Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 April 2019
Baca: 2 Tawarikh 36:11-21
"Tetapi mereka mengolok-olok utusan-utusan Allah itu, menghina segala
firman-Nya, dan mengejek nabi-nabi-Nya. Oleh sebab itu murka TUHAN
bangkit terhadap umat-Nya, sehingga tidak mungkin lagi pemulihan." 2 Tawarikh 36:16
Pada zaman raja Zedekia memerintah, umat Israel benar-benar mengalami degradasi iman yang luar biasa. Sebagai raja seharusnya Zedekia dapat menjadi contoh atau teladan bagi rakyat yang dipimpinnya, tapi justru melakukan apa yang jahat di mata Tuhan. Semua orang termasuk para imam berubah tidak setia dengan mengikuti kekejian bangsa-bangsa lain. "Rumah yang dikuduskan TUHAN di Yerusalem itu dinajiskan mereka." (ayat 14). Meski demikian Tuhan tetap menunjukkan kasih-Nya dengan berkali-kali mengutus hamba-hamba-Nya untuk menegur dan memperingatkan mereka. Tetapi mereka tetap saja mengeraskan hati dan tak memedulikan teguran dan peringatan Tuhan ini.
Alkitab menyatakan bahwa mereka mengolok-olok para utusan Tuhan ini. Mengolok-olok berarti mempermainkan dengan perkataan yang bersifat ejekan; perkataan yang mengandung sindiran (ejekan, lelucon) atau perkataan untuk bermain-main saja; kelakar, senda gurau. Mereka menganggap remeh dan merendahkan orang-orang yang diutus Tuhan, dan bahkan mereka berani menghina firman Tuhan. Itu sama artinya mereka juga meremehkan Tuhan dan tak menghormati Dia. Karena perbuatan mereka sangat kelewatan, maka bangkitlah murka Tuhan atas mereka: "TUHAN menggerakkan raja orang Kasdim melawan mereka. Raja itu membunuh
teruna mereka dengan pedang dalam rumah kudus mereka, dan tidak
menyayangkan teruna atau gadis, orang tua atau orang ubanan--semua
diserahkan TUHAN ke dalam tangannya." (2 Tawarikh 36:17). Contoh kasus lain: anak-anak di kota Betel mengolok-olok Elisa (nabi Tuhan): "botak...botak!" akhirnya mereka harus menuai akibatnya yaitu tubuhnya dicabik-cabik oleh beruang hutan (2 Raja-Raja 2:23-24). Karena itu berhati-hatilah dengan ucapan Saudara!
Jangan sekali-kali kita merendahkan orang lain dengan kata-kata olokan (ejekan), terlebih-lebih berani mengolok-olok hamba-hamba Tuhan dan menghina firman Tuhan seperti yang dilakukan oleh orang-orang di zaman raja Zedekia ini. Tuhan sendiri yang akan berperkara! Jangan pula kita meremehkan setiap teguran dan peringatan Tuhan.
"Siapa meremehkan firman, ia akan menanggung akibatnya," Amsal 13:13
Tuesday, April 30, 2019
Monday, April 29, 2019
MERENDAHKAN DIRI: Kunci Dipulihkan Tuhan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 April 2019
Baca: 1 Raja-Raja 21:20-29
"Sudahkah kaulihat, bahwa Ahab merendahkan diri di hadapan-Ku? Oleh karena ia telah merendahkan diri di hadapan-Ku, maka Aku tidak akan mendatangkan malapetaka dalam zamannya; barulah dalam zaman anaknya Aku akan mendatangkan malapetaka atas keluarganya." 1 Raja-Raja 21:29
Ahab adalah seorang raja Israel yang berlaku jahat di mata Tuhan, "...dengan mengikuti berhala-berhala, tepat seperti yang dilakukan oleh orang Amori yang telah dihalau TUHAN dari depan orang Israel." (1 Raja-Raja 21:26). Perbuatan Ahab ini benar-benar menimbulkan sakit hati Tuhan, sebab kejahatan yang diperbuatnya "...lebih dari semua raja-raja Israel yang mendahuluinya." (1 Raja-Raja 16:33). Salah satu kejahatan Ahab adalah merampas kebun anggur milik Nabot dan membunuhnya melalui tangan orang lain.
Namun sungguh mengejutkan karena ayat nas di atas menyatakan bahwa segala perbuatan Ahab yang teramat jahat ini tidak lagi diperhitungkan oleh Tuhan, sehingga Dia "...tidak akan mendatangkan malapetaka dalam zamannya;" (ayat nas). Mengapa? Karena Ahab mau merendahkan diri di hadapan Tuhan, "...ia mengoyakkan pakaiannya, mengenakan kain kabung pada tubuhnya dan berpuasa. Bahkan ia tidur dengan memakai kain kabung, dan berjalan dengan langkah lamban." (1 Raja-Raja 21:27). Inilah yang menggerakkan hati Tuhan untuk menyatakan belas kasihan-Nya. Ada tertulis: "dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka." (2 Tawarikh 7:14), "Sebab sesaat saja Ia murka, tetapi seumur hidup Ia murah hati;" (Mazmur 30:6).
Tuhan berfirman melalui nabi Elia bahwa Dia tidak jadi mendatangkan malapetaka pada zamannya dan barulah malapetaka itu datang pada zaman anaknya. Sekarang ini tidak banyak orang mau merendahkan diri di hadapan Tuhan. Kebanyakan orang berlaku sombong dan merasa gengsi jika harus mengakui dosa dan kesalahannya, padahal "...setiap pelanggaran dan ketidaktaatan mendapat balasan yang setimpal," (Ibrani 2:2b).
Jika saat ini kita hidup menyimpang dari jalan Tuhan, segeralah datang kepada Tuhan, rendahkan diri di hadapan-Nya dan bertobat, Tuhan pasti akann mengampuni dosa kita dan memulihkan keadaan kita.
Baca: 1 Raja-Raja 21:20-29
"Sudahkah kaulihat, bahwa Ahab merendahkan diri di hadapan-Ku? Oleh karena ia telah merendahkan diri di hadapan-Ku, maka Aku tidak akan mendatangkan malapetaka dalam zamannya; barulah dalam zaman anaknya Aku akan mendatangkan malapetaka atas keluarganya." 1 Raja-Raja 21:29
Ahab adalah seorang raja Israel yang berlaku jahat di mata Tuhan, "...dengan mengikuti berhala-berhala, tepat seperti yang dilakukan oleh orang Amori yang telah dihalau TUHAN dari depan orang Israel." (1 Raja-Raja 21:26). Perbuatan Ahab ini benar-benar menimbulkan sakit hati Tuhan, sebab kejahatan yang diperbuatnya "...lebih dari semua raja-raja Israel yang mendahuluinya." (1 Raja-Raja 16:33). Salah satu kejahatan Ahab adalah merampas kebun anggur milik Nabot dan membunuhnya melalui tangan orang lain.
Namun sungguh mengejutkan karena ayat nas di atas menyatakan bahwa segala perbuatan Ahab yang teramat jahat ini tidak lagi diperhitungkan oleh Tuhan, sehingga Dia "...tidak akan mendatangkan malapetaka dalam zamannya;" (ayat nas). Mengapa? Karena Ahab mau merendahkan diri di hadapan Tuhan, "...ia mengoyakkan pakaiannya, mengenakan kain kabung pada tubuhnya dan berpuasa. Bahkan ia tidur dengan memakai kain kabung, dan berjalan dengan langkah lamban." (1 Raja-Raja 21:27). Inilah yang menggerakkan hati Tuhan untuk menyatakan belas kasihan-Nya. Ada tertulis: "dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka." (2 Tawarikh 7:14), "Sebab sesaat saja Ia murka, tetapi seumur hidup Ia murah hati;" (Mazmur 30:6).
Tuhan berfirman melalui nabi Elia bahwa Dia tidak jadi mendatangkan malapetaka pada zamannya dan barulah malapetaka itu datang pada zaman anaknya. Sekarang ini tidak banyak orang mau merendahkan diri di hadapan Tuhan. Kebanyakan orang berlaku sombong dan merasa gengsi jika harus mengakui dosa dan kesalahannya, padahal "...setiap pelanggaran dan ketidaktaatan mendapat balasan yang setimpal," (Ibrani 2:2b).
Jika saat ini kita hidup menyimpang dari jalan Tuhan, segeralah datang kepada Tuhan, rendahkan diri di hadapan-Nya dan bertobat, Tuhan pasti akann mengampuni dosa kita dan memulihkan keadaan kita.
Sunday, April 28, 2019
KESAKSIAN HIDUP: Warisan Yang Tak Lekang
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 April 2019
Baca: 2 Petrus 1:3-5
"Tetapi aku akan berusaha, supaya juga sesudah kepergianku itu kamu selalu mengingat semuanya itu." 2 Petrus 1:15
Semua orangtua mana pun yang ada di dunia ini pasti ingin sekali meninggalkan warisan harta benda kepada anak-anaknya jika suatu kelak ia harus berpulang (meninggal). Itu baik! Seperti ada tertulis: "Orang baik meninggalkan warisan bagi anak cucunya," (Amsal 13:22). Tetapi adalah lebih baik dan teramat penting jika setiap orang juga meninggalkan 'warisan rohani' kepada orang-orang yang ditinggalkan. Warisan rohani ini berbicara tentang keteladanan hidup, warisan kehidupan yang bercahaya yang dapat membawa dampak bagi banyak orang, sekalipun ia sudah tiada.
Karena itulah rasul Paulus tidak mennyia-nyiakan waktu dan kesempatan yang dimiliki untuk bergiat dalam mengerjakan panggilan Tuhan dan tak berhenti untuk terus memberitakan kebenaran kepada orang lain dan juga hidup di dalam kebenaran tersebut, sampai kepada orang lain dan juga hidup di dalam kebenaran tersebut, sampai kepada garis akhir hidupnya, "Aku menganggap sebagai kewajibanku untuk tetap mengingatkan kamu akan semuanya itu selama aku belum menanggalkan kemah tubuhku ini. Sebab aku tahu, bahwa aku akan segera menanggalkan kemah tubuhku ini, sebagaimana yang telah diberitahukan kepadaku oleh Yesus Kristus, Tuhan kita." (2 Petrus 1:13-14). Melalui surat-surat yang ia tulis kepada umat atau jemaat Tuhan rasul Petrus selalu mengingatkan: "...saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung. Dengan demikian kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan..." (2 Petrus 1:10).
Sudahkah kita turut ambil bagian dalam usaha pelebaran kerajaan Sorga di muka bumi ini, dengan melayani jiwa-jiwa dan membawa orang lain untuk semakin mengenal Kristus dan kebenaran-Nya? Hidup adalah sebuah kesempatan. Marilah kita gunakan waktu-waktu yang ada untuk hidup bagi Tuhan lebih dan lebih lagi. Biarlah ketaatan, ketekunan, dan semangat kita dalam mengerjakan perkara-perkara rohani dapat menjadi inspirasi bagi orang lain sehingga kehidupan kita menjadi berkat dan kesaksian, sehingga sampai kita meninggalkan dunia ini hal itu tetap dikenang.
"Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar," Amsal 22:1
Baca: 2 Petrus 1:3-5
"Tetapi aku akan berusaha, supaya juga sesudah kepergianku itu kamu selalu mengingat semuanya itu." 2 Petrus 1:15
Semua orangtua mana pun yang ada di dunia ini pasti ingin sekali meninggalkan warisan harta benda kepada anak-anaknya jika suatu kelak ia harus berpulang (meninggal). Itu baik! Seperti ada tertulis: "Orang baik meninggalkan warisan bagi anak cucunya," (Amsal 13:22). Tetapi adalah lebih baik dan teramat penting jika setiap orang juga meninggalkan 'warisan rohani' kepada orang-orang yang ditinggalkan. Warisan rohani ini berbicara tentang keteladanan hidup, warisan kehidupan yang bercahaya yang dapat membawa dampak bagi banyak orang, sekalipun ia sudah tiada.
Karena itulah rasul Paulus tidak mennyia-nyiakan waktu dan kesempatan yang dimiliki untuk bergiat dalam mengerjakan panggilan Tuhan dan tak berhenti untuk terus memberitakan kebenaran kepada orang lain dan juga hidup di dalam kebenaran tersebut, sampai kepada orang lain dan juga hidup di dalam kebenaran tersebut, sampai kepada garis akhir hidupnya, "Aku menganggap sebagai kewajibanku untuk tetap mengingatkan kamu akan semuanya itu selama aku belum menanggalkan kemah tubuhku ini. Sebab aku tahu, bahwa aku akan segera menanggalkan kemah tubuhku ini, sebagaimana yang telah diberitahukan kepadaku oleh Yesus Kristus, Tuhan kita." (2 Petrus 1:13-14). Melalui surat-surat yang ia tulis kepada umat atau jemaat Tuhan rasul Petrus selalu mengingatkan: "...saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung. Dengan demikian kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan..." (2 Petrus 1:10).
Sudahkah kita turut ambil bagian dalam usaha pelebaran kerajaan Sorga di muka bumi ini, dengan melayani jiwa-jiwa dan membawa orang lain untuk semakin mengenal Kristus dan kebenaran-Nya? Hidup adalah sebuah kesempatan. Marilah kita gunakan waktu-waktu yang ada untuk hidup bagi Tuhan lebih dan lebih lagi. Biarlah ketaatan, ketekunan, dan semangat kita dalam mengerjakan perkara-perkara rohani dapat menjadi inspirasi bagi orang lain sehingga kehidupan kita menjadi berkat dan kesaksian, sehingga sampai kita meninggalkan dunia ini hal itu tetap dikenang.
"Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar," Amsal 22:1
Saturday, April 27, 2019
TAK HIRAUKAN PERINGATAN TUHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 April 2019
Baca: Kejadian 4:1-16
"Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya." Kejadian 4:7
Banyak orang tanpa sadar telah menghancurkan hidupnya sendiri melalui tindakan-tindakan bodoh atau ketidaktaatan mereka, padahal mereka sudah ditegur dan diperingatkan Tuhan dengan kasih. Hal ini terjadi pada Kain! Ketika hatinya dipenuhi dengan kemarahan, iri dan dengki terhadap adiknya, Tuhan sudah memperingatkan dan menegurnya dengan halus. Tuhan berkata: "Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu;" (ayat nas). Tuhan meyakinkan Kain bahwa sesungguhnya ia dapat memenangkan peperangan batin tersebut, namun anak sulung Adam ini tak menghiraukan peringatan Tuhan ini dan tetap mengikuti kehendak hatinya: "Kata Kain kepada Habel, adiknya: 'Marilah kita pergi ke padang.' Ketika mereka ada di padang, tiba-tiba Kain memukul Habel, adiknya itu, lalu membunuh dia." (Kejadian 4:8).
Ini merupakan tindak kejahatan pembunuhan pertama yang dilakukan oleh manusia. Kain yang tampak tak menyesal sedikit pun dengan apa yang diperbuatnya ini harus menanggung hukuman dari Tuhan: "...terkutuklah engkau, terbuang jauh dari tanah yang mengangakan mulutnya untuk menerima darah adikmu itu dari tanganmu. Apabila engkau mengusahakan tanah itu, maka tanah itu tidak akan memberikan hasil sepenuhnya lagi kepadamu; engkau menjadi seorang pelarian dan pengembara di bumi." (Kejadian 4:11-12). Sampai detik ini ada jutaan manusia di muka bumi ini yang menempuh 'jalan' Kain! Hanya karena tersulut emosi, benci, iri hati, cemburu atau karena mengingini harta milik orang lain mereka tega melakukan tindakan yang keji yaitu menghabisi nyawa orang lain, tanpa memikirkan resiko atau akibatnya.
Penting sekali orang memiliki penguasaan diri! Jika tidak, maka dosa sudah mengintip di depan pintu. "...tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut." (Yakobus 1:14-15).
Karena tak menghiraukan peringatan Tuhan, hidup Kain menjadi hancur!
Baca: Kejadian 4:1-16
"Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya." Kejadian 4:7
Banyak orang tanpa sadar telah menghancurkan hidupnya sendiri melalui tindakan-tindakan bodoh atau ketidaktaatan mereka, padahal mereka sudah ditegur dan diperingatkan Tuhan dengan kasih. Hal ini terjadi pada Kain! Ketika hatinya dipenuhi dengan kemarahan, iri dan dengki terhadap adiknya, Tuhan sudah memperingatkan dan menegurnya dengan halus. Tuhan berkata: "Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu;" (ayat nas). Tuhan meyakinkan Kain bahwa sesungguhnya ia dapat memenangkan peperangan batin tersebut, namun anak sulung Adam ini tak menghiraukan peringatan Tuhan ini dan tetap mengikuti kehendak hatinya: "Kata Kain kepada Habel, adiknya: 'Marilah kita pergi ke padang.' Ketika mereka ada di padang, tiba-tiba Kain memukul Habel, adiknya itu, lalu membunuh dia." (Kejadian 4:8).
Ini merupakan tindak kejahatan pembunuhan pertama yang dilakukan oleh manusia. Kain yang tampak tak menyesal sedikit pun dengan apa yang diperbuatnya ini harus menanggung hukuman dari Tuhan: "...terkutuklah engkau, terbuang jauh dari tanah yang mengangakan mulutnya untuk menerima darah adikmu itu dari tanganmu. Apabila engkau mengusahakan tanah itu, maka tanah itu tidak akan memberikan hasil sepenuhnya lagi kepadamu; engkau menjadi seorang pelarian dan pengembara di bumi." (Kejadian 4:11-12). Sampai detik ini ada jutaan manusia di muka bumi ini yang menempuh 'jalan' Kain! Hanya karena tersulut emosi, benci, iri hati, cemburu atau karena mengingini harta milik orang lain mereka tega melakukan tindakan yang keji yaitu menghabisi nyawa orang lain, tanpa memikirkan resiko atau akibatnya.
Penting sekali orang memiliki penguasaan diri! Jika tidak, maka dosa sudah mengintip di depan pintu. "...tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut." (Yakobus 1:14-15).
Karena tak menghiraukan peringatan Tuhan, hidup Kain menjadi hancur!
Friday, April 26, 2019
ORANG PERCAYA: Berikat Pinggang Kebenaran
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 April 2019
Baca: Zakharia 8:1-19
"Inilah hal-hal yang harus kamu lakukan: Berkatalah benar seorang kepada yang lain dan laksanakanlah hukum yang benar, yang mendatangkan damai di pintu-pintu gerbangmu." Zakharia 8:16
Hidup dalam kebenaran adalah mutlak bagi orang percaya sebab kita telah dimerdekakan dalam Kristus, sehingga tubuh kita ini bukan milik kita lagi, melainkan menjadi milik Kristus. "Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!" (1 Korintus 6:20). Kebenaran tersebut meliputi segala aspek kehiduan. Jika orang percaya masih saja hidup dalam kecemaran, berarti ia tak melakukan apa yang menjadi kehendak Tuhan. Salah satu perlengkapan rohani yang harus dikenakan orang percaya, sebagaimana yang rasul Paulus nyatakan adalah: "...berikatpinggangkan kebenaran..." (Efesus 6:14).
Ikat pinggang atau sabuk adalah pita fleksibel, biasanya terbuat dari kulit atau pakaian keras, dan dikenakan di sekitar pinggang, yang berfungsi mengikat celana atau bahan pakaian lain. Orang percaya harus selalu berikatpinggangkan kebenaran, artinya di mana pun berada hidupnya diikat dan dililit kebenaran dari Tuhan. Hidup dalam kebenaran adalah kunci untuk mengalami kehidupan yang baik. "Orang benar tidak akan ditimpa oleh bencana apapun, tetapi orang fasik akan senantiasa celaka." (Amsal 12:21). Perhatikanlah peringatan Tuhan ini: "Jika kamu tidak mendengarkan, dan jika kamu tidak memberi perhatian untuk menghormati nama-Ku, firman TUHAN semesta alam, maka Aku akan mengirimkan kutuk ke antaramu dan akan membuat berkat-berkatmu menjadi kutuk, dan Aku telah membuatnya menjadi kutuk, sebab kamu ini tidak memperhatikan." (Maleakhi 2:2). Jangan anggap remeh peringatan Tuhan ini! Selama kita masih berlaku fasik atau hidup jauh menyimpang dari kebenaran, maka berkat-berkat yang telah kita terima akan menjadi kutuk. Ini Tuhan yang berbicara, bukan manusia!
Bagi pelayan Tuhan atau hamba Tuhan, hidup benar adalah harga mati. Bagaimana bisa mengajar dan mengajak orang lain dalam kebenaran bila kita sendiri tidak hidup benar? "Sebab bibir seorang imam memelihara pengetahuan dan orang mencari pengajaran dari mulutnya, sebab dialah utusan TUHAN semesta alam." (Maleakhi 2:7).
Berkat dan kebaikan Tuhan tersedia bagi orang benar!
Baca: Zakharia 8:1-19
"Inilah hal-hal yang harus kamu lakukan: Berkatalah benar seorang kepada yang lain dan laksanakanlah hukum yang benar, yang mendatangkan damai di pintu-pintu gerbangmu." Zakharia 8:16
Hidup dalam kebenaran adalah mutlak bagi orang percaya sebab kita telah dimerdekakan dalam Kristus, sehingga tubuh kita ini bukan milik kita lagi, melainkan menjadi milik Kristus. "Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!" (1 Korintus 6:20). Kebenaran tersebut meliputi segala aspek kehiduan. Jika orang percaya masih saja hidup dalam kecemaran, berarti ia tak melakukan apa yang menjadi kehendak Tuhan. Salah satu perlengkapan rohani yang harus dikenakan orang percaya, sebagaimana yang rasul Paulus nyatakan adalah: "...berikatpinggangkan kebenaran..." (Efesus 6:14).
Ikat pinggang atau sabuk adalah pita fleksibel, biasanya terbuat dari kulit atau pakaian keras, dan dikenakan di sekitar pinggang, yang berfungsi mengikat celana atau bahan pakaian lain. Orang percaya harus selalu berikatpinggangkan kebenaran, artinya di mana pun berada hidupnya diikat dan dililit kebenaran dari Tuhan. Hidup dalam kebenaran adalah kunci untuk mengalami kehidupan yang baik. "Orang benar tidak akan ditimpa oleh bencana apapun, tetapi orang fasik akan senantiasa celaka." (Amsal 12:21). Perhatikanlah peringatan Tuhan ini: "Jika kamu tidak mendengarkan, dan jika kamu tidak memberi perhatian untuk menghormati nama-Ku, firman TUHAN semesta alam, maka Aku akan mengirimkan kutuk ke antaramu dan akan membuat berkat-berkatmu menjadi kutuk, dan Aku telah membuatnya menjadi kutuk, sebab kamu ini tidak memperhatikan." (Maleakhi 2:2). Jangan anggap remeh peringatan Tuhan ini! Selama kita masih berlaku fasik atau hidup jauh menyimpang dari kebenaran, maka berkat-berkat yang telah kita terima akan menjadi kutuk. Ini Tuhan yang berbicara, bukan manusia!
Bagi pelayan Tuhan atau hamba Tuhan, hidup benar adalah harga mati. Bagaimana bisa mengajar dan mengajak orang lain dalam kebenaran bila kita sendiri tidak hidup benar? "Sebab bibir seorang imam memelihara pengetahuan dan orang mencari pengajaran dari mulutnya, sebab dialah utusan TUHAN semesta alam." (Maleakhi 2:7).
Berkat dan kebaikan Tuhan tersedia bagi orang benar!
Thursday, April 25, 2019
RESPONS HATI MENENTUKAN BERKAT
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 April 2019
Baca: Yosua 14:1-5
"Seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa, demikianlah diperbuat oleh orang Israel dan dibagi-bagi merekalah negeri itu." Yosua 14:5
Ketika doa-doanya belum beroleh jawaban dari Tuhan seringkali sikap hati seseorang langsung berubah. Yang sebelumnya begitu percaya kini mulai timbul kebimbangan dan keragu-raguan terhadap janji Tuhan: "Benarkah Tuhan sanggup menolong? Apakah janji Tuhan itu hanya berlaku bagi orang-orang di zaman Alkitab dan tidak lagi relevan dengan kehidupan orang percaya yang hidup di zaman seperti sekarang ini?"
Tuhan sekali-kali tidak pernah ingkar dengan apa yang dijanjikan-Nya! Karena Dia "...bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?" (Bilangan 23:19). Salah satu buktinya adalah hal pembagian tanah Kanaan. Pada masa sebelumnya Tuhan berjanji kepada bangsa Israel untuk memberikan tanah Kanaan, "...suatu negeri yang baik dan luas, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya," (Keluaran 3:8). Karena itu Tuhan memerintahkan Musa untuk memilih dua belas orang sebagai perwakilan dari tiap-tiap suku yang ada di Israel untuk mengintai dan mengamat-amati secara dekat negeri yang dijanjikan Tuhan tersebut. Yang disesalkan adalah dari dua belas orang yang diutus Musa ternyata hanya dua orang saja yang memberikan respon positif, yaitu Yosua dan Kaleb. Akhirnya mereka berdualah (Yosua dan Kaleb) yang dapat masuk ke tanah Kanaan, alias mengalami penggenapan janji Tuhan. "Janji TUHAN adalah janji yang murni, bagaikan perak yang teruji, tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah." (Mazmur 12:7).
Sesungguhnya Tuhan rindu memberkati anak-anak-Nya dengan melimpah, namun seringkali kita sendiri yang tidak memiliki respons hati yang benar saat menantikan janji Tuhan tersebut. Kita bersungut-sungut, mengeluh, mengomel, pesimis dan tidak lagi sabar menati-nantikan Tuhan. Tuhan berkata, "...hamba-Ku Kaleb, karena lain jiwa yang ada padanya dan ia mengikut Aku dengan sepenuhnya, akan Kubawa masuk ke negeri yang telah dimasukinya itu, dan keturunannya akan memilikinya." (Bilangan 14:24).
Respons hati yang benar sangat diperlukan supaya janji Tuhan dapat digenapi di dalam hidup kita.
Baca: Yosua 14:1-5
"Seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa, demikianlah diperbuat oleh orang Israel dan dibagi-bagi merekalah negeri itu." Yosua 14:5
Ketika doa-doanya belum beroleh jawaban dari Tuhan seringkali sikap hati seseorang langsung berubah. Yang sebelumnya begitu percaya kini mulai timbul kebimbangan dan keragu-raguan terhadap janji Tuhan: "Benarkah Tuhan sanggup menolong? Apakah janji Tuhan itu hanya berlaku bagi orang-orang di zaman Alkitab dan tidak lagi relevan dengan kehidupan orang percaya yang hidup di zaman seperti sekarang ini?"
Tuhan sekali-kali tidak pernah ingkar dengan apa yang dijanjikan-Nya! Karena Dia "...bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?" (Bilangan 23:19). Salah satu buktinya adalah hal pembagian tanah Kanaan. Pada masa sebelumnya Tuhan berjanji kepada bangsa Israel untuk memberikan tanah Kanaan, "...suatu negeri yang baik dan luas, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya," (Keluaran 3:8). Karena itu Tuhan memerintahkan Musa untuk memilih dua belas orang sebagai perwakilan dari tiap-tiap suku yang ada di Israel untuk mengintai dan mengamat-amati secara dekat negeri yang dijanjikan Tuhan tersebut. Yang disesalkan adalah dari dua belas orang yang diutus Musa ternyata hanya dua orang saja yang memberikan respon positif, yaitu Yosua dan Kaleb. Akhirnya mereka berdualah (Yosua dan Kaleb) yang dapat masuk ke tanah Kanaan, alias mengalami penggenapan janji Tuhan. "Janji TUHAN adalah janji yang murni, bagaikan perak yang teruji, tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah." (Mazmur 12:7).
Sesungguhnya Tuhan rindu memberkati anak-anak-Nya dengan melimpah, namun seringkali kita sendiri yang tidak memiliki respons hati yang benar saat menantikan janji Tuhan tersebut. Kita bersungut-sungut, mengeluh, mengomel, pesimis dan tidak lagi sabar menati-nantikan Tuhan. Tuhan berkata, "...hamba-Ku Kaleb, karena lain jiwa yang ada padanya dan ia mengikut Aku dengan sepenuhnya, akan Kubawa masuk ke negeri yang telah dimasukinya itu, dan keturunannya akan memilikinya." (Bilangan 14:24).
Respons hati yang benar sangat diperlukan supaya janji Tuhan dapat digenapi di dalam hidup kita.
Wednesday, April 24, 2019
MERASA TERSANJUNG KARENA PUJIAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 April 2019
Baca: Yesaya 39:1-8
"Semua yang ada di istanaku telah mereka lihat. Tidak ada barang yang tidak kuperlihatkan kepada mereka di perbendaharaanku." Yesaya 39:4b
Nama 'Hizkia' memiliki arti: dikuatkan Jehovah. Ia adalah raja Yehuda yang kaya dan beroleh kasih karunia dari Tuhan. Ia jatuh sakit dan hampir mati, tapi Tuhan bermurah hati kepadanya sehingga disembuhkan dari sakitnya, dan bahkan Tuhan memperpanjang umurnya 15 tahun lagi (Yesaya 38:5). Berita tentang kesembuhan Hizkia ini pun sampai ke telinga raja Babel yaitu Merodakh-Baladan bin Baladan, yang mengirim utusan untuk menyampaikan ucapan selamat kepada Hizkia melalui surat dan juga pemberian.
Hizkia sangat gembira dan merasa tersanjung atas ucapan selamat yang diberikan raja Babel itu. "Hizkia bersukacita atas kedatangan mereka, lalu diperlihatkannyalah kepada mereka gedung harta bendanya, emas dan perak, rempah-rempah dan minyak yang berharga, segenap gedung persenjataannya dan segala yang terdapat dalam perbendaharaannya. Tidak ada barang yang tidak diperlihatkan Hizkia kepada mereka di istananya dan di seluruh daerah kekuasaannya." (Yesaya 39:2). Sanjungan seringkali membuat seseorang lupa diri. Karena terbuai oleh sanjungan, Hizkia mulai membanggakan diri dengan memamerkan segala kekayaan yang dimiliki (ayat nas). Tanpa disadari, betapa sering kita berlaku seperti Hizkia, yaitu suka menerima pujian dan sanjungan dari manusia. Ketika masih menjadi jemaat 'awam' seseorang tampak begitu rendah hati, tetapi setelah terlibat dalam pelayanan pekerjaan Tuhan dan mulai dikenal oleh banyak orang, sikapnya pun mulai berubah: membusungkan dada, suka sekali menerima pujian dan sanjungan. Akhirnya diri mereka sendiri yang mulai ditonjolkan.
Melihat hal itu segeralah Tuhan mengutus nabi Yesaya untuk menegur dan memperingatkan Hizkia: "Sesungguhnya, suatu masa akan datang, bahwa segala yang ada dalam istanamu dan yang disimpan oleh nenek moyangmu sampai hari ini akan diangkut ke Babel. Tidak ada barang yang akan ditinggalkan, demikianlah firman TUHAN." (Yesaya 39:6). Bersyukur... teguran Tuhan ini membuat Hizkia segera sadar, "'Sungguh baik firman TUHAN yang engkau ucapkan itu!' Tetapi pikirnya: 'Asal ada damai dan keamanan seumur hidupku!'" (Yesaya 39:8).
Sanjungan manusia seringkali membuat seseorang jatuh dalam dosa kesombongan!
Baca: Yesaya 39:1-8
"Semua yang ada di istanaku telah mereka lihat. Tidak ada barang yang tidak kuperlihatkan kepada mereka di perbendaharaanku." Yesaya 39:4b
Nama 'Hizkia' memiliki arti: dikuatkan Jehovah. Ia adalah raja Yehuda yang kaya dan beroleh kasih karunia dari Tuhan. Ia jatuh sakit dan hampir mati, tapi Tuhan bermurah hati kepadanya sehingga disembuhkan dari sakitnya, dan bahkan Tuhan memperpanjang umurnya 15 tahun lagi (Yesaya 38:5). Berita tentang kesembuhan Hizkia ini pun sampai ke telinga raja Babel yaitu Merodakh-Baladan bin Baladan, yang mengirim utusan untuk menyampaikan ucapan selamat kepada Hizkia melalui surat dan juga pemberian.
Hizkia sangat gembira dan merasa tersanjung atas ucapan selamat yang diberikan raja Babel itu. "Hizkia bersukacita atas kedatangan mereka, lalu diperlihatkannyalah kepada mereka gedung harta bendanya, emas dan perak, rempah-rempah dan minyak yang berharga, segenap gedung persenjataannya dan segala yang terdapat dalam perbendaharaannya. Tidak ada barang yang tidak diperlihatkan Hizkia kepada mereka di istananya dan di seluruh daerah kekuasaannya." (Yesaya 39:2). Sanjungan seringkali membuat seseorang lupa diri. Karena terbuai oleh sanjungan, Hizkia mulai membanggakan diri dengan memamerkan segala kekayaan yang dimiliki (ayat nas). Tanpa disadari, betapa sering kita berlaku seperti Hizkia, yaitu suka menerima pujian dan sanjungan dari manusia. Ketika masih menjadi jemaat 'awam' seseorang tampak begitu rendah hati, tetapi setelah terlibat dalam pelayanan pekerjaan Tuhan dan mulai dikenal oleh banyak orang, sikapnya pun mulai berubah: membusungkan dada, suka sekali menerima pujian dan sanjungan. Akhirnya diri mereka sendiri yang mulai ditonjolkan.
Melihat hal itu segeralah Tuhan mengutus nabi Yesaya untuk menegur dan memperingatkan Hizkia: "Sesungguhnya, suatu masa akan datang, bahwa segala yang ada dalam istanamu dan yang disimpan oleh nenek moyangmu sampai hari ini akan diangkut ke Babel. Tidak ada barang yang akan ditinggalkan, demikianlah firman TUHAN." (Yesaya 39:6). Bersyukur... teguran Tuhan ini membuat Hizkia segera sadar, "'Sungguh baik firman TUHAN yang engkau ucapkan itu!' Tetapi pikirnya: 'Asal ada damai dan keamanan seumur hidupku!'" (Yesaya 39:8).
Sanjungan manusia seringkali membuat seseorang jatuh dalam dosa kesombongan!
Tuesday, April 23, 2019
UMAT PILIHAN: Identitas Orang Percaya
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 April 2019
Baca: 1 Petrus 1:13-25
"...hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu," 1 Petrus 1:15
Banyak orang Kristen tak menyadari bahwa di dalam Kristus kita ini memiliki identitas baru sebagai orang-orang pilihan Tuhan. "...kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:" (1 Petrus 2:9). Ini adalah sebuah anugerah, karena kita dipilih di antara miliaran umat manusia di muka bumi ini.
Pemilihan ini hanya terjadi ketika seseorang percaya kepada Kristus dan menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat. Jadi pemilihan tersebut berpusat ada Kristus! Karena Dia dipilih oleh Bapa sebagai landasan: "Lihat, itu hamba-Ku yang Kupegang, orang pilihan-Ku, yang kepadanya Aku berkenan. Aku telah menaruh Roh-Ku ke atasnya, supaya ia menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa. Aku ini, TUHAN, telah memanggil engkau untuk maksud penyelamatan, telah memegang tanganmu; Aku telah membentuk engkau dan memberi engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia, menjadi terang untuk bangsa-bangsa," (Yesaya 42:1, 6), dan menjadi yang sulung dari semua umat pilihan (Roma 8:29). "Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya." (Efesus 1:4).
Apa tujuan Tuhan memilih kita? Tujuannya adalah supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. "...hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab Aku kudus." (1 Petrus 1:15-16). Kata 'kudus' (bahasa Ibrani qadesh/qadosh), arti harfiahnya adalah dipotong atau dipisahkan, dan memiliki makna: naik lebih tinggi, artinya orang percaya dipanggil untuk memiliki kehidupan yang naik ke standar Tuhan, yaitu hidup sebagaimana Kristus hidup. "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." (1 Yohanes 2:6). Seringkali terjadi tidak sedikit orang Kristen kehilangan identitas diri sebagai umat pilihan Tuhan, karena hidupnya tak jauh berbeda dengan orang dunia. Miris sekali!
Tanpa memiliki kekudusan hidup, kita tak bisa melihat Tuhan! Ibrani 12:14
Baca: 1 Petrus 1:13-25
"...hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu," 1 Petrus 1:15
Banyak orang Kristen tak menyadari bahwa di dalam Kristus kita ini memiliki identitas baru sebagai orang-orang pilihan Tuhan. "...kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:" (1 Petrus 2:9). Ini adalah sebuah anugerah, karena kita dipilih di antara miliaran umat manusia di muka bumi ini.
Pemilihan ini hanya terjadi ketika seseorang percaya kepada Kristus dan menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat. Jadi pemilihan tersebut berpusat ada Kristus! Karena Dia dipilih oleh Bapa sebagai landasan: "Lihat, itu hamba-Ku yang Kupegang, orang pilihan-Ku, yang kepadanya Aku berkenan. Aku telah menaruh Roh-Ku ke atasnya, supaya ia menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa. Aku ini, TUHAN, telah memanggil engkau untuk maksud penyelamatan, telah memegang tanganmu; Aku telah membentuk engkau dan memberi engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia, menjadi terang untuk bangsa-bangsa," (Yesaya 42:1, 6), dan menjadi yang sulung dari semua umat pilihan (Roma 8:29). "Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya." (Efesus 1:4).
Apa tujuan Tuhan memilih kita? Tujuannya adalah supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. "...hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab Aku kudus." (1 Petrus 1:15-16). Kata 'kudus' (bahasa Ibrani qadesh/qadosh), arti harfiahnya adalah dipotong atau dipisahkan, dan memiliki makna: naik lebih tinggi, artinya orang percaya dipanggil untuk memiliki kehidupan yang naik ke standar Tuhan, yaitu hidup sebagaimana Kristus hidup. "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." (1 Yohanes 2:6). Seringkali terjadi tidak sedikit orang Kristen kehilangan identitas diri sebagai umat pilihan Tuhan, karena hidupnya tak jauh berbeda dengan orang dunia. Miris sekali!
Tanpa memiliki kekudusan hidup, kita tak bisa melihat Tuhan! Ibrani 12:14
Monday, April 22, 2019
ORANG PERCAYA: Mati Bersama Kristus
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 April 2019
Baca: Kolose 3:1-4
"Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus..." Kolose 3:3
Orang percaya yang telah ditebus oleh darah Kristus adalah mutlak harus mengalami apa yang disebut kematian di dalam Kristus, sebagaimana yang rasul Paulus nyatakan (ayat nas). Inilah kehidupan kekristenan yang sejati! Orang percaya tidak akan mendapat kemuliaan bersama dengan Kristus aapabila ia tidak mengalami kematian di dalam Dia, sebab tidak ada kehidupan tanpa kematian, tidak ada kemuliaan tanpa salib.
Kematian di dalam Kristus ini berbicara tentang 'harga' yang harus dibayar sebagai orang percaya, sebab Kristus sendiri harus mengalami kematian: 1. Kristus harus menanggalkan atribut ke-Ilahian-Nya. Sekalipun status-Nya adalah Putera tunggal Bapa, Kristus tidak menggunakan hak dan kuasa-Nya, tetapi Ia tetap konsisten untuk mengerjakan apa yang menjadi panggilan-Nya. Kristus taat sepenuhnya kepada kehendak Bapa sekalipun harus mengalami penderitaan. "...telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia." (Filipi 2:7). Dalam hal ini Kristus benar-benar menjadi sama dengan manusia, dan menanggalkan segala atribut ke-Ilahian-Nya. 2. Kristus mati di kayu salib. Kristus menggambarkan diri-Nya sebagai biji gandum yang jatuh ke tanah dan mati. Agar bisa hidup dan menghasilkan buah, tidak ada jalan lain selain biji gandum harus jatuh ke tanah dan mati. "Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah." (Yohanes 12:24). 'Buah' berbicara tentang buah ketaatan kepada kehendak Bapa, juga jiwa-jiwa yang diselamatkan. Kematian Kristus menghasilkan keselamatan bagi umat manusia.
Mati bersama Kristus berarti orang percaya harus menanggalkan kehidupan lama dan mengenakan kehidupan baru di dalam Kristus. "...Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku." (Galatia 2:19b-20). Jika tujuan hidup Kristus adalah menggenapi rencana Bapa dan memuliakan nama-Nya, orang percaya pun harus demikian juga.
Mati bersama Kristus berarti kehidupan lama 'mati' dan hidup bagi Kristus!
Baca: Kolose 3:1-4
"Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus..." Kolose 3:3
Orang percaya yang telah ditebus oleh darah Kristus adalah mutlak harus mengalami apa yang disebut kematian di dalam Kristus, sebagaimana yang rasul Paulus nyatakan (ayat nas). Inilah kehidupan kekristenan yang sejati! Orang percaya tidak akan mendapat kemuliaan bersama dengan Kristus aapabila ia tidak mengalami kematian di dalam Dia, sebab tidak ada kehidupan tanpa kematian, tidak ada kemuliaan tanpa salib.
Kematian di dalam Kristus ini berbicara tentang 'harga' yang harus dibayar sebagai orang percaya, sebab Kristus sendiri harus mengalami kematian: 1. Kristus harus menanggalkan atribut ke-Ilahian-Nya. Sekalipun status-Nya adalah Putera tunggal Bapa, Kristus tidak menggunakan hak dan kuasa-Nya, tetapi Ia tetap konsisten untuk mengerjakan apa yang menjadi panggilan-Nya. Kristus taat sepenuhnya kepada kehendak Bapa sekalipun harus mengalami penderitaan. "...telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia." (Filipi 2:7). Dalam hal ini Kristus benar-benar menjadi sama dengan manusia, dan menanggalkan segala atribut ke-Ilahian-Nya. 2. Kristus mati di kayu salib. Kristus menggambarkan diri-Nya sebagai biji gandum yang jatuh ke tanah dan mati. Agar bisa hidup dan menghasilkan buah, tidak ada jalan lain selain biji gandum harus jatuh ke tanah dan mati. "Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah." (Yohanes 12:24). 'Buah' berbicara tentang buah ketaatan kepada kehendak Bapa, juga jiwa-jiwa yang diselamatkan. Kematian Kristus menghasilkan keselamatan bagi umat manusia.
Mati bersama Kristus berarti orang percaya harus menanggalkan kehidupan lama dan mengenakan kehidupan baru di dalam Kristus. "...Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku." (Galatia 2:19b-20). Jika tujuan hidup Kristus adalah menggenapi rencana Bapa dan memuliakan nama-Nya, orang percaya pun harus demikian juga.
Mati bersama Kristus berarti kehidupan lama 'mati' dan hidup bagi Kristus!
Sunday, April 21, 2019
KEBANGKITAN KRISTUS: Membawa Kehidupan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 April 2019
Baca: Yohanes 20:1-10
"Sebab selama itu mereka belum mengerti isi Kitab Suci yang mengatakan, bahwa Ia harus bangkit dari antara orang mati." Yohanes 20:9
Berita tentang kebangkitan Kristus pada hari yang ke-3 bukanlah isapan jempol, gosip atau sensasi murahan, melainkan sebuah fakta. Kebangkitan-Nya ini merupakan penggenapan dari apa yang Kristus sendiri sampaikan di hadapan murid-murid saat di Galilea: "Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia dan mereka akan membunuh Dia dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan." (Matius 17:22-23).
Peristiwa kematian Kristus di kayu salib menjadi puncak kesukaan besar bagi seluruh pemimpin Yahudi: Imam Besar, ahli Taurat, orang-orang Farisi, orang-orang Saduki, dan bahkan rakyat kebanyakan. Itulah sebabnya begitu mereka mendengar kabar tentang kebangkitan Kristus mereka pun kelabakan dan mencari cara bagaimana supaya berita tersebut tidak sampai menyebar kemana-mana. Mereka pun memberi sejumlah uang kepada para prajurit agar mau tutup mulut: "Dan sesudah berunding dengan tua-tua, mereka mengambil keputusan lalu memberikan sejumlah besar uang kepada serdadu-serdadu itu dan berkata: 'Kamu harus mengatakan, bahwa murid-murid-Nya datang malam-malam dan mencuri-Nya ketika kamu sedang tidur.'" (Matius 28:12-13). Namun meski demikian, kabar kebangkitan Kristus tetap tersiar ke mana-mana. Uang tutup mulut tidak mampu membeli 'kebenaran' bahwa Kristus benar-benar telah bangkit.
Kebangkitan Kristus ini sebagai penegasan bahwa Ia adalah kehidupan, di dalam Dia ada kehidupan. Kehidupan yang bukan hanya sekedar hidup, melainkan kehidupan kekal. Karena Kristus telah bangkit maka setiap orang percaya kepada-Nya juga akan mengalami kebangkitan. "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati," (Yohanes 11:25). Sangat disayangkan! Tidak semua orang mau percaya kepada Kristus, bahkan mereka tetap menganggap bahwa Kristus itu tak lebih dari manusia bisa, bukan Tuhan! Kini, semua pilihan dan keputusan ada di tangan kita masing-masing: mau beroleh kehidupan yang kekal atau mengalami kebinasaan kekal. Kristus sudah menegaskan: "Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." (Yohanes 14:6b).
Kristus bangkit adalah bukti bahwa Dia adalah Tuhan. Percayalah kepada-Nya!
Baca: Yohanes 20:1-10
"Sebab selama itu mereka belum mengerti isi Kitab Suci yang mengatakan, bahwa Ia harus bangkit dari antara orang mati." Yohanes 20:9
Berita tentang kebangkitan Kristus pada hari yang ke-3 bukanlah isapan jempol, gosip atau sensasi murahan, melainkan sebuah fakta. Kebangkitan-Nya ini merupakan penggenapan dari apa yang Kristus sendiri sampaikan di hadapan murid-murid saat di Galilea: "Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia dan mereka akan membunuh Dia dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan." (Matius 17:22-23).
Peristiwa kematian Kristus di kayu salib menjadi puncak kesukaan besar bagi seluruh pemimpin Yahudi: Imam Besar, ahli Taurat, orang-orang Farisi, orang-orang Saduki, dan bahkan rakyat kebanyakan. Itulah sebabnya begitu mereka mendengar kabar tentang kebangkitan Kristus mereka pun kelabakan dan mencari cara bagaimana supaya berita tersebut tidak sampai menyebar kemana-mana. Mereka pun memberi sejumlah uang kepada para prajurit agar mau tutup mulut: "Dan sesudah berunding dengan tua-tua, mereka mengambil keputusan lalu memberikan sejumlah besar uang kepada serdadu-serdadu itu dan berkata: 'Kamu harus mengatakan, bahwa murid-murid-Nya datang malam-malam dan mencuri-Nya ketika kamu sedang tidur.'" (Matius 28:12-13). Namun meski demikian, kabar kebangkitan Kristus tetap tersiar ke mana-mana. Uang tutup mulut tidak mampu membeli 'kebenaran' bahwa Kristus benar-benar telah bangkit.
Kebangkitan Kristus ini sebagai penegasan bahwa Ia adalah kehidupan, di dalam Dia ada kehidupan. Kehidupan yang bukan hanya sekedar hidup, melainkan kehidupan kekal. Karena Kristus telah bangkit maka setiap orang percaya kepada-Nya juga akan mengalami kebangkitan. "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati," (Yohanes 11:25). Sangat disayangkan! Tidak semua orang mau percaya kepada Kristus, bahkan mereka tetap menganggap bahwa Kristus itu tak lebih dari manusia bisa, bukan Tuhan! Kini, semua pilihan dan keputusan ada di tangan kita masing-masing: mau beroleh kehidupan yang kekal atau mengalami kebinasaan kekal. Kristus sudah menegaskan: "Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." (Yohanes 14:6b).
Kristus bangkit adalah bukti bahwa Dia adalah Tuhan. Percayalah kepada-Nya!