Monday, November 28, 2016

HAK DAN KEWAJIBAN HARUS SEIMBANG

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 November 2016 

Baca:  Efesus 6:1-9

"Kamu tahu, bahwa setiap orang, baik hamba, maupun orang merdeka, kalau ia telah berbuat sesuatu yang baik, ia akan menerima balasannya dari Tuhan."  Efesus 6:8

Secara umum hak adalah sesuatu yang mutlak menjadi milik kita dan penggunaannya tergantung kepada kita sendiri.  Sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang wajib dilaksanakan, keharusan.  Hak dan kewajiban adalah dua aspek yang tidak terpisahkan dan saling berkaitan.  Bila seseorang sudah melaksanakan kewajibannya dengan baik maka secara otomatis hak akan menjadi bagiannya.  Namun banyak orang lebih mengedepankan hak, alias menuntut haknya dipenuhi terlebih dahulu, tetapi urusan kewajiban diabaikan.  Jadi menuntut hak secara penuh tetapi tidak menjalankan kewajiban sesuai harapan.

     Untuk mewujudkan sebuah kemitraan yang baik hak dan kewajiban haruslah berjalan secara seimbang.  Seorang hamba, dalam situasi dan kondisi apa pun, berkewajiban untuk taat pada tuannya yaitu mengerjakan dengan sungguh-sungguh apa yang menjadi tugasnya.  "Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia dengan takut dan gentar, dan dengan tulus hati, sama seperti kamu taat kepada Kristus, jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah, dan yang dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia."  (Efesus 6:5-7).  Taat artinya memberi diri dengan menundukkan keberadaan diri sebagai sikap hormat yang keluar dari dasar hati yang terdalam, bukan kepura-puraan atau sebatas menyenangkan sang tuan.  Ini berbicara tentang dedikasi dan loyalitas.

     Ketaatan kepada tuan harus disamakan dengan taat kepada Kristus, yaitu melakukan tugas dengan segenap hati sebagai kehendak Tuhan atas dirinya.  Sebagai tuan kita pun harus tahu apa yang menjadi bagian kita yaitu memenuhi kewajiban dengan baik.  Firman Tuhan memperingatkan,  "Janganlah engkau memeras sesamamu manusia...janganlah kautahan upah seorang pekerja harian sampai besok harinya."  (Imamat 19:13).  Secara tegas rasul Paulus menyatakan entang kemahatahuan dan keadilan Tuhan atas para tuan yang tidak memenuhi tanggung jawabnya  (Efesus 6:9).

Berkat tersedia bagi hamba-hamba dan tuan-tuan yang mampu menjalankan perannya sesuai kehendak Tuhan!

Sunday, November 27, 2016

MENJADI BERKAT DI TENGAH KESESAKAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 November 2016 

Baca:  Mazmur 142:1-8

"Perhatikanlah teriakku, sebab aku telah menjadi sangat lemah. Lepaskanlah aku dari pada orang-orang yang mengejar aku, sebab mereka terlalu kuat bagiku."  Mazmur 142:7

Adalah mudah untuk mengatakan hal-hal yang positif:  membangun, menguatkan, menghibur orang lain ketika orang sedang dalam keadaan baik dan tanpa masalah;  namun jika diri sendiri sedang mengalami situasi sulit atau dalam kondisi yang buruk, mampukah mempertahankan konsistensi untuk berkata positif?  Jangankan menguatkan orang lain, menghibur diri sendiri saja mungkin sulit.  Yang terjadi adalah kita mengasihani diri sendiri, dan tidak peduli dengan orang lain.

     Mari belajar dari pengalaman hidup Daud!  Ketika itu Daud sedang dalam tekanan yang hebat karena dikejar-kejar Saul yang hendak membunuhnya.  Daud pun melarikan diri dan bersembunyi di gua Adulam dengan maksud menenangkan diri dan berlindung.  Daud mengungkapkan jerit hatinya kepada Tuhan dan memohon pertolongan-Nya,  "Aku mencurahkan keluhanku ke hadapan-Nya, kesesakanku kuberitahukan ke hadapan-Nya."  (ayat 3).  Apa yang selanjutnya dialami Daud di gua itu?  "Berhimpunlah juga kepadanya setiap orang yang dalam kesukaran, setiap orang yang dikejar-kejar tukang piutang, setiap orang yang sakit hati,"  (1 Samuel 22:2).  Datanglah kepadanya orang-orang yang sedang bermasalah, yang jumlahnya kira-kira empat ratus orang.  Tak bisa dibayangkan bagaimana reaksi Daud saat itu, ia yang sebenarnya membutuhkan kekuatan, penghiburan dan dorongan semangat, justru mendapat kiriman Tuhan orang-orang yang bernasib sama ke tempat persembunyiannya, untuk dihibur dan dikuatkan olehnya.  Ada rencana Tuhan di balik masalah yang dialami Daud!  Tuhan menempatkan Daud sebagai penolong bagi orang lain:  menghibur, menguatkan, membangkitkan semangat seperti tertulis:  "Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya."  (Amsal 27:17).

     Melalui kehadiran orang-orang yang bermasalah, Daud diharapkan mampu menjalankan perannya sebagai seorang konselor, bahkan menjadi pemimpin atas mereka.  Berbicara tentang kepemimpinan berarti pula berbicara tentang keteladanan.  Meski Alkitab tidak mencatat secara detil kejadian di gua Adulam itu, kita percaya bahwa Daud menunjukkan kualitas hidup yang berbeda.

Tuhan punya cara yang ajaib untuk menolong dan membangkitkan semangat Daud!