetapi atas kehendaknya sendiri. Pada waktu itu iman Abram belum bertumbuh sehebat yang dikisahkan dalam Alkitab, di mana ia di kemudian hari disebut bapa orang percaya. Dalam situasi-situasi sulit Abram lebih berharap kepada Mesir daripada berharap kepada Tuhan. Abram mencoba mencari jalan keluar untuk masalahnya dengan mengandalkan jalan pikirannya sendiri yang terbatas. Karena keadaannya sangat mendesak dan demi mendapatkan pertolongan secara instan, Abram bahkan berani berbohong kepada Firaun dengan mengatakan bahwa Sarai adalah adiknya, sehingga Sara pun diambil isteri oleh Firaun! Namun oleh karena anugerah dan campur tangan Tuhan semata akhirnya rumah tangga Abram dipulihkan, Sarai kembali kepadanya....
Berbagai persoalan yang Tuhan ijinkan terjadi dalam hidup ini adalah bagian dari proses pendewasaan iman kita. Karena itu Tuhan mengajar kita untuk berseru kepada-Nya dan berharap hanya kepada-Nya saja, bukan kepada yang lain, seperti tertulis: "Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka TUHAN mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya." (Mazmur 34:18).
Berharaplah hanya kepada Tuhan, karena pertolongan-Nya itu cukup bagi kita!
Subscribe to:
Posts (Atom)