Saturday, July 2, 2016

MENYALAHGUNAKAN KEMURAHAN TUHAN (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Juli 2016 

Baca:  Mazmur 30:1-13

"Sebab sesaat saja Ia murka, tetapi seumur hidup Ia murah hati;"  Mazmur 30:6

Salah satu sifat Tuhan yang di dalamnya terkandung anugerah kebaikan dan kesabaran adalah Mahapemurah.  Bukti nyata bahwa Tuhan Mahapemurah adalah tidak segera menjatuhkan hukuman-Nya kepada orang-orang yang berbuat dosa, tetapi Ia selalu memberi waktu dan kesempatan kepada mereka untuk berubah dan bertobat.  "...Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat."  (2 Petrus 3:9).  Namun jangan sekali-kali kita menganggap remeh dan menyalahgunakan kemurahan Tuhan ini dengan sengaja terus berbuat dosa,  "Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan? Tetapi oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan."  (Roma 2:4-5).

     Selain Mahapemurah, Dia juga adalah Tuhan yang Mahaadil,  "Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya, yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan, tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman."  (Roma 2:6-8).

     Ada banyak kisah di dalam Alkitab tentang orang-orang yang dengan sengaja mengabaikan peringatan Tuhan dan menyalahgunakan kemurahan-Nya, yang akhirnya harus menuai kebinasaan:  1.  Orang-orang di zaman Nuh.  "Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya."  (Kejadian 6:5-6).  Meski demikian Tuhan tidak langsung menjatuhkan hukuman kepada manusia di bumi, Ia sangat bermurah hati dengan memberikan kesempatan kepada manusia untuk memperbaiki kelakuannya dengan mengutus Nuh,  "...seorang yang benar dan tidak bercela..."  (Kejadian 6:9), untuk menegor dan memeringatkan orang-orang agar mereka mau berbalik ke jalan Tuhan;  tetapi mereka tetap saja mengeraskan hati!  (Bersambung)

Friday, July 1, 2016

MANUSIA MEMBUTUHKAN KASIH TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Juli 2016 

Baca:  1 Korintus 13:1-13

"...tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna."  1 Korintus 13:2

Kasih adalah karakter utama yang harus dimiliki setiap orang percaya.  Mengapa?  "...sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah.  Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih."  (1 Yohanes 4:7-8).  Rasul Paulus menyatakan bahwa kasih lebih besar dari iman dan pengharapan, lebih mulia dari segala karunia Roh Kudus, sebab kasih tidak berkesudahan, kekal selama-lamanya.  Dalam bahasa Gerika terdapat tiga macam kasih:  eros  (kasih yang didasari hawa nafsu), fileo (kasih manusia secara alamiah), agape  (kasih yang berdasarkan anugerah Tuhan semata).

     Dalam kehidupan sehari-hari kasih manusia umumnya didasari kepentingan tertentu.  Kalau ada  'udang di balik batu', ada keperluan, ada keuntungan, ada motivasi tertentu barulah ada kasih.  Kalau tidak ada kepentingan, kasih pun tidak ada.  "Dan jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosapun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka. Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosapun berbuat demikian."  (Lukas 6:32-33).  Kasih demikian berakar pada egoisme dan bergantung kepada situasi atau keadaan.  Sekarang ini sulit rasanya menemukan kasih yang benar-benar tulus dan murni, sebab kasih kebanyakan orang sudah menjadi dingin, sehingga orang tidak lagi peduli dengan sesamanya karena semua hanya berpusat pada diri sendiri.  Sesungguhnya dari lubuk hati yang terdalam semua manusia membutuhkan kasih, tetapi bukan kasih eros atau fileo yang berasal dari manusia berdosa.

     Yang dibutuhkan adalah kasih agape yaitu kasih Tuhan yang sempurna, kasih yang tidak berdasarkan kepada kepentingan sendiri, tidak tergantung pada situasi atau keadaan yang berubah-ubah.  Kasih Tuhan inilah yang tidak membedakan rupa, status atau warna kulit.  Untuk itulah Yesus rela datang ke dunia dan mati di kayu salib supaya kasih Allah dapat dinyatakan kepada kita dan dicurahkan ke dalam hati kita  (Baca  Roma 5:5). 

Kasih yang sejati hanya dapat ditemukan dalam pribadi Tuhan Yesus.