Monday, January 2, 2017

MASA DEPAN BAGI ORANG PERCAYA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Januari 2017

BacaAmsal 23:1-35

"Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang."  Amsal 23:18

Melihat keadaan dunia saat ini yang unpredictable sangatlah wajar bila banyak orang mengalami ketakutan dan kekuatiran tentang hidup mereka di masa depan.  Dengan nada pesimis mereka berkata,  "Tidak ada masa depan, masa depan semakin suram!"

     Seburuk apa pun situasi yang sedang terjadi kita harus tetap optimis, sebab masa depan itu sungguh ada dan harapan itu tidak akan hilang  (ayat nas).  Janji firman Tuhan adalah jaminan kita.  "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan."  (Yeremia 29:11).  Kita percaya bahwa  "...tidak ada rencana-Mu yang gagal."  (Ayub 42:2).  Ketika umat Israel merasa tidak yakin akan masa depannya, merasa mustahil dapat menyeberangi sungai Yordan, Yosua menguatkan mereka bahwa Tuhan pasti melakukan perbuatan ajaib asal mereka mau menguduskan diri.  "Kuduskanlah dirimu, sebab besok TUHAN akan melakukan perbuatan yang ajaib di antara kamu."  (Yosua 3:5).  Mungkin kita mengalami jalan buntu, tapi percayalah tidak ada yang mustahil bagi Tuhan.  "Bukankah Engkau yang mengeringkan laut, air samudera raya yang hebat? yang membuat laut yang dalam menjadi jalan, supaya orang-orang yang diselamatkan dapat menyeberang?"  (Yesaya 51:10).  Masa depan yang penuh harapan akan menjadi bagian kita asal kita mau menguduskan diri, tidak menjamah apa yang najis.

     Menguduskan diri bukan berarti harus mencapai tingkatan rohani tertentu atau mencapai kesempurnaan, namun yang terutama sekali kita harus punya rasa haus dan lapar akan perkara-perkara rohani, mengingini Tuhan lebih dari apa pun.  "Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi."  (Mazmur 73:25).  Masa depan yang penuh harapan bukan sekedar ilusi atau angan-angan bagi orang-orang yang senantiasa merindukan Pribadi-Nya, yang mau membayar harga dengan menanggalkan semua beban dosa dan melepaskan ikatan persahabatan dengan dunia ini!

Hidup dalam kekudusan  (kesucian)  adalah langkah menuju kehidupan yang berkemenangan dan bermasa depan cerah!

Sunday, January 1, 2017

TUHAN ADA DI SETIAP MUSIM

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Januari 2017

BacaPengkhotbah 3:1-15

"Aku tahu bahwa segala sesuatu yang dilakukan Allah akan tetap ada untuk selamanya; itu tak dapat ditambah dan tak dapat dikurangi; Allah berbuat demikian, supaya manusia takut akan Dia."  Pengkhotbah 3:14

Hari ini kita berada di awal tahun, artinya  'musim'  kehidupan yang baru sedang dan akan kita jalani.  Musim tahun 2016 telah kita lewati dengan aneka nuansa:  keberhasilan, kegagalan, sukacita, dukacita, tawa dan tangis.  Tanpa penyertaan Tuhan kita takkan mampu melewati hari-hari sepanjang tahun 2016.  Karena itu bersyukurlah kepada Tuhan, karena Dialah kita dapat menanggung segala perkara.

     Siapakah kita menghadapi  'musim'  tahun 2017?  Di segala musim kehidupan Tuhan tidak pernah berubah, Dia selalu ada untuk kita.  Ingatlah selalu bahwa ada hukum yang berlaku di bawah kolong langit yaitu hukum tabur-tuai.  Ada musim untuk menabur dan ada musim untuk menuai.  "Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu."  (Galatia 6:8).  Sebelum menanam benih petani harus terlebih dahulu mencangkul tanahnya, mengairi, dan juga menyingkirkan segala sesuatu yang dapat menghambat benih itu bertumbuh, seperti batu-batu atau gulma, barulah ia menabur benih.  Saat menabur benih petani harus kehilangan sesuatu karena harus merelakan benih itu ditanam;  jika benih tetap berada di tangan dan tidak ditabur, benih itu akan tetap sama jumlahnya.  "Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah."  (Yohanes 12:24).

     Untuk menuai petani harus menunggu dalam waktu yang tidak singkat:  butuh kesabaran, kesetiaan dan ketekunan.  Ada tertulis:  "Siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu. Ia harus menjauhi yang jahat dan melakukan yang baik,"  (1 Petrus 3:10-11).  Kalau kita mampu melewati proses ini kita pasti akan menuai, sebab  "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya,"  (Pengkhotbah 3:11).

"Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai."  Mazmur 126:5