Saturday, July 30, 2016

BELAJAR UNTUK SELALU BERSYUKUR

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Juli 2016 

Baca:  Filipi 4:10-20

"Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku;"  Filipi 4:12

Sudah rahasia umum jika orang sering sulit mengucap syukur kepada Tuhan ketika sedang diperhadapkan pada banyak kesulitan, masalah, kesukaran atau kekurangan.  Bukan perkara mudah mengucap syukur di tengah situasi yang tidak baik!  Ini adalah kenyataan!  Kita pun menjadi orang-orang Kristen yang bersyarat:  kalau sakit sudah disembuhkan, kalau ekonomi sudah dipulihkan, kalau sudah mendapatkan jodoh, kalau keadaan berjalan dengan baik dan diberkati barulah dari mulut kita keluar ucapan syukur dan puji-pujian bagi Tuhan.  Kalau seperti itu orang-orang dunia pun bisa berlaku demikian!

     Rasul Paulus menasihati,  "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu."  (1 Tesalonika 5:18).  Kalimat  '...dalam segala hal'  berarti di segala keadaan, baik atau tidak baik, dalam kelimpahan atau kekurangan, ada masalah atau semua berjalan dengan baik, kita harus bisa mengucap syukur, karena inilah yang dikehendaki Tuhan!  Pengalaman hidup bangsa Israel di masa lampau kiranya menjadi peringatan bagi semua orang percaya.  Meski hari lepas hari selama menempuh perjalanan di padang gurun mereka telah mengecap kebaikan Tuhan, mengalami pertolongan Tuhan secara ajaib, namun kesemuanya itu tidak membuat mereka berubah.  Yang keluar dari mulut mereka bukannya ucapan syukur melainkan omelan, gerutuan, keluh kesah dan persungutan.  Bahkan mereka selalu saja membanding-bandingkan keadaan saat masih berada di Mesir, padahal di sana mereka tak lebih hanyalah budak.  "Kita teringat kepada ikan yang kita makan di Mesir dengan tidak bayar apa-apa, kepada mentimun dan semangka, bawang prei, bawang merah dan bawang putih. Tetapi sekarang kita kurus kering, tidak ada sesuatu apapun, kecuali manna ini saja yang kita lihat."  (Bilangan 11:5-6).

     Apa yang dilakukan oleh bangsa Israel menunjukkan rasa ketidakpuasannya terhadap pemeliharaan Tuhan.  Apakah selama ini kita juga berlaku seperti bangsa Israel yang tidak pernah puas dengan berkat yang telah Tuhan berikan, sehingga hari-hari yang kita jalani pun dipenuhi persungutan?

Dalam segala keadaan belajarlah untuk selalu mengucap syukur kepada Tuhan!

Friday, July 29, 2016

KENIKMATAN DAN KEPUASAN HIDUP (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Juli 2016 

Baca:  Mazmur 84:1-13

"Betapa disenangi tempat kediaman-Mu, ya TUHAN semesta alam!"  Mazmur 84:2

Daud bisa berkelana ke mana saja ia mau, menjelajah tempat-tempat eksotik di mana pun karena ia punya harta kekayaan, tapi satu hal luar biasa yang patut kita teladani, ia justru lebih cinta berada di rumah Tuhan.  "TUHAN, aku cinta pada rumah kediaman-Mu dan pada tempat kemuliaan-Mu bersemayam."  (Mazmur 26:8), sebab  "...lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik."  (Mazmur 84:11).  Rasa cintanya terhadap rumah Tuhan melebihi apa pun!  bagi Daud berlama-lama di rumah Tuhan pun tidak menjadi masalah, karena ia menikmati persekutuan yang indah dengan Tuhan.  Daud begitu merasakan kenikmatan dan kepuasan dalam ibadah karena ia mencintai dan mengasihi Tuhan.

     Banyak orang Kristen justru merasa tidak betah jika harus berlama-lama di bait Tuhan dengan berbagai alasan:  lagu-lagunya tidak menyenangkan, yang khotbah orang-orang itu saja, isi khotbahnya pun sungguh monoton dan tidak berbobot, sehingga meskipun tubuh jasmani tampak berada di dalam gedung gereja, sesungguhnya pikiran mereka sedang menjelajah ke seluruh dunia.  Bagi mereka hal yang memberikan kenikmatan dan kepuasan hidup adalah justru ketika berada di luar jam-jam peribadatan.  Inikah yang disebut mengasihi Tuhan?  Kalau  kita mengasihi Tuhan roh yang menyala-nyala pasti ada di dalam diri kita sehingga ibadah dan pelayanan bukan lagi menjadi suatu beban atau aktivitas yang membosankan, tapi menjadi suatu kenikmatan dan kepuasan yang melebihi perkara apa pun di dunia ini.

     Perhatikan!  Hari-hari ini kita sedang berada di penghujung zaman, di mana kedatangan Tuhan sudah semakin dekat.  Teruskah kita mencari dan mengejar kenikmatan dan kepuasan yang bersumber dari dunia ini?  Ataukah kita meneladani Daud yang begitu mengasihi Tuhan dan menempatkan perkara-perkara rohani sebagai yang utama dalam hidupnya?  "...carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi."  (Kolose 3:1-2).

Kepuasan dan kenikmatan hidup sejati hanya akan kita dapatkan ketika kita bersekutu dengan Tuhan dan menikmati bait-Nya!