Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Mei 2017
Baca: Mazmur 22:1-32
"Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku." Mazmur 22:2
Ketika berada dalam masalah atau situasi sulit yang sepertinya tidak ada jalan keluar, saat itulah kita merasa sendiri, Tuhan serasa jauh, dan kita pun beranggapan bahwa Tuhan tidak lagi memperdulikan kita. Dalam situasi ini kita juga berpikir bahwa Tuhan diam seribu basa dan tidak melakukan sesuatu apa pun untuk kita. Akhirnya kita berubah sikap: berputus asa, mengeluh, hilang harapan, dan arah pandang kita tidak lagi tertuju kepada Tuhan, melainkan kepada masalah dan situasi yang ada. Kita mulai memutar otak mencari cara bagaimana bisa melepaskan diri dari jerat masalah dengan menggunakan kekuatan sendiri dan berusaha untuk mencari pertolongan kepada sumber yang lain.
Benarkah Tuhan meninggalkan kita dan tidak berbuat sesuatu apa pun untuk kita? Di segala situasi sesungguhnya Tuhan tetaplah Pribadi yang mengasihi dan memperhatikan, sebagaimana yang Ia janjikan, "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." (Ibrani 13:5b). Kita menganggap Tuhan tidak melakukan sesuatu karena kita kurang memahami cara dan jalan Tuhan yang memang tidak seperti yang kita pikirkan, sebab "...rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu." (Yesaya 55:8).
Bila Tuhan sepertinya berada di tempat yang teramat jauh dan meninggalkan kita tentunya Ia punya alasan. 1. Tuhan meninggalkan ketika kita merasa tidak membutuhkan Tuhan. Banyak orang merasa tidak lagi membutuhkan Tuhan karena hatinya melekat kepada harta dan uang. Mereka berpikir dengan harta dan uang yang dimiliki mereka bisa melakukan apa saja tanpa campur tangan Tuhan. Akhirnya harta dan uang menjadi sandaran hidup, padahal harta dan uang sama sekali tak bisa menolong dan menyelamatkan. Rasul Paulus berpesan, "Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan
tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti
kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada
kita segala sesuatu untuk dinikmati." (1 Timotius 6:17). (Bersambung)
Tuesday, May 2, 2017
Monday, May 1, 2017
MERESPONS KASIH TUHAN YANG HEBAT
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Mei 2017
Baca: Mazmur 117:1-2
"Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan TUHAN untuk selama-lamanya." Mazmur 117:2
Bila kita ingat tentang kasih Tuhan dalam hidup ini, sampai kapan pun kita takkan sanggup menghitung dan mengukurnya. Kebaikan, kemurahan, kesetiaan, pemeliharaan dan perlindungan Tuhan atas kita sungguh tiada terbilang... "...betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus," (Efesus 3:18). Namun seringkali kita kurang menyadarinya, yang kita ingat-ingat hanyalah besarnya masalah dan kesulitan-kesulitan yang kita alami. Masalah dan kesulitan yang ada laksana tembok tebal yang menghalangi dan menutupi pandangan mata kita untuk melihat kebesaran kasih Tuhan.
Manakah yang lebih besar: masalah atau kasih Tuhan yang telah kita terima? Jika mau jujur, kasih Tuhan itu jauh lebih besar dari masalah apa pun. Daud adalah orang yang merespons apa yang Tuhan sudah kerjakan di sepanjang hidupnya dengan sikap hati yang benar. "Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hatiku," (Mazmur 9:2). Hati Daud berlimpah dengan ucapan syukur, bukan bersyukur dengan perkataan saja, tetapi bersyukurlah dengan segenap hatinya. Rasa syukur yang hanya diucapkan lewat bibir saja, tentunya sangat berbeda dengan ucapan syukur yang keluar dari lubuk hati terdalam. Jika rasa syukur itu keluar dari hati, maka perkataan, perbuatan dan seluruh aspek hidup akan diubahkan karena ucapan syukur tersebut. Daud juga "...menceritakan segala perbuatan-Mu yang ajaib;" (Mazmur 9:2). Artinya Daud tidak berhenti sebatas mengucap syukur, ia juga rindu untuk menyaksikan kasih Tuhan kepada orang lain, menceritakan segala kebaikan yang telah ia terima dari Tuhan, menceritakan apa yang sudah dialaminya bersama Tuhan.
Bagaimana dengan Saudara? Bukankah kasih Tuhan sangat luar biasa dalam hidup kita, karena Dia rela mengorbankan nyawa-Nya menebus dosa-dosa kita, mengampuni kesalahan kita, membebaskan kita dari segala kutuk, dan karena kasih-Nya kita diangkat sebagai anak-anak-Nya? Sadar betapa hebatnya kasih Tuhan mendorong Daud semakin mendekat kepada Tuhan, semakin mengenal-Nya dan mencari Dia lebih sungguh!
"Ya TUHAN, kasih-Mu sampai ke langit, setia-Mu sampai ke awan....Betapa berharganya kasih setia-Mu, ya Allah!" Mazmur 36:6, 8
Baca: Mazmur 117:1-2
"Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan TUHAN untuk selama-lamanya." Mazmur 117:2
Bila kita ingat tentang kasih Tuhan dalam hidup ini, sampai kapan pun kita takkan sanggup menghitung dan mengukurnya. Kebaikan, kemurahan, kesetiaan, pemeliharaan dan perlindungan Tuhan atas kita sungguh tiada terbilang... "...betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus," (Efesus 3:18). Namun seringkali kita kurang menyadarinya, yang kita ingat-ingat hanyalah besarnya masalah dan kesulitan-kesulitan yang kita alami. Masalah dan kesulitan yang ada laksana tembok tebal yang menghalangi dan menutupi pandangan mata kita untuk melihat kebesaran kasih Tuhan.
Manakah yang lebih besar: masalah atau kasih Tuhan yang telah kita terima? Jika mau jujur, kasih Tuhan itu jauh lebih besar dari masalah apa pun. Daud adalah orang yang merespons apa yang Tuhan sudah kerjakan di sepanjang hidupnya dengan sikap hati yang benar. "Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hatiku," (Mazmur 9:2). Hati Daud berlimpah dengan ucapan syukur, bukan bersyukur dengan perkataan saja, tetapi bersyukurlah dengan segenap hatinya. Rasa syukur yang hanya diucapkan lewat bibir saja, tentunya sangat berbeda dengan ucapan syukur yang keluar dari lubuk hati terdalam. Jika rasa syukur itu keluar dari hati, maka perkataan, perbuatan dan seluruh aspek hidup akan diubahkan karena ucapan syukur tersebut. Daud juga "...menceritakan segala perbuatan-Mu yang ajaib;" (Mazmur 9:2). Artinya Daud tidak berhenti sebatas mengucap syukur, ia juga rindu untuk menyaksikan kasih Tuhan kepada orang lain, menceritakan segala kebaikan yang telah ia terima dari Tuhan, menceritakan apa yang sudah dialaminya bersama Tuhan.
Bagaimana dengan Saudara? Bukankah kasih Tuhan sangat luar biasa dalam hidup kita, karena Dia rela mengorbankan nyawa-Nya menebus dosa-dosa kita, mengampuni kesalahan kita, membebaskan kita dari segala kutuk, dan karena kasih-Nya kita diangkat sebagai anak-anak-Nya? Sadar betapa hebatnya kasih Tuhan mendorong Daud semakin mendekat kepada Tuhan, semakin mengenal-Nya dan mencari Dia lebih sungguh!
"Ya TUHAN, kasih-Mu sampai ke langit, setia-Mu sampai ke awan....Betapa berharganya kasih setia-Mu, ya Allah!" Mazmur 36:6, 8
Subscribe to:
Posts (Atom)