Saturday, July 16, 2016

BERBAKTI KEPADA TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Juli 2016 

Baca:  Roma 11:25-36

"Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!"  Roma 11:36

Banyak orang Kristen memiliki pengertian yang salah ketika mereka mendengar kata berbakti kepada Tuhan.  Mereka selalu menyimpulkan bahwa berbakti kepada Tuhan berarti selalu berkaitan dengan kegiatan-kegiatan rohani di rumah ibadah atau terlibat dalam pelayanan yang dilakukan di lingkungan gereja.  Padahal berbakti kepada Tuhan bukan hanya berbicara mengenai aktivitas ibadah atau pelayanan yang dilakukan secara rutin di gereja, tetapi meliputi seluruh keberadaan hidup kita, meliputi seluruh gerak hidup kita sehari-hari.  Jadi jam berbakti kepada Tuhan bukan hanya 2 jam di dalam gedung gereja, tetapi selama 24 jam waktu yang kita miliki adalah untuk berbakti kepada Tuhan.  Inilah yang dimaksud berbakti kepada Tuhan.  "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia."  (Kolose 3:23).

     Berbakti, dengan kata dasar bakti berarti:  tunduk dan hormat, perbuatan yang menyatakan setia  (kasih, hormat, tunduk).  Berbakti kepada Tuhan adalah sebuah keputusan untuk menjadikan Tuhan sebagai pusat pengabdian hidup atau sasaran hidup,  "Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia:"  (ayat nas).  Segala sesuatu yang kita kerjakan dalam hidup ini  (dalam profesi apa pun)  hendaknya menjadi ladang memraktekkan nilai-nilai firman Tuhan atau menjadi pelaku firman Tuhan.  Jadi tempat untuk kita berbakti kepada Tuhan bukan hanya di dalam gedung gereja saja, tetapi di mana pun kita berada  (di rumah, di kantor, di toko, di sekolah, di kampus).  Tetapi sering dijumpai banyak orang Kristen yang tampak berbakti kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh saat berada di gereja, tetapi begitu berada di luar gereja, bahkan masih di area parkiran gereja, mereka sudah tidak lagi berperilaku sebagai orang yang berbakti kepada Tuhan;  tabiat lama kembali muncul.

     Ini menunjukkan bahwa ibadah mereka kepada Tuhan tidak lebih dari ritual atau upacara agamawi semata, terbukti dari karakter hidupnya yang tidak berubah.

Berbakti kepada Tuhan bukan hanya diukur dari tata cara ibadah atau liturgi, tetapi meliputi seluruh tindakan dan perbuatan dalam keseharian kita!

Friday, July 15, 2016

RUMAH TUHAN BUKAN SARANG PENYAMUN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Juli 2016 

Baca:  Matius 21:12-17

"Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mengusir semua orang yang berjual beli di halaman Bait Allah."  Matius 21:12a

Dari pembacaan ayat nas di atas kita mendapati adanya tindakan tegas yang dilakukan Tuhan Yesus terhadap orang-orang yang telah menyalahgunakan Bait Allah.  Semua orang tahu bahwa Bait Allah hanya digunakan untuk beribadah, bukan untuk hal-hal yang lain, sebab rumah Tuhan adalah kudus.

     Tuhan Yesus marah bukan karena benci terhadap orang-orang itu, tetapi Ia hendak menegaskan bahwa bait Allah adalah rumah doa, tempat di mana jemaat dapat mengalami perjumpaan dengan Tuhan dalam pengabdian, doa dan penyembahan, tetapi kini sebagai sarang penyamun.  Mengapa orang-orang menyalahgunakan bait Allah ini?  Karena mereka mendapatkan keuntungan dari apa yang dilakukan, apalagi para imam yang adalah orang-orang pilihan Tuhan yang bertugas melayani di bait-Nya yang kudus juga telah memberikan  'lampu hijau'  untuk kegiatan ini, sebab mereka pun mendapatkan fee.  Menariknya, kisah Tuhan Yesus menyucikan bait Allah ini ditulis dalam keempat Injil.

     Sungguh benar apa yang dikatakan oleh rasul Paulus bahwa  "...akar segala kejahatan ialah cinta uang."  (1 Timotius 6:10a).  Uang telah mengubah segalanya!  Karena uang mereka berani melakukan tindakan kompromi dan tidak lagi menghormati kekudusan Tuhan.  Sesungguhnya uang adalah hamba yang baik bagi kita, namun jika uang telah menjadi  'tuan'  atas hidup seseorang maka ia akan menjadi tuan yang jahat.  Hanya karena uang mental seseorang yang dulunya baik bisa menjadi rusak;  pelayanan yang semula didasari oleh motivasi yang murni kini mulai memertimbangkan untung-rugi, karena segala sesuatu diukur dengan uang.  Sedihnya kisah ini tidak hanya terjadi di zaman Tuhan Yesus, tetapi di zaman sekarang pun juga masih berlangsung dan semakin marak.  Jika kita tidak berhati-hati kita bisa terjebak dengan perilaku yang demikian yaitu melayani Tuhan dengan motivasi yang tidak benar, di mana orientasi pelayanan bukan murni untuk melayani Tuhan dan mengasihi jiwa-jiwa, tetapi semata-mata demi mendapatkan keuntungan secara finansial semata, ladang pelayanan dijadikan sebagai ladang untuk berbisnis.

"Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."  Matius 6:24