Thursday, October 15, 2015

MEMANDANG DARI SISI BERBEDA (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Oktober 2015

Baca:  2 Korintus 4:16-18

"Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan,"  2 Korintus 4:18

Dalam menjalani kehidupan ini seringkali apa yang kita lihat dan situasi-situasi yang ada turut mempengaruhi sikap hati kita.  Manakala dihadapkan pada masalah yang berat iman seseorang mudah sekali goyah.  Saat itu pula kita mulai mempertanyakan kehadiran Tuhan dan meragukan kuasa-Nya.

     Mengapa hal ini bisa terjadi?  Karena kita melihat apa yang tampak secara kasat mata sehingga yang kita pikirkan semata-mata besarnya masalah dan ketidakberdayaan kita.  Akibatnya keadaan kita menjadi semakin terpuruk, lemah dan putus asa.  Kesetiaan dan ketekunan kita dalam mengiring Tuhan turut memudar.  Kita mengalami apa yang disebut spiritual drop out.  Namun situasi akan berbeda jika kita melihat masalah dari sudut pandang berbeda.  Sebagai orang percaya seharusnya kita menyikapi masalah dengan pikiran positif sebagai kesempatan makin mendekat kepada Tuhan, memiliki penyerahan diri penuh kepada-Nya dan mengandalkan Dia.  Saat kita punya kepekaan rohani seperti ini kita akan mampu melihat masalah melalui alam roh yang tidak kelihatan.  Pada saat kita melihat alam roh melalui iman, kita dapat melihat janji-janji Tuhan yang telah tercipta oleh firman-Nya.  "Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat."  (Ibrani 11:3).

     Mari belajar dari Yosua dan Kaleb ketika diutus Musa mengintai tanah Kanaan bersama 10 pengintai lainnya.  Kedua orang ini mampu melihat apa yang tidak kelihatan yaitu alam roh, sehingga mereka percaya kuasa Tuhan menyertainya itu lebih besar daripada apa pun juga.  Karena iman, Yosua dan Kaleb akhirnya dapat memasuki Tanah Kanaan.  Sebaliknya kesepuluh pengintai terus-menerus memandang dan memperhatikan yang kelihatan, di mana mereka melihat raksasa dan tantangan yang begitu besar:  "Negeri yang telah kami lalui untuk diintai adalah suatu negeri yang memakan penduduknya, dan semua orang yang kami lihat di sana adalah orang-orang yang tinggi-tinggi perawakannya."  (Bilangan 13:32).  Akibatnya, kesepuluh pengintai itu pun tidak dapat menikmati janji Tuhan karena mati sebelum mencapai Tanah Kanaan.  (Bersambung)

Wednesday, October 14, 2015

TAKUT AKAN TUHAN: Kunci Kepercayaan Diri

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Oktober 2015

Baca:  Amsal 14:26-35

"Dalam takut akan TUHAN ada ketenteraman yang besar, bahkan ada perlindungan bagi anak-anak-Nya."  Amsal 14:26

Di era seperti sekarang ini memiliki rasa percaya diri  (self-confidence)  sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, terlebih dalam dunia kerja atau bisnis.  Seorang pelamar kerja harus memiliki rasa percaya diri ketika menjalani sesi wawancara karena hal ini merupakan bagian dari penilaian.  Ketika melakukan peresentasi di depan banyak orang  (audience)  seseorang harus punya rasa percaya diri yang tinggi, jika tidak, ia akan tampak gugup atau nervous.  Begitu pula ketika dihadapkan pada situasi-situasi sulit atau kritis yang membutuhkan sebuah keputusan tegas, sikap percaya diri kepada kemampuan sangat menentukan.  Karena itulah di mana-mana banyak digelar seminar motivasi yang dipandu motivator handal.  Konsep percaya diri yang diajarkan dunia cenderung membawa seseorang yang mengandalkan kepintaran, kekuatan dan kemampuan diri sendiri yang akhirnya mencondongkannya menjadi sombong alias memegahkan diri sendiri.

     Dalam terjemahan English Amplified Bible, kalimat ketentraman besar adalah strong confidence, berarti rasa percaya diri yang besar atau keyakinan yang kokoh.  Sikap  ini timbul sebagai akibat takut akan Tuhan, bukan mengandalkan kekuatan dan kemampuan sendiri, kekayaan atau jabatan, tetapi karena memiliki penyerahan hidup secara penuh kepada Tuhan dan mengandalkan Dia.  "Celakalah orang-orang yang pergi ke Mesir minta pertolongan, yang mengandalkan kuda-kuda, yang percaya kepada keretanya yang begitu banyak, dan kepada pasukan berkuda yang begitu besar jumlahnya, tetapi tidak memandang kepada Yang Mahakudus, Allah Israel, dan tidak mencari TUHAN. Sebab orang Mesir adalah manusia, bukan allah, dan kuda-kuda mereka adalah makhluk yang lemah, bukan roh yang berkuasa. Apabila TUHAN mengacungkan tangan-Nya, tergelincirlah yang membantu dan jatuhlah yang dibantu, dan mereka sekaliannya habis binasa bersama-sama."  (Yesaya 31:1, 3).

     Kunci percaya diri bagi kita adalah takut akan Tuhan, dan Tuhan senantiasa akan menyertai hidup orang yang takut kepada-Nya.

"Orang ini memegahkan kereta dan orang itu memegahkan kuda, tetapi kita bermegah dalam nama TUHAN, Allah kita."  Mazmur 20:8