Sunday, July 10, 2016

JANGAN MEMFITNAH SESAMA (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Juli 2016 

Baca:  Mazmur 109:1-20

"Sebab mulut orang fasik dan mulut penipu ternganga terhadap aku, mereka berbicara terhadap aku dengan lidah dusta; dengan kata-kata kebencian mereka menyerang aku dan memerangi aku tanpa alasan."  Mazmur 109:2-3

Kita pasti sangat familiar dengan ungkapan  'fitnah lebih kejam dari pembunuhan'.  Mengapa demikian?  Memfitnah memang tidak membunuh secara fisik, tapi ketika seseorang memfitnah sesamanya berarti ia membunuh karakter orang itu, menghancurkan karirnya, masa depannya, reputasinya, merampas kebahagiaan dan ketenangan hidupnya.  Itulah sebabnya fitnah adalah sebuah tindakan yang kejam dan sangat tidak manusiawi!  Meski demikian tidak sedikit orang beranggapan bahwa memfitnah adalah perbuatan biasa atau kejahatan berskala kecil.  Mereka tidak tahu betapa tindakan tersebut berdampak buruk bagi orang yang difitnah.  Bahkan dalam dunia bisnis yang penuh persaingan ada pelaku bisnis yang menempuh cara kotor ini yaitu memitnah sebagai langkah jitu untuk menjatuhkan reputasi lawan bisnisnya, dengan harapan pamor dirinya akan terangkat.

     Perhatikan tulisan pemazmur:  "TUHAN, siapa yang boleh menumpang dalam kemah-Mu? Siapa yang boleh diam di gunung-Mu yang kudus? Yaitu dia yang berlaku tidak bercela, yang melakukan apa yang adil dan yang mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya, yang tidak menyebarkan fitnah dengan lidahnya, yang tidak berbuat jahat terhadap temannya dan yang tidak menimpakan cela kepada tetangganya;"  (Mazmur 15:1-3).  Dengan kata lain, orang yang suka memfitnah tidak akan mendapat tempat di rumah Tuhan  (sorga)  karena tempat kediaman-Nya hanya disediakan bagi orang-orang yang berlaku tidak bercela, melakukan apa yang adil, mengatakn kebenaran, tidak menyebarkan fitnah dan tidak berlaku jahat terhadap sesamanya.

     Seorang pemfitnah pada awalnya mungkin akan tertawa lebar dan merasa puas karena keinginan untuk menghancurkan orang lain telah berhasil, tetapi mereka lupa bahwa cepat atau lambat apa yang ditabur itulah yang akan mereka tuai.  "Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya,"  (Galatia 6:7-8).  (Bersambung)

Saturday, July 9, 2016

MEMUJI TUHAN: Sikap Hati Benar (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Juli 2016 

Baca:  Mazmur 96:1-13

"Menyanyilah bagi TUHAN, pujilah nama-Nya, kabarkanlah keselamatan yang dari pada-Nya dari hari ke hari."  Mazmur 96:2

Padanan kata memuji adalah memuliakan, di mana memuliakan adalah tindakan memuji yang biasanya secara khusus ditujukan kepada Tuhan.  Orang yang memiliki pengenalan yang benar tentang Tuhan pasti tidak akan memuji Tuhan dengan sembarangan atau sesuka hati;  ia tidak akan memuji Tuhan hanya saat beribadah atau menghadiri persekutuan doa saja, atau saat mengalami hal-hal yang baik saja, tetapi puji-pujian itu akan selalu keluar dari hati di segala keadaan.  Kapan pun dan di mana pun ia takkan menahan bibirnya untuk terus memuji-muji Tuhan.  "Tujuh kali dalam sehari aku memuji-muji Engkau, karena hukum-hukum-Mu yang adil."  (Mazmur 119:164).  Daud memuji Tuhan tujuh kali dalam sehari karena ia tahu bahwa nama Tuhan adalah nama yang indah dan di dalam nama itu ada kuasa yang dahsyat dan ajaib.

     Pemazmur adalah sosok yang patut kita teladani dalam hal memuji dan memuliakan nama Tuhan, karena hampir seluruh isi kitab Mazmur berisikan puji-pujian bagi Tuhan.  Alkitab menyatakan bahwa nama Yesus bukanlah sembarang nama,  "Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: 'Yesus Kristus adalah Tuhan,' bagi kemuliaan Allah, Bapa!"  (Filipi 2:9-11).  Kita harus memuji dan meninggikan nama Tuhan Yesus karena nama-Nya bukan sembarang nama, tetapi nama-Nya di atas segala nama, nama yang mampu membuat setiap lutut bertelut.  Kalau Daud memuji Tuhan tujuh kali sehari, bagaimana kita?  Kasih dan kebaikan Tuhan atas kita sungguh tak terhitung jumlahnya, maka kita patut memuji dan memashyurkan nama-Nya!

     Puji-pujian yang keluar dari sikap hati yang benar akan sangat menyenangkan Tuhan;  dan ketika Tuhan disenangkan, kasih-Nya pasti akan dicurahkan atas hidup kita.  Bagian kita adalah memuji dan memuliakan Tuhan, Ia pun akan bekerja dengan bagian-Nya sendiri.

"Demikianlah aku mau memuji Engkau seumur hidupku dan menaikkan tanganku demi nama-Mu."  Mazmur 63:5