Monday, July 18, 2016

HIDUP BAGAIKAN BEJANA (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Juli 2016 

Baca:  Mazmur 119:73-80

"Tangan-Mu telah menjadikan aku dan membentuk aku, berilah aku pengertian, supaya aku dapat belajar perintah-perintah-Mu."  Mazmur 119:73

Tuhan berkata,  "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan."  (Yeremia 29:11).  Janji firman-Nya sudah sangat jelas menyatakan bahwa rancangan Tuhan untuk anak-anak-Nya adalah rancangan yang baik.  Janji firman-Nya ini juga sebagai penegasan bahwa Tuhan tidak pernah membiarkan kita menjalani kehidupan yang tidak jelas, Dia tidak pernah meninggalkan dan melupakan kita sedetik pun, Dia mempunyai keinginan bagi hidup kita.  "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."  (Ibrani 13:5b).

     Pergumulan berat apa yang sedang Saudara alami saat ini?  Sakit yang tak kunjung sembuh, jodoh, rumah tangga sedang guncang, ekonomi sedang terpuruk, kegagalan dalam studi?  Jangan sekali-kali menyalahkan Tuhan dan menganggap Dia berlaku jahat terhadap Saudara.  Jika kita terus mengomel, bersungut-sungut, memberontak dan tidak bisa mengucap syukur atas apa yang terjadi, maka keadaan kita bagaikan tanah liat yang keras yang sulit dibentuk.  Berserahlah kepada Tuhan dan ijinkan Dia berkarya secara leluasa.  "Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah? Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang membentuknya: 'Mengapakah engkau membentuk aku demikian?' Apakah tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya, untuk membuat dari gumpal yang sama suatu benda untuk dipakai guna tujuan yang mulia dan suatu benda lain untuk dipakai guna tujuan yang biasa?"  (Roma 9:20-21).

     Tukang periuk mempunyai hak penuh terhadap tanah liat, apakah akan dibentuk sebagai bejana untuk tujuan yang mulia atau bejana untuk tujuan yang biasa-biasa.  Begitu pula Tuhan, Ia mempunyai rencana bagi kehidupan setiap orang percaya dan kita harus percaya bahwa Ia sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Nya yang gagal.  (Ayub 42:1).

Berada dalam proses pembentukan memang sakit secara daging, tapi jika kita mau tunduk dan berserah kita akan menjadi bejana sesuai kehendak-Nya!

Sunday, July 17, 2016

HIDUP BAGAIKAN BEJANA (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Juli 2016 

Baca:  Yeremia 18:1-6

"Sungguh, seperti tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kamu di tangan-Ku, hai kaum Israel!"  Yeremia 18:6b

Suatu ketika Tuhan menyuruh Yeremia pergi ke rumah tukang periuk,  "Di sana Aku akan memperdengarkan perkataan-perkataan-Ku kepadamu."  (Yeremia 18:2).  Yeremia pun taat dan pergi ke tukang periuk.

     Di tempat itu Yeremia melihat bagaimana tukang periuk mengambil tanah liat dan membentuknya sedemikian rupa sampai menghasilkan bejana yang indah, dari yang tidak berharga menjadi bernilai guna.  Tanah liat tidak secara otomatis berubah menjadi bejana yang indah, tetapi harus melewati beberapa proses sehingga dapat menjadi sebuah bejana yang berharga.  Yang perlu digarisbawahi adalah tanah liat tidak akan berbentuk seperti yang dikehendaki oleh si tukang periuk jika tanah itu tidak memiliki penyerahan diri.  Dengan kata lain tukang periuk tidak dapat berbuat sesuatu dengan tanah liat yang menolak dibentuk.  Tuhan membawa Yeremia belajar dari tukang periuk karena Tuhan hendak menunjukkan bahwa setiap manusia mengalami proses pembentukan yang mirip bejana.  Inilah yang disebut proses kehidupan!  "Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya."  (Yeremia 18:4).  Ketika tanah liat tidak mengikuti bentukan si tukang periuk sehingga rusak, terjadilah proses pengulangan pembentukan sampai menjadi bejana seperti yang dikehendaki.

     Secara profetik apa yang disampaikan Tuhan kepada Yeremia ini adalah sebuah pesan kepada bangsa Israel yang selalu memberontak dan tidak mau menyerah kepada pembentukan Tuhan.  Mereka melawan seperti tanah liat yang mengeraskan hati dan tidak mau menyerah kepada tukang periuk.  Tuhan menyampaikan kepada Yeremia dan juga bangsa Israel bahwa kuasa untuk menjadi  'sesuatu'  itu tergantung pada diri mereka sendiri, sebab Tuhan bukanlah Tuhan yang mau memaksakan kehendak-Nya.  Jadi sesungguhnya tidak ada satu pun peristiwa dalam kehidupan orang percaya yang terjadi secara kebetulan, semua merupakan bagian dari proses kehidupan yang harus dijalani.

Milikilah penyerahan diri penuh kepada pembentukan Tuhan, sebab Dia tahu yang terbaik buat kita!