Friday, September 8, 2017

SALING JEGAL: Tidak Hidup Dalam Kasih

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 September 2017

Baca:  Lukas 9:49-50

"Guru, kami lihat seorang mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita."  Lukas 9:49

Semakin hari dunia semakin  'panas'  dengan persaingan antar manusia.  Karena keadaan ini banyak orang mudah tersulut emosi.  Kasih menjadi sesuatu yang langka dan tak mudah ditemukan, karena hubungan antarinsani selalu dilandasi kepentingan tertentu.  Saling jegal menjadi sesuatu yang biasa terjadi.

     Saling jegal juga terjadi di dunia pelayanan!  Para pelayan Tuhan menjegal rekan sepelayanan di ladang Tuhan karena merasa tersaingi.  Intinya orang saling jegal karena tidak suka melihat orang lain lebih maju, lebih berhasil, atau lebih dipakai Tuhan dalam pelayanan.  Karena itu beerbagai cara ditempuh untuk menghambat dan menghalangi langkahnya.  Mengapa Yohanes pembaptis berkata kepada Tuhan Yesus,  "...kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita."  (ayat nas)?  Mulai ada iri hati dalam diri Yohanes:  mengapa ada orang lain yang bukan pengikut Kristus mengusir setan demi nama-Nya dan berhasil.  Mungkin timbul pertanyaan di benaknya:  "Mengapa harus orang lain yang dapat melakukannya, mengapa bukan aku?"

     Seharusnya kita bersyukur jika ada orang lain yang hidupnya dipakai Tuhan secara luar biasa.  Itu menjadi pendorong atau motivasi bagi kita untuk belajar lebih lagi dan berusaha untuk meningkatkan kualitas kerohanian kita.  Sebagai kawan sekerja di ladang Tuhan seharusnya kita saling menopang dan bahu-membahu dalam melayani Tuhan.  Sikap saling jegal adalah tanda bahwa kita tidak memiliki kasih.  Orang yang memiliki kasih justru akan belajar untuk menghargai kelebihan orang lain, dan membuat kita bisa bersyukur karena nama Tuhan dipermuliakan melalui orang-orang yang dipakai Tuhan secara luar biasa, jangan justru kita iri hati dan dengki kepada mereka.  Tuhan Yesus berkata,  "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi." (Yohanes 13:34-35).

Memiliki kasih adalah tanda bahwa kita ini adalah anak-anak Tuhan, jangan malah menjegal!

Thursday, September 7, 2017

SEBERAT APA PUN JANGAN MENGGERUTU

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 September 2017

Baca:  Kisah Para Rasul 16:6-35

"Setelah Paulus melihat penglihatan itu, segeralah kami mencari kesempatan untuk berangkat ke Makedonia, karena dari penglihatan itu kami menarik kesimpulan, bahwa Allah telah memanggil kami untuk memberitakan Injil kepada orang-orang di sana."  Kisah 16:10

Pada suatu malam rasul Paulus mendapat penglihatan, tampaklah seorang Makedonia berseru kepadanya:  "Menyeberanglah ke mari dan tolonglah kami!"  (Kisah 16:9).  Ia percaya penglihatan itu merupakan panggilan Tuhan untuk mengabarkan injil kepada orang-orang di sana.  Segeralah Paulus dan Silas merespons panggilan Tuhan ini dan pergi menuju ke daerah penginjilan baru itu.

     Begitu sampai di wilayah Makedonia bagaimana reaksi orang-orang?  Ketika Paulus dan Silas sampai di Filipi banyak orang menentang keras.  Mereka menyeret Paulus dan Silas ke pasar dan menghadapkannya kepada penguasa kota:  pakaian mereka dikoyak dan didera berkali-kali, lalu keduanya dimasukkan ke dalam ruang penjara yang paling tengah dengan kaki terbelenggu dalam pasungan.  Seandainya Paulus dan Silas berkarakter seperti orang-orang Kristen kebanyakan pastilah mereka mengeluh, bersungut-sungut, menggerutu, marah kepada Tuhan.  Mungkin mereka berkata,  "Aku sudah taat mengerjakan panggilan-Mu, mengapa seperti ini?"  Tapi Paulus dan Silas adalah hamba Tuhan yang patut diteladani.  Dalam situasi sulit mereka tetap memuliakan nama Tuhan.  "Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka."  (Kisah 16:25).

     Paulus dan Silas percaya ada rencana Tuhan yang indah di balik penderitaan yang dialaminya.  Seringkali kita juga mengalami penderitaan karena kesetiaan kita dalam melayani Tuhan dan hidup benar.  Namun seringkali kita menggerutu dan menyalahkan Tuhan.  Kita lupa bahwa Tuhan bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita yang mengasihi Dia, yaitu mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana-Nya  (baca  Roma 8:28).

"Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya."  1 Petrus 2:21