Thursday, August 11, 2016

BARTIMEUS: Mengenal Tuhan Dengan Benar (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Agustus 2016 

Baca:  Markus 10:46-52

"Ketika didengarnya, bahwa itu adalah Yesus orang Nazaret, mulailah ia berseru: 'Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!'"  Markus 10:47

Setiap manusia tidak pernah lepas dari masalah.  Setiap hari kita harus diperhadapkan dan bergumul dengan masalah, dimana besar kecilnya masalah sangat tergantung dari cara pandang kita terhadap masalah itu sendiri.  Seringkali kita menganggap bahwa masalah yang kita hadapi lebih besar daripada yang dihadapi orang lain, padahal hal itu belum tentu benar.  Ada orang lain yang masalahnya jauh lebih besar dari yang kita hadapi tetapi ia masih bisa bersikap tenang, seolah-olah tidak terjadi apa-apa karena ia pintar menyembunyikan masalahnya.  Sementara kita sendiri panik, stres, kuatir dan kalang kabut.  Jadi yang penting di sini bukanlah besar kecilnya masalah, namun bagaimana respons atau sikap hati kita saat menghadapi setiap masalah.

     Bartimeus adalah contoh orang yang menghadapi masalah sangat berat dalam hidupnya karena ia buta sejak lahir.  Bukankah kebutaan adalah masalah yang tidak ringan?  Tetapi Bartimeus menghadapi masalah itu dengan tenang karena ia membawa permasalahannya kepada orang yang tepat yaitu Tuhan Yesus, sumber segala pertolongan.  Bartimeus berasal dari kata Bar dan Timeus yang berarti anak Timeus.  Keberadaan Bartimeus di tengah lingkungan sangat tidak diperhitungkan, ia disepelekan dan diremehkan oleh karena kebutaannya dan pekerjaannya yang hanya pengemis.  Tetapi Tuhan Yesus berkenan atasnya sehingga mujizat dinyatakan dalam hidupnya.

     Mengapa Tuhan Yesus berkenan menyembuhkan Bartimeus?  1.  Memiliki pengenalan yang benar tentang Tuhan.  Ketika mendengar bahwa Tuhan Yesus sedang lewat, berserulah ia,  "Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!"  (ayat nas).  Bartimeus menyebut Yesus dengan gelar mesianis yaitu Anak Daud.  Seruannya sekaligus sebagai bentuk pengakuan atas kemesiasan Yesus.  Yesus sendiri berkata,  "Aku, Yesus, telah mengutus malaikat-Ku untuk memberi kesaksian tentang semuanya ini kepadamu bagi jemaat-jemaat. Aku adalah tunas, yaitu keturunan Daud, bintang timur yang gilang-gemilang."  (Wahyu 22:16).  Ini sebagai penegasan bahwa Yesus adalah Mesias itu sendiri, bukan sebagai orang yang ditunjuk menjadi Mesias.  Meskipun Bartimeus buta secara lahiriah tetapi ia tidak buta rohani.  (Bersambung)

Wednesday, August 10, 2016

MARILAH NAIK KE GUNUNG TUHAN!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Agustus 2016 

Baca:  Mazmur 15:1-5

"TUHAN, siapa yang boleh menumpang dalam kemah-Mu? Siapa yang boleh diam di gunung-Mu yang kudus?"  Mazmur 15:1

Sebagai orang percaya kita ini adalah orang-orang yang paling beruntung di antara umat manusia yang hidup di muka bumi ini, karena kita memiliki Tuhan yang begitu dekat dan mau bergaul karib dengan umat-Nya.  Hal ini ditegaskan oleh Tuhan Yesus sendiri,  "Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku."  (Yohanes 15:15).

     Karena pengorbanan darah Kristus di atas kayu salib kita yang dahulunya  'jauh'  kini menjadi  'dekat'  (baca  Efesus 2:13), sehingga kita pun beroleh keberanian menghampiri takhta kasih karunia-Nya untuk mendapatkan pertolongan pada waktunya  (baca  Ibrani 4:16).  Hal ini jelas berbeda dengan kepercayaan-kepercayaan lain di dunia yang menyatakan bahwa antara Tuhan Sang Pencipta dengan ciptaan-Nya terbentang jarak yang sangat jauh karena keberadaan Tuhan yang teramat kudus dan suci, sehingga manusia tidak dapat mendekat kepada Tuhan dengan sembarangan, apalagi bergaul karib dengan-Nya.  Oleh karena itu jangan pernah kita sia-siakan anugerah Tuhan ini!

     Pemazmur bertanya:  siapakah yang boleh menumpang di kemah Tuhan yang kudus?  Adalah orang yang berlaku tidak bercela  (Mazmur 15:2), hidup dalam kebenaran, atau memiliki hati yang takut akan Tuhan.  Hidup tidak tercela adalah perwujudan iman seseorang, sebab iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati, karena itu iman dan perbuatan merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan  (baca  Yakobus 2:17, 22).  Inilah kekristenan yang normal!  Jika iman kita benar maka secara otomatis akan terrefleksi dalam perbuatan yang seturut firman-Nya.  Orang-orang inilah yang diperkenan Tuhan menumpang di kemah-Nya dan diam di gunung-Nya yang kudus;  dan terhadap orang-orang yang hidup tidak bercela Tuhan akan menyatakan kebaikan-Nya seperti tertulis:  "Sebab TUHAN Allah adalah matahari dan perisai; kasih dan kemuliaan Ia berikan; Ia tidak menahan kebaikan dari orang yang hidup tidak bercela."  (Mazmur 84:12).

Asalkan kita tetap hidup tidak bercela ada jaminan perlindungan dan pemeliharaan dari Tuhan, sebab kita dilayakkan untuk tinggal di kemah-Nya!