Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Mei 2017
Baca: Amsal 21:17-23
"Harta yang indah dan minyak ada di kediaman orang bijak, tetapi orang yang bebal memboroskannya." Amsal 21:20
Kita sering mendengar ungkapan 'rumahku istanaku' yang artinya tidak ada tempat yang paling nyaman selain saat berada di rumah sendiri. Dalam ungkapan ini, bentuk fisik sebuah rumah, entah itu rumah berukuran besar atau kecil, mewah atau sederhana, berada di kawasan elite atau di gang yang sempit (perkampungan), tidaklah begitu berpengaruh. Sering kita temui ada orang-orang yang tinggal di rumah yang mewah dengan perabotan yang serba lux, tetapi suasana di dalam rumah itu tidak seindah nampaknya, tidak ada ketenteraman dan kenyamanan, yang ada justru percekcokan dan pertengkaran di antara anggota keluarga: anak-anak memberontak, suami selingkuh, dan sebagainya.
Rasa nyaman, tenteram, tenang dan damai sangat dipengaruhi oleh faktor intern dalam rumah itu. Mungkin saja rumah itu kecil dan sederhana, tapi bila setiap penghuni rumah itu atau masing-masing anggota keluarga senantiasa mempraktekkan hidup yang sesuai dengan firman Tuhan, pasti akan memiliki suasana yang berbeda. Itulah tempat kediaman orang bijak! Orang bijak menurut kitab Amsal adalah orang yang mau belajar dan diajar, mau menerima teguran; orang yang bertumbuh di dalam hikmat, nasihat, kebijaksanaan dan pengetahuan; orang yang menjauhi kejahatan. Atau dengan kata lain orang bijak adalah orang yang takut akan Tuhan (orang benar). Karena memiliki hati yang takut akan Tuhan dan mempraktekkan firman, bisa dipastikan bahwa di dalam kediaman orang bijak ada buah Roh: "...kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri." (Galatia 5:22-23a).
Kesimpulannya, di dalam kediaman orang bijak senantiasa ada berkat yang berkelimpahan sebagai dampak ketaatannya melakukan firman Tuhan. Kata 'harta yang indah' berbicara tentang berkat; sedangkan kata 'minyak' berbicara tentang pengurapan Tuhan. Karena dalam kediaman orang bijak ada kebenaran maka ada jaminan perlindungan dan pembelaan dari Tuhan bagi mereka, sehingga hari-harinya penuh dengan kemenangan. "Orang bijak dapat memanjat kota pahlawan-pahlawan, dan merobohkan benteng yang mereka percayai." (Amsal 21:22).
Kenyamanan ada di kediaman orang bijak, karena Tuhan ada di antara mereka!
Tuesday, May 30, 2017
Monday, May 29, 2017
NATAN: Tuhan Telah Memberikan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Mei 2017
Baca: 2 Samuel 12:1-25
"TUHAN mengutus Natan kepada Daud." 2 Samuel 12:1a
Berbicara tentang nabi Natan, ingatan kita pasti tertuju kepada Daud. Mengapa? Karena nabi Natan adalah salah seorang nabi yang memiliki hubungan yang sangat dekat dengan raja Daud. Karena kedekatannya ini maka Daud tidak segan-segan untuk mengungkapkan apa yang menjadi pergumulan hidupnya kepada nabi Natan. Salah satu contohnya adalah ketika Daud punya kerinduan untuk membangun bait Tuhan, kerinduan itu ia share kepada nabi Natan, di mana akhirnya Tuhan memakai nabi-Nya untuk menjawab kerinduan Daud ini walaupun yang akan melaksanakan pembangunan bait-Nya bukanlah dia tapi keturunannya. "...Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya. Dialah yang akan mendirikan rumah bagi nama-Ku..." (2 Samuel 7:12-13).
Nama Natan dalam bahasa Ibrani memiliki arti: Tuhan telah memberikan. Sesuai dengan arti namanya Tuhan telah memberikan Natan bagi Daud, Tuhan memakai nabi Natan untuk menyatakan kehendak-Nya atau menjadi juru bicara-Nya bagi Daud. Bukan hanya itu, Tuhan juga menyediakan seorang kawan yang tidak takut menyatakan kebenaran, menegur kesalahan, atau yang mampu bersikap tegas tanpa kompromi. Ketika Daud jatuh dalam dosa perzinahan dengan Batsyeba, nabi Natan menegurnya dengan menggunakan metode perumpamaan. Dengan perumpamaan yang disampaikan Natan ini tanpa disadari Daud menyalahkan dirinya sendiri (2 Samuel 12:5). Teguran keras nabi Natan terhadapnya ini tidak membuat Daud kebakaran jenggot, marah atau memusuhi Natan, justru ia menunjukkan kualitas hidup sebagai pemimpin sejati, "...menegakkan keadilan dan kebenaran bagi seluruh bangsanya." (2 Samuel 8:15). Dengan penuh penyesalan Daud mengakui kesalahan dan dosanya (2 Samuel 12:13), karena itu Tuhan pun mengampuninya (baca 1 Yohanes 1:9).
Adalah tidak mudah menegur, menyatakan kebenaran dan bersikap tegas seperti nabi Natan. Banyak orang memilih melakukan kompromi atau menutup mata ketika melihat orang-orang yang dikasihi melakukan perbuatan yang menyimpang dari firman.
"Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah." Amsal 27:6
Baca: 2 Samuel 12:1-25
"TUHAN mengutus Natan kepada Daud." 2 Samuel 12:1a
Berbicara tentang nabi Natan, ingatan kita pasti tertuju kepada Daud. Mengapa? Karena nabi Natan adalah salah seorang nabi yang memiliki hubungan yang sangat dekat dengan raja Daud. Karena kedekatannya ini maka Daud tidak segan-segan untuk mengungkapkan apa yang menjadi pergumulan hidupnya kepada nabi Natan. Salah satu contohnya adalah ketika Daud punya kerinduan untuk membangun bait Tuhan, kerinduan itu ia share kepada nabi Natan, di mana akhirnya Tuhan memakai nabi-Nya untuk menjawab kerinduan Daud ini walaupun yang akan melaksanakan pembangunan bait-Nya bukanlah dia tapi keturunannya. "...Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya. Dialah yang akan mendirikan rumah bagi nama-Ku..." (2 Samuel 7:12-13).
Nama Natan dalam bahasa Ibrani memiliki arti: Tuhan telah memberikan. Sesuai dengan arti namanya Tuhan telah memberikan Natan bagi Daud, Tuhan memakai nabi Natan untuk menyatakan kehendak-Nya atau menjadi juru bicara-Nya bagi Daud. Bukan hanya itu, Tuhan juga menyediakan seorang kawan yang tidak takut menyatakan kebenaran, menegur kesalahan, atau yang mampu bersikap tegas tanpa kompromi. Ketika Daud jatuh dalam dosa perzinahan dengan Batsyeba, nabi Natan menegurnya dengan menggunakan metode perumpamaan. Dengan perumpamaan yang disampaikan Natan ini tanpa disadari Daud menyalahkan dirinya sendiri (2 Samuel 12:5). Teguran keras nabi Natan terhadapnya ini tidak membuat Daud kebakaran jenggot, marah atau memusuhi Natan, justru ia menunjukkan kualitas hidup sebagai pemimpin sejati, "...menegakkan keadilan dan kebenaran bagi seluruh bangsanya." (2 Samuel 8:15). Dengan penuh penyesalan Daud mengakui kesalahan dan dosanya (2 Samuel 12:13), karena itu Tuhan pun mengampuninya (baca 1 Yohanes 1:9).
Adalah tidak mudah menegur, menyatakan kebenaran dan bersikap tegas seperti nabi Natan. Banyak orang memilih melakukan kompromi atau menutup mata ketika melihat orang-orang yang dikasihi melakukan perbuatan yang menyimpang dari firman.
"Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah." Amsal 27:6
Subscribe to:
Posts (Atom)