Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Februari 2016
Baca: Mazmur 5:1-13
"TUHAN, pada waktu pagi Engkau mendengar seruanku, pada waktu pagi aku mengatur persembahan bagi-Mu, dan aku menunggu-nunggu." Mazmur 5:4
Seperti biasa di pagi ini sang mentari menyapa kita penuh bersahabat sebagai pertanda hari baru telah datang. Hari pertama di bulan Februari telah berada tepat di hadapan kita. Sudahkah kita mengucap syukur kepada Tuhan atas berkat, kasih, pemeliharaan dan perlindungan-Nya yang sempurna? Pagi merupakan awal hari dan jika kita mengawali hari dengan benar, dengan mencari wajah Tuhan dan bersekutu dengan-Nya sebelum memulai segala sesuatunya, kita akan mengalami sukacita, pertolongan, mujizat dan kekuatan dari Tuhan sepanjang hari. Pagi hari bisa diibaratkan sebuah fondasi bangunan; jika kita memulai dengan fondasi yang benar maka bangunan itu akan tetap tegak berdiri dan kokoh, meskipun ada hujan badai.
Demikian juga dalam kehidupan ini. Jika kita mengawali setiap hari bersama Tuhan, mencari wajah-Nya, mencari kehendak-Nya dan membangun persekutuan yang karib dengan Dia, apa pun tantangan yang datang, seberat apa pun situasi yang kita hadapi, kita pasti sanggup mengatasinya karena Tuhan beserta kita. Inilah yang dilakukan Daud yaitu mencari Tuhan setiap pagi sebagai pertanda bahwa ia mengutamakan Tuhan dan menjadikan Dia prioritas dalam hidupnya. Selain berdoa Daud juga tidak lupa mempersembahkan puji-pujian bagi Tuhan. "...pada waktu pagi aku mau bersorak-sorai karena kasih setia-Mu; sebab
Engkau telah menjadi kota bentengku, tempat pelarianku pada waktu
kesesakanku." (Mazmur 59:17). Itulah sebabnya Daud dikenal sebagai orang yang berkenan di hati Tuhan. "Aku telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku." (Kisah 13:22b).
Ada banyak orang Kristen yang ketika bangun pagi bukannya pertama-tama mencari Tuhan atau berdoa, tetapi kopi hangat, koran atau mencari-cari program menarik di televisi. Bila Saudara rindu mengalami terobosan dalam hidup ini jadikanlah doa sebagai kunci pembuka hari. Awalilah hari-hari Saudara dengan membangun persekutuan dengan Tuhan.
Tuhan Yesus memberi resep keberhasilan hidup: "carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." Matius 6:33
Monday, February 1, 2016
Sunday, January 31, 2016
FANATIK KE LUAR
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Januari 2016
Baca: Roma 10:1-3
"...mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar." Roma 10:2
Banyak orang berpikiran bahwa kekristenan itu tak lebih dari suatu ajaran atau agama. Jika kita menganggapnya demikian maka ibadah yang kita lakukan tak lebih dari rutinitas yang bersifat lahiriah atau agamawi. "Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia." (Matius 15:8-9). Ibadah yang demikian takkan membawa perubahan dalam hidup seseorang bahkan cenderung menimbulkan sikap fanatik tanpa pengertian yang benar.
Ada dua macam jenis kefanatikan: fanatik ke luar dan fanatik ke dalam. Fanatik ke luar adalah fanatik yang membabi buta, memaksakan kehendak kepada orang lain untuk menerima iman dan keyakinannya. Jika orang lain tidak mau ia akan memusuhi, bahkan kalau perlu melakukan tindakan kekerasan dan penganiayaan terhadap orang-orang yang berbeda paham dengannya. Fanatik ke dalam adalah fanatik yang ditujukan pada diri sendiri, memfanatikkan dirinya dengan iman dan keyakinan kepada Tuhan, artinya ia akan berpegang teguh pada ajaran tidak akan berkompromi dengan dosa. Tetapi ia tidak akan pernah memusuhi, apalagi menganiaya orang-orang yang tidak sepaham atau seiman dengannya, melainkan akan mengasihi mereka dengan kasih yang tulus.
Sebelum bertobat Paulus adalah orang Farisi yang kefanatikannya bersifat ke luar. Itu terlihat dari tindakannya dalam menindas dan menganiaya orang percaya yang dianggapnya telah menghujat Tuhan. Paulus mengakuinya hal itu, "...aku sendiri pernah menyangka, bahwa aku harus keras bertindak menentang nama Yesus dari Nazaret. Hal itu kulakukan juga di Yerusalem. Aku bukan saja telah memasukkan banyak orang kudus ke dalam penjara, setelah aku memperoleh kuasa dari imam-imam kepala, tetapi aku juga setuju, jika mereka dihukum mati. Dalam rumah-rumah ibadat aku sering menyiksa mereka dan memaksanya untuk menyangkal imannya dan dalam amarah yang meluap-luap aku mengejar mereka, bahkan sampai ke kota-kota asing." (Kisah 26:9-11).
Setelah bertemu dengan Tuhan Yesus secara pribadi Paulus mengalami jamahan-Nya dan hidupnya pun berubah 180 derajat.
Baca: Roma 10:1-3
"...mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar." Roma 10:2
Banyak orang berpikiran bahwa kekristenan itu tak lebih dari suatu ajaran atau agama. Jika kita menganggapnya demikian maka ibadah yang kita lakukan tak lebih dari rutinitas yang bersifat lahiriah atau agamawi. "Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia." (Matius 15:8-9). Ibadah yang demikian takkan membawa perubahan dalam hidup seseorang bahkan cenderung menimbulkan sikap fanatik tanpa pengertian yang benar.
Ada dua macam jenis kefanatikan: fanatik ke luar dan fanatik ke dalam. Fanatik ke luar adalah fanatik yang membabi buta, memaksakan kehendak kepada orang lain untuk menerima iman dan keyakinannya. Jika orang lain tidak mau ia akan memusuhi, bahkan kalau perlu melakukan tindakan kekerasan dan penganiayaan terhadap orang-orang yang berbeda paham dengannya. Fanatik ke dalam adalah fanatik yang ditujukan pada diri sendiri, memfanatikkan dirinya dengan iman dan keyakinan kepada Tuhan, artinya ia akan berpegang teguh pada ajaran tidak akan berkompromi dengan dosa. Tetapi ia tidak akan pernah memusuhi, apalagi menganiaya orang-orang yang tidak sepaham atau seiman dengannya, melainkan akan mengasihi mereka dengan kasih yang tulus.
Sebelum bertobat Paulus adalah orang Farisi yang kefanatikannya bersifat ke luar. Itu terlihat dari tindakannya dalam menindas dan menganiaya orang percaya yang dianggapnya telah menghujat Tuhan. Paulus mengakuinya hal itu, "...aku sendiri pernah menyangka, bahwa aku harus keras bertindak menentang nama Yesus dari Nazaret. Hal itu kulakukan juga di Yerusalem. Aku bukan saja telah memasukkan banyak orang kudus ke dalam penjara, setelah aku memperoleh kuasa dari imam-imam kepala, tetapi aku juga setuju, jika mereka dihukum mati. Dalam rumah-rumah ibadat aku sering menyiksa mereka dan memaksanya untuk menyangkal imannya dan dalam amarah yang meluap-luap aku mengejar mereka, bahkan sampai ke kota-kota asing." (Kisah 26:9-11).
Setelah bertemu dengan Tuhan Yesus secara pribadi Paulus mengalami jamahan-Nya dan hidupnya pun berubah 180 derajat.
Subscribe to:
Comments (Atom)