Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Februari 2019
Baca: Ulangan 30:11-20
"Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini:
kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk.
Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu," Ulangan 30:19
Setiap manusia yang hidup di atas muka bumi ini selalu diperhadapkan dengan pilihan-pilihan dalam hidupnya. Suka atau tidak suka kita harus memilih salah satu di antara dua pilihan yang ada. Tidak ada istilah kompromi antara memilih dan tidak, atau berdiri di tengah-tengah di antara dua pilihan yang ada. Kita harus memilih secara tegas karena pilihan kita menentukan masa depan hidup kita. Seperti halnya pada zaman Musa di masa Perjanjian Lama, bangsa Israel diperhadapkan dengan dua pilihan, yaitu: kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihan hidup ini juga berlaku bagi kita orang percaya yang adalah 'Israel-Israel' rohani yang hidup di zaman sekarang ini.
Kita patut bersyukur karena kita punya Tuhan yang berlimpah dengan kasih, Ia tidak menciptakan manusia sebagai robot, tapi Ia memberikan free will (kehendak bebas) dan melengkapi dengan hikmat dan akal budi, supaya manusia dapat membedakan yang baik dan yang jahat; dan lebih dari itu, Tuhan juga sudah menyiapkan buku tuntunan dalam menjalani hidup, yaitu firman-Nya, tinggal apakah manusia mau mengikuti tuntunan firman Tuhan atau tidak. Dunia saat ini sedang gencar-gencarnya menawarkan banyak hal yang berkenaan dengan kesenangan daging, dengan tujuan agar manusia bimbang dan memilih untuk hidup menuruti keinginan dagingnya daripada tunduk pada pimpinan Roh Tuhan. Saat-saat inilah kesungguhan kita dalam mengikut Kristus sedang diuji! Iman kita sedang diuji kemurniannya! Banyak orang terseret oleh arus dunia ini dan memilih kesenangan duniawi yang sifatnya sementara saja.
Untuk menuju kepada kehidupan kekal itu memang tidak mudah, ada harga yang harus dibayar, ada penyangkalan diri, itulah sebabnya sedikit orang mau menempuh jalan itu. Kristus berkata, "Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah
pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang
yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya." (Matius 7:13-14).
Pilihlah mulai dari sekarang: hidup benar menuntun kita kepada kehidupan kekal!
Thursday, February 28, 2019
Wednesday, February 27, 2019
KRISTUS MELEPASKAN KITA DARI PENJAJAHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Februari 2019
Baca: Roma 6:15-23
"Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal." Roma 6:22
Baik sebagai pribadi (perorangan), kelompok atau suatu bangsa, tak ada satu pun yang mau hidup dijajah. Semua orang pasti ingin hidup merdeka seutuhnya! Hidup di bawah penjajahan pihak lain itu menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan yang luar biasa.
Banyak orang tidak menyadari dirinya masih hidup dalam penjajahan: dijajah dosa, dijajah hawa nafsunya sendiri, bahkan dijajah kuasa-kuasa gelap yang menguasai dirinya, seperti rasul Paulus tulis: "Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka. Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain." (Efesus 2:1-3). Tetapi sekarang, setelah ditebus oleh darah Kristus dan diselamatkan melalui pengorbanan-Nya di kayu salib, semua rantai dosa yang selama ini mengikat dan membelenggu kita dengan segala perbuatan jahat, sudah dipatahkan. "Sebab waktu kamu hamba dosa, kamu bebas dari kebenaran. Dan buah apakah yang kamu petik dari padanya? Semuanya itu menyebabkan kamu merasa malu sekarang, karena kesudahan semuanya itu ialah kematian. Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal." (Roma 6:20-22).
Inilah kemerdekaan yang sejati yaitu kemerdekaan yang Kristus sudah berikan, sehingga kita bukan lagi menjadi hamba dosa tetapi menjadi hamba kebenaran, dan sekarang kita dibenarkan di hadapan bapa yang memungkinkan kita memiliki sukacita dan damai sejahtera sekalipun hidup di tengah zaman yang berat.
Karena sudah dimerdekakan oleh Kristus, maka kita tidak boleh lagi hidup dalam dosa!
Baca: Roma 6:15-23
"Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal." Roma 6:22
Baik sebagai pribadi (perorangan), kelompok atau suatu bangsa, tak ada satu pun yang mau hidup dijajah. Semua orang pasti ingin hidup merdeka seutuhnya! Hidup di bawah penjajahan pihak lain itu menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan yang luar biasa.
Banyak orang tidak menyadari dirinya masih hidup dalam penjajahan: dijajah dosa, dijajah hawa nafsunya sendiri, bahkan dijajah kuasa-kuasa gelap yang menguasai dirinya, seperti rasul Paulus tulis: "Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka. Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain." (Efesus 2:1-3). Tetapi sekarang, setelah ditebus oleh darah Kristus dan diselamatkan melalui pengorbanan-Nya di kayu salib, semua rantai dosa yang selama ini mengikat dan membelenggu kita dengan segala perbuatan jahat, sudah dipatahkan. "Sebab waktu kamu hamba dosa, kamu bebas dari kebenaran. Dan buah apakah yang kamu petik dari padanya? Semuanya itu menyebabkan kamu merasa malu sekarang, karena kesudahan semuanya itu ialah kematian. Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal." (Roma 6:20-22).
Inilah kemerdekaan yang sejati yaitu kemerdekaan yang Kristus sudah berikan, sehingga kita bukan lagi menjadi hamba dosa tetapi menjadi hamba kebenaran, dan sekarang kita dibenarkan di hadapan bapa yang memungkinkan kita memiliki sukacita dan damai sejahtera sekalipun hidup di tengah zaman yang berat.
Karena sudah dimerdekakan oleh Kristus, maka kita tidak boleh lagi hidup dalam dosa!
Tuesday, February 26, 2019
DEGRADASI MORAL DI AKHIR ZAMAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Februari 2019
Baca: 2 Timotius 3:1-9
"Manusia akan mencintai dirinya sendiri...lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah." 2 Timotius 3:2, 4
Manusia diciptakan Tuhan menurut gambar dan rupa-Nya (Kejadian 1:26-27) sehingga manusia lebih istimewa dibandingkan dengan ciptaan-Nya yang lainnya. Namun dalam keistimewaannya itu manusia justru memberontak terhadap Tuhan dan hidup menyimpang dari jalan-jalan-Nya. Semakin hari kejahatan manusia semakin menjadi-jadi, "...segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata," (Kejadian 6:5). Apa yang manusia perbuat benar-benar memilukan hati Tuhan, sampai-sampai Tuhan merasa menyesal telah menciptakan manusia di bumi (Kejadian 6:5-6).
Degradasi moral atau kebobrokan karakter manusia di luar Kristus menjadi salah satu ciri populer menjelang hari kedatangan Tuhan. Bahkan kalau kita perhatikan, di media massa hampir setiap hari perilaku jahat manusia atau kebobrokan karakter manusia ini menjadi berita utama. Dalam pembacaan firman Tuhan yang berperikop 'Keadaan manusia pada akhir zaman' ini kita melihat ciri-ciri karakter manusia pada akhir zaman, seperti tertulis: "Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah. Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya." (2 Timotius 3:2-5). Bukankah hal ini jelas-jelas terjadi dan merupakan fakta yang tak terbantahkan?
Akibat perilaku manusia yang semakin menyimpang dari kehendak Tuhan, orang percaya pun terkena dampaknya. "Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya, sedangkan orang jahat dan penipu akan bertambah jahat, mereka menyesatkan dan disesatkan." (2 Timotius 3:12-13).
Orang percaya dituntut punya kehidupan yang berbeda dengan dunia, apa pun resikonya!
Baca: 2 Timotius 3:1-9
"Manusia akan mencintai dirinya sendiri...lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah." 2 Timotius 3:2, 4
Manusia diciptakan Tuhan menurut gambar dan rupa-Nya (Kejadian 1:26-27) sehingga manusia lebih istimewa dibandingkan dengan ciptaan-Nya yang lainnya. Namun dalam keistimewaannya itu manusia justru memberontak terhadap Tuhan dan hidup menyimpang dari jalan-jalan-Nya. Semakin hari kejahatan manusia semakin menjadi-jadi, "...segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata," (Kejadian 6:5). Apa yang manusia perbuat benar-benar memilukan hati Tuhan, sampai-sampai Tuhan merasa menyesal telah menciptakan manusia di bumi (Kejadian 6:5-6).
Degradasi moral atau kebobrokan karakter manusia di luar Kristus menjadi salah satu ciri populer menjelang hari kedatangan Tuhan. Bahkan kalau kita perhatikan, di media massa hampir setiap hari perilaku jahat manusia atau kebobrokan karakter manusia ini menjadi berita utama. Dalam pembacaan firman Tuhan yang berperikop 'Keadaan manusia pada akhir zaman' ini kita melihat ciri-ciri karakter manusia pada akhir zaman, seperti tertulis: "Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah. Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya." (2 Timotius 3:2-5). Bukankah hal ini jelas-jelas terjadi dan merupakan fakta yang tak terbantahkan?
Akibat perilaku manusia yang semakin menyimpang dari kehendak Tuhan, orang percaya pun terkena dampaknya. "Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya, sedangkan orang jahat dan penipu akan bertambah jahat, mereka menyesatkan dan disesatkan." (2 Timotius 3:12-13).
Orang percaya dituntut punya kehidupan yang berbeda dengan dunia, apa pun resikonya!
Monday, February 25, 2019
JANGAN SAMPAI DISESATKAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Februari 2019
Baca: 1 Yohanes 2:18-27
"Siapakah pendusta itu? Bukankah dia yang menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus? Dia itu adalah antikristus, yaitu dia yang menyangkal baik Bapa maupun Anak." 1 Yohanes 2:22
Seorang percaya yang peka rohani pasti menyadari bahwa saat-saat ini adalah masa akhir dari akhir zaman. Keadaan, kejadian atau peristiwa yang sedang terjadi di dunia ini semakin menguatkan bahwa kedatangan Kristus yang kedua kalinya sudah teramat dekat. Alkitab menyatakan bahwa sebelum hari itu tiba akan ada tanda-tanda menyertai: pemberitaan Injil ke seluruh dunia, terjadinya kemurtadan, penyesatan, kesukaran atau masa-masa sulit, dan sebagainya. Firman Tuhan menasihati: "...berawas-awaslah jangan kamu gelisah; sebab semuanya itu harus terjadi," (Matius 24:6b).
Tanda lain yang semakin mempertegas tentang akhir zaman adalah munculnya antikristus walaupun sesungguhnya hal antikristus ini bukalah sesuatu yang baru, karena sudah ada sejak lama, bahkan semasa rasul Yohanes sudah ada. Kata antikristus ditulis lima kali dalam Perjanjian Baru, semuanya ada dalam tulisan Yohanes ini. Apa pekerjaan antikristus? Berusaha merusak persekutuan hidup orang percaya dengan menyisipkan kebohongan dalam kebenaran, atau ajaran yang menyesatkan. Hal nyata yang ditunjukkan oleh antikristus adalah sikap penolakan dan penyangkalan terhadap Bapa dan juga Anak (ayat nas). Dengan ajaran palsunya antikristus secara tegas menolak Kristus sebagai Anak Bapa dan menolak doktrin inkarnasi Kristus, "Sebab banyak penyesat telah muncul dan pergi ke seluruh dunia, yang tidak mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia. Itu adalah si penyesat dan antikristus." (2 Yohanes 1:7). Penolakan terhadap Kristus sebagai Anak otomatis juga menolak Bapa yang mengutus Anak-Nya untuk menebus dosa umat manusia (1 Yohanes 4:9-10).
Menghadapi situasi zaman ini kita tidak boleh menyerah, justru ini kesempatan bagi kita untuk terus membangun manusia rohaniah, "sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan," (Efesus 4:14).
Seberat apa pun tekanan yang ada jangan sampai kita menyangkal Kristus, sebab tersedia mahkota kehidupan bagi kita yang setia dalam iman sampai akhir.
Baca: 1 Yohanes 2:18-27
"Siapakah pendusta itu? Bukankah dia yang menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus? Dia itu adalah antikristus, yaitu dia yang menyangkal baik Bapa maupun Anak." 1 Yohanes 2:22
Seorang percaya yang peka rohani pasti menyadari bahwa saat-saat ini adalah masa akhir dari akhir zaman. Keadaan, kejadian atau peristiwa yang sedang terjadi di dunia ini semakin menguatkan bahwa kedatangan Kristus yang kedua kalinya sudah teramat dekat. Alkitab menyatakan bahwa sebelum hari itu tiba akan ada tanda-tanda menyertai: pemberitaan Injil ke seluruh dunia, terjadinya kemurtadan, penyesatan, kesukaran atau masa-masa sulit, dan sebagainya. Firman Tuhan menasihati: "...berawas-awaslah jangan kamu gelisah; sebab semuanya itu harus terjadi," (Matius 24:6b).
Tanda lain yang semakin mempertegas tentang akhir zaman adalah munculnya antikristus walaupun sesungguhnya hal antikristus ini bukalah sesuatu yang baru, karena sudah ada sejak lama, bahkan semasa rasul Yohanes sudah ada. Kata antikristus ditulis lima kali dalam Perjanjian Baru, semuanya ada dalam tulisan Yohanes ini. Apa pekerjaan antikristus? Berusaha merusak persekutuan hidup orang percaya dengan menyisipkan kebohongan dalam kebenaran, atau ajaran yang menyesatkan. Hal nyata yang ditunjukkan oleh antikristus adalah sikap penolakan dan penyangkalan terhadap Bapa dan juga Anak (ayat nas). Dengan ajaran palsunya antikristus secara tegas menolak Kristus sebagai Anak Bapa dan menolak doktrin inkarnasi Kristus, "Sebab banyak penyesat telah muncul dan pergi ke seluruh dunia, yang tidak mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia. Itu adalah si penyesat dan antikristus." (2 Yohanes 1:7). Penolakan terhadap Kristus sebagai Anak otomatis juga menolak Bapa yang mengutus Anak-Nya untuk menebus dosa umat manusia (1 Yohanes 4:9-10).
Menghadapi situasi zaman ini kita tidak boleh menyerah, justru ini kesempatan bagi kita untuk terus membangun manusia rohaniah, "sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan," (Efesus 4:14).
Seberat apa pun tekanan yang ada jangan sampai kita menyangkal Kristus, sebab tersedia mahkota kehidupan bagi kita yang setia dalam iman sampai akhir.
Sunday, February 24, 2019
MENGIKUT KRISTUS ADA UPAH BESAR
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Februari 2019
Baca: Lukas 18:28-30
"...akan menerima kembali lipat ganda pada masa ini juga, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal." Lukas 18:30
Banyak orang berpikir dengan menjadi pengikut Kristus (percaya kepada Kristus dan menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat) hidupnya akan langsung terbebas dari masalah, kesulitan atau penderitaan. Kenyataannya? Masalah demi masalah, ujian demi ujian, tantangan demi tantangan, harus mereka hadapi setiap hari. Tak sedikit yang akhirnya menjadi kecewa. Sementara di sisi lain kita dibuat iri dan cemburu begitu melihat kehidupan orang-orang di luar Tuhan yang sepertinya dalam keadaan nyaman dan selalu mujur. "...aku cemburu kepada pembual-pembual, kalau aku melihat kemujuran orang-orang fasik." (Mazmur 73:3).
Timbul pertanyaan di hati: "Apa upah mengikut Kristus?" Hal senada juga Petrus ungkapkan secara langsung kepada Tuhan karena ia merasa sudah berjerih lelah untuk melayani Tuhan dan mengikut Dia, "Kami ini telah meninggalkan segala kepunyaan kami dan mengikut Engkau." (Lukas 18:28). Kristus pun menegaskan bahwa ada upah yang Dia sediakan bagi orang-orang yang setia mengikut Tuhan sampai akhir (ayat nas). Karena itu "...saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia." (1 Korintus 15:58). Tak seharusnya kita menjadi lemah, kecewa, kecut dan tawar hati. Justru kita harus makin bersungguh-sungguh dan giat melayani pekerjaan Tuhan, karena sekecil apa pun pengorbanan (jerih lelah) kita untuk melayani Tuhan, diperhitungkan-Nya dan tak satu pun yang terlewatkan.
Musa rela meninggalkan istana Firaun dengan segala kemegahan duniawi demi memenuhi panggilan Tuhan. Mengalami penderitaan dan kesengsaraan bersama umat Israel di padang gurun tak membuatnya kecewa, "...sebab pandangannya ia arahkan kepada upah." (Ibrani 11:26). Begitu pula dengan rasul Paulus, masalah dan penderitaan tak membuatnya mundur untuk melayani Tuhan, bahkan ia berkomitmen: "...bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan." (Filipi 1:21).
"Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa upah-Ku untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya." Wahyu 22:12
Baca: Lukas 18:28-30
"...akan menerima kembali lipat ganda pada masa ini juga, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal." Lukas 18:30
Banyak orang berpikir dengan menjadi pengikut Kristus (percaya kepada Kristus dan menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat) hidupnya akan langsung terbebas dari masalah, kesulitan atau penderitaan. Kenyataannya? Masalah demi masalah, ujian demi ujian, tantangan demi tantangan, harus mereka hadapi setiap hari. Tak sedikit yang akhirnya menjadi kecewa. Sementara di sisi lain kita dibuat iri dan cemburu begitu melihat kehidupan orang-orang di luar Tuhan yang sepertinya dalam keadaan nyaman dan selalu mujur. "...aku cemburu kepada pembual-pembual, kalau aku melihat kemujuran orang-orang fasik." (Mazmur 73:3).
Timbul pertanyaan di hati: "Apa upah mengikut Kristus?" Hal senada juga Petrus ungkapkan secara langsung kepada Tuhan karena ia merasa sudah berjerih lelah untuk melayani Tuhan dan mengikut Dia, "Kami ini telah meninggalkan segala kepunyaan kami dan mengikut Engkau." (Lukas 18:28). Kristus pun menegaskan bahwa ada upah yang Dia sediakan bagi orang-orang yang setia mengikut Tuhan sampai akhir (ayat nas). Karena itu "...saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia." (1 Korintus 15:58). Tak seharusnya kita menjadi lemah, kecewa, kecut dan tawar hati. Justru kita harus makin bersungguh-sungguh dan giat melayani pekerjaan Tuhan, karena sekecil apa pun pengorbanan (jerih lelah) kita untuk melayani Tuhan, diperhitungkan-Nya dan tak satu pun yang terlewatkan.
Musa rela meninggalkan istana Firaun dengan segala kemegahan duniawi demi memenuhi panggilan Tuhan. Mengalami penderitaan dan kesengsaraan bersama umat Israel di padang gurun tak membuatnya kecewa, "...sebab pandangannya ia arahkan kepada upah." (Ibrani 11:26). Begitu pula dengan rasul Paulus, masalah dan penderitaan tak membuatnya mundur untuk melayani Tuhan, bahkan ia berkomitmen: "...bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan." (Filipi 1:21).
"Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa upah-Ku untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya." Wahyu 22:12
Saturday, February 23, 2019
KETAATAN MENDATANGKAN BERKAT DAN KEKUATAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Februari 2019
Baca: Ulangan 11:8-32
"...kamu harus menaruh perkataanku ini dalam hatimu dan dalam jiwamu; kamu harus mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu." Ulangan 11:18
Banyak orang mengingini berkat Tuhan dan mengalami perkara-perkara besar dari Tuhan, tapi mereka sendiri tak mau membayar harga dalam hidupnya. Mereka tak mau taat melakukan kehendak Tuhan tapi mengingini berkat Tuhan. Bagaimana bisa?
Perikop dari pembacaan firman hari ini jelas menyatakan bahwa ketaatan mendatangkan berkat, ketidaktaatan mendatangkan kutuk. Di mana ada ketaatan di situ ada berkat; sebaliknya, tak ada ketaatan tak ada berkat. Jadi Tuhan menuntut ketaatan kita sebagai bukti bahwa kita percaya kepada-Nya dan mengasihi Dia, tidak ada ketaatan tanpa ada bukti. Ketaatan kita kepada Tuhan inilah yang akan membawa kita kepada penggenapan janji Tuhan: berkat, mujizat, kemenangan, pemeliharaan, perlindungan dan keluputan dari hal-hal yang membahayakan. Ketaatan tanpa mengenal kompromi ditunjukkan oleh Sadrakh, Mesakh dan Abednego, yang memilih taat kepada Tuhan sekalipun nyawa menjadi taruhannya, daripada harus mengikuti perintah raja untuk menyembah patung. "Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini. Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu." (Daniel 3:16-18). Maka geramlah hati si raja sehingga 3 pemuda itu dilemparkan ke dapur perapian yang menyala-nyala, yang dibuat tujuh kali lebih panas dari biasanya. Tapi tepat pada waktunya, Tuhan menyatakan kuasa dan mujizat-Nya atas mereka. Pemuda tersebut mengalami perlindungan dan pembelaan dari Tuhan secara ajaib.
Ketaatan juga menghasilkan kekuatan yang besar dalam diri seseorang. Alkitab menggambarkan orang yang taat sebagai orng yang bijaksana dan mendirikan rumah di atas batu, tak tergoyahkan sekalipun diterpa hujan dan banjir (Matius 7:24-27).
Mata Tuhan tertuju kepada orang yang taat! "Dialah yang akan menerima berkat dari TUHAN dan keadilan dari Allah yang menyelamatkan dia." Mazmur 24:5
Baca: Ulangan 11:8-32
"...kamu harus menaruh perkataanku ini dalam hatimu dan dalam jiwamu; kamu harus mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu." Ulangan 11:18
Banyak orang mengingini berkat Tuhan dan mengalami perkara-perkara besar dari Tuhan, tapi mereka sendiri tak mau membayar harga dalam hidupnya. Mereka tak mau taat melakukan kehendak Tuhan tapi mengingini berkat Tuhan. Bagaimana bisa?
Perikop dari pembacaan firman hari ini jelas menyatakan bahwa ketaatan mendatangkan berkat, ketidaktaatan mendatangkan kutuk. Di mana ada ketaatan di situ ada berkat; sebaliknya, tak ada ketaatan tak ada berkat. Jadi Tuhan menuntut ketaatan kita sebagai bukti bahwa kita percaya kepada-Nya dan mengasihi Dia, tidak ada ketaatan tanpa ada bukti. Ketaatan kita kepada Tuhan inilah yang akan membawa kita kepada penggenapan janji Tuhan: berkat, mujizat, kemenangan, pemeliharaan, perlindungan dan keluputan dari hal-hal yang membahayakan. Ketaatan tanpa mengenal kompromi ditunjukkan oleh Sadrakh, Mesakh dan Abednego, yang memilih taat kepada Tuhan sekalipun nyawa menjadi taruhannya, daripada harus mengikuti perintah raja untuk menyembah patung. "Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini. Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu." (Daniel 3:16-18). Maka geramlah hati si raja sehingga 3 pemuda itu dilemparkan ke dapur perapian yang menyala-nyala, yang dibuat tujuh kali lebih panas dari biasanya. Tapi tepat pada waktunya, Tuhan menyatakan kuasa dan mujizat-Nya atas mereka. Pemuda tersebut mengalami perlindungan dan pembelaan dari Tuhan secara ajaib.
Ketaatan juga menghasilkan kekuatan yang besar dalam diri seseorang. Alkitab menggambarkan orang yang taat sebagai orng yang bijaksana dan mendirikan rumah di atas batu, tak tergoyahkan sekalipun diterpa hujan dan banjir (Matius 7:24-27).
Mata Tuhan tertuju kepada orang yang taat! "Dialah yang akan menerima berkat dari TUHAN dan keadilan dari Allah yang menyelamatkan dia." Mazmur 24:5
Friday, February 22, 2019
MENANTIKAN TUHAN: Butuh Kesabaran
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Februari 2019
Baca: Mazmur 130:1-8
"Aku menanti-nantikan TUHAN, jiwaku menanti-nanti, dan aku mengharapkan firman-Nya." Mazmur 130:5
Akhir-akhir ini banyak anak Tuhan mengalami kelesuan rohani dan mulai kehilangan gairah di dalam melayani Tuhan. Salah satu penyebabnya adalah rasa kecewa. Mereka kecewa kepada Tuhan karena merasa telah berjerih lelah melayani pekerjaan Tuhan tapi keadaan hidupnya sepertinya tidak mengalami perubahan. Mereka kecewa kepada Tuhan karena doa-doanya belum mendapatkan jawaban dari Tuhan. Mereka kecewa karena sakit yang dideritanya belum juga disembuhkan, padahal sudah didoakan dan beroleh penumpangan tangan dari hamba-hamba Tuhan. Ketidaksabaran dalam menantikan waktu Tuhan membuat seseorang berubah sikap hatinya!
Bukankah kita sudah terlalu sering menerima kebenaran firman Tuhan yang menyatakan bahwa waktu Tuhan bukanlah waktu kita, dan "...rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu." (Yesaya 55:8-9). Ketidaksabaran kita sendiri dalam menantikan waktu Tuhan justru dapat menghambat dan menggagalkan rencana dan rancangan Tuhan untuk hidup kita. Belajarlah untuk bersabar! "Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota." (Amsal 16:32). Sabar adalah suatu sikap menahan emosi dan keinginan, serta bertahan dalam situasi sulit dengan tidak mengeluh; kemampuan mengendalikan diri yang juga dipandang sebagai sikap yang mempunyai nilai tinggi dan mencerminkan kekokohan jiwa seseorang.
Yakobus juga menasihati kita agar bersabar menantikan Tuhan, bahkan kata sabar ini diulanginya sampai empat kali (Yakobus 5:7-11). Bersabar adalah kunci untuk menang dalam 'ujian waktu' Tuhan. Daud harus bersabar selama 13 tahun untuk menjadi raja atas Israel, walaupun ia punya kesempatan lebih cepat dengan jalan membunuh raja Saul. Namun Daud tidak menggunakan 'aji mumpung' ini karena ia tahu itu bukanlah kehendak Tuhan. Karena itu ia belajar bersabar menunggu waktu Tuhan.
"Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi." Yakobus 5:7b
Baca: Mazmur 130:1-8
"Aku menanti-nantikan TUHAN, jiwaku menanti-nanti, dan aku mengharapkan firman-Nya." Mazmur 130:5
Akhir-akhir ini banyak anak Tuhan mengalami kelesuan rohani dan mulai kehilangan gairah di dalam melayani Tuhan. Salah satu penyebabnya adalah rasa kecewa. Mereka kecewa kepada Tuhan karena merasa telah berjerih lelah melayani pekerjaan Tuhan tapi keadaan hidupnya sepertinya tidak mengalami perubahan. Mereka kecewa kepada Tuhan karena doa-doanya belum mendapatkan jawaban dari Tuhan. Mereka kecewa karena sakit yang dideritanya belum juga disembuhkan, padahal sudah didoakan dan beroleh penumpangan tangan dari hamba-hamba Tuhan. Ketidaksabaran dalam menantikan waktu Tuhan membuat seseorang berubah sikap hatinya!
Bukankah kita sudah terlalu sering menerima kebenaran firman Tuhan yang menyatakan bahwa waktu Tuhan bukanlah waktu kita, dan "...rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu." (Yesaya 55:8-9). Ketidaksabaran kita sendiri dalam menantikan waktu Tuhan justru dapat menghambat dan menggagalkan rencana dan rancangan Tuhan untuk hidup kita. Belajarlah untuk bersabar! "Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota." (Amsal 16:32). Sabar adalah suatu sikap menahan emosi dan keinginan, serta bertahan dalam situasi sulit dengan tidak mengeluh; kemampuan mengendalikan diri yang juga dipandang sebagai sikap yang mempunyai nilai tinggi dan mencerminkan kekokohan jiwa seseorang.
Yakobus juga menasihati kita agar bersabar menantikan Tuhan, bahkan kata sabar ini diulanginya sampai empat kali (Yakobus 5:7-11). Bersabar adalah kunci untuk menang dalam 'ujian waktu' Tuhan. Daud harus bersabar selama 13 tahun untuk menjadi raja atas Israel, walaupun ia punya kesempatan lebih cepat dengan jalan membunuh raja Saul. Namun Daud tidak menggunakan 'aji mumpung' ini karena ia tahu itu bukanlah kehendak Tuhan. Karena itu ia belajar bersabar menunggu waktu Tuhan.
"Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi." Yakobus 5:7b
Thursday, February 21, 2019
TIDAK LAGI SETIA (MENDUA HATI)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Februari 2019
Baca: Hosea 4:1-19
"Dengarlah firman TUHAN, hai orang Israel, sebab TUHAN mempunyai perkara dengan penduduk negeri ini, sebab tidak ada kesetiaan dan tidak ada kasih, dan tidak ada pengenalan akan Allah di negeri ini." Hosea 4:1
Secara garis besar kitab Hosea ini merupakan ungkapan kepedihan hati Tuhan karena umat pilihan-Nya (bangsa Israel) yang begitu Ia kasihi telah meninggalkan Dia dan berpaling kepada ilah lain. Hal ini benar-benar menimbulkan kecemburuan hati Tuhan! "Mereka membangkitkan cemburu-Nya dengan allah asing, mereka menimbulkan sakit hati-Nya" (Ulangan 32:16). Mereka telah berkompromi dengan dosa; Tuhan yang hidup dan benar mereka tinggalkan, lalu berpaling kepada ilah lain. Akibatnya? Terjadi kemerosotan rohani yang luar biasa. "Celakalah mereka, sebab mereka melarikan diri dari pada-Ku! Binasalah mereka, sebab mereka memberontak terhadap Aku! Aku ini mau menebus mereka, tetapi mereka berdusta terhadap Aku." (Hosea 7:13).
Karena dosa yang sangat besar inilah sampai-sampai secara ekstrem Tuhan memberikan perintah kepada Hosea untuk menikahi seorang perempuan sundal untuk menggambarkan tentang bangsa Israel yang tidak lagi setia kepada Tuhan dan telah melakukan perzinahan rohani. "Pergilah, kawinilah seorang perempuan sundal dan peranakkanlah anak-anak sundal, karena negeri ini bersundal hebat dengan membelakangi TUHAN." (Hosea 1:2). Keadaan ini tak jauh berbeda dengan gereja Tuhan di masa-masa sekarang ini. Betapa banyak orang percaya yang tidak lagi mengasihi Tuhan dengan sepenuh hati. Mereka tidak lagi setia kepada Tuhan dan telah mendua hati. Mereka sudah meninggalkan kasih mula-mula kepada Tuhan seperti yang terjadi pada jemaat di Efesus (Wahyu 2:4). Api itu tidak lagi berkobar dan mungkin sudah menjadi padam!
Apa penyebabnya? Kemilau dunia dengan segala kenikmatannya yaitu keinginan daging, keinginan mata, keangkuhan hidup (1 Yohanes 2:16) telah memikat dan menawan hati mereka. Mereka lebih memilih untuk bersahabat dengan dunia, padahal persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Tuhan (Yakobus 4:4). Lupakah kita bahwa Roh yang ditempatkan Tuhan di dalam kita diingini-Nya dengan cemburu (Yakobus 4:5)?
Kristus datang hanya untuk menjemput mempelai-Nya yang setia sampai akhir, sedangkan yang tidak setia akan ditinggalkan-Nya!
Baca: Hosea 4:1-19
"Dengarlah firman TUHAN, hai orang Israel, sebab TUHAN mempunyai perkara dengan penduduk negeri ini, sebab tidak ada kesetiaan dan tidak ada kasih, dan tidak ada pengenalan akan Allah di negeri ini." Hosea 4:1
Secara garis besar kitab Hosea ini merupakan ungkapan kepedihan hati Tuhan karena umat pilihan-Nya (bangsa Israel) yang begitu Ia kasihi telah meninggalkan Dia dan berpaling kepada ilah lain. Hal ini benar-benar menimbulkan kecemburuan hati Tuhan! "Mereka membangkitkan cemburu-Nya dengan allah asing, mereka menimbulkan sakit hati-Nya" (Ulangan 32:16). Mereka telah berkompromi dengan dosa; Tuhan yang hidup dan benar mereka tinggalkan, lalu berpaling kepada ilah lain. Akibatnya? Terjadi kemerosotan rohani yang luar biasa. "Celakalah mereka, sebab mereka melarikan diri dari pada-Ku! Binasalah mereka, sebab mereka memberontak terhadap Aku! Aku ini mau menebus mereka, tetapi mereka berdusta terhadap Aku." (Hosea 7:13).
Karena dosa yang sangat besar inilah sampai-sampai secara ekstrem Tuhan memberikan perintah kepada Hosea untuk menikahi seorang perempuan sundal untuk menggambarkan tentang bangsa Israel yang tidak lagi setia kepada Tuhan dan telah melakukan perzinahan rohani. "Pergilah, kawinilah seorang perempuan sundal dan peranakkanlah anak-anak sundal, karena negeri ini bersundal hebat dengan membelakangi TUHAN." (Hosea 1:2). Keadaan ini tak jauh berbeda dengan gereja Tuhan di masa-masa sekarang ini. Betapa banyak orang percaya yang tidak lagi mengasihi Tuhan dengan sepenuh hati. Mereka tidak lagi setia kepada Tuhan dan telah mendua hati. Mereka sudah meninggalkan kasih mula-mula kepada Tuhan seperti yang terjadi pada jemaat di Efesus (Wahyu 2:4). Api itu tidak lagi berkobar dan mungkin sudah menjadi padam!
Apa penyebabnya? Kemilau dunia dengan segala kenikmatannya yaitu keinginan daging, keinginan mata, keangkuhan hidup (1 Yohanes 2:16) telah memikat dan menawan hati mereka. Mereka lebih memilih untuk bersahabat dengan dunia, padahal persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Tuhan (Yakobus 4:4). Lupakah kita bahwa Roh yang ditempatkan Tuhan di dalam kita diingini-Nya dengan cemburu (Yakobus 4:5)?
Kristus datang hanya untuk menjemput mempelai-Nya yang setia sampai akhir, sedangkan yang tidak setia akan ditinggalkan-Nya!
Wednesday, February 20, 2019
TEGURAN TUHAN TAK DIANGGAP
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Februari 2019
Baca: Amos 5:21-27
"Sungguh, apabila kamu mempersembahkan kepada-Ku korban-korban bakaran dan korban-korban sajianmu, Aku tidak suka, dan korban keselamatanmu berupa ternak yang tambun, Aku tidak mau pandang." Amos 5:22
Ketika Amos diutus Tuhan untuk menyatakan teguran dan peringatan terhadap bangsa Israel, saat itu bangsa Israel sedang dalam keadaan mapan dan makmur karena mengalami kemajuan di segala bidang kehidupan. Tragisnya, kemapanan dalam bidang kehidupan jasmani berbanding terbalik dengan kehidupan rohaninya. Secara rohani bangsa Israel justru sedang mengalami kemerosotan dan kehancuran. Orang-orang kaya merasa nyaman dengan materinya yang melimpah sehingga mereka seolah-olah tidak lagi membutuhkan Tuhan. Sikap mereka pun menjadi sangat arogan, terlihat dari sikapnya yang semena-mena terhadap orang-orang 'kecil'. Akibatnya negeri dipenuhi dengan ketidakadilan, pemerkosaan hak, ketidakbenaran, keserakahan dan kelaliman.
Agar bangsa ini tidak jatuh dalam lubang dosa yang semakin dalam Tuhan pun mengutus Amos untuk menegur dan memperingatkan agar mereka segera bertobat. Teguran Tuhan adalah bukti bahwa Ia sangat mengasihi bangsa Israel. Jika teguran dan peringatan melalui Amos ini tak dianggap, Tuhan akan bertindak dengan tangan-Nya sendiri untuk menghakimi mereka. Ada lima penglihatan yang Amos terima dari Tuhan: penglihatan tentang belalang, api, tali sipat, bakul dengan buah-buahan, dan Tuhan dekat mezbah, adalah bukti bahwa Tuhan tidak main-main dengan apa yang diucapkan-Nya. Tuhan tidak bisa dipermainkan dengann ibadah yang dipenuhi dengan kepura-puraan atau disuap dengan besarnya persembahan. Ibadah dan persembahan sebesar apa pun takkan berarti apa-apa jika tanpa disertai dengan pertobatan.
Teguran Tuhan melalui Amos ini tidak mereka anggap, bahkan Amos dilaporkan oleh Amazia (orang yang berprofesi sebagai nabi) kepada raja Yerobeam atas keberaniannya menyuarakan kebenaran. "Amos telah mengadakan persepakatan melawan tuanku di tengah-tengah kaum Israel; negeri ini tidak dapat lagi menahan segala perkataannya." (Amos 7:10); dan Amos pun diusir! "Pelihat, pergilah, enyahlah ke tanah Yehuda! Carilah makananmu di sana dan bernubuatlah di sana!" (Amos 7:12).
Mengabaikan teguran dan peringatan Tuhan, mendekatkan diri pada hukuman!
Baca: Amos 5:21-27
"Sungguh, apabila kamu mempersembahkan kepada-Ku korban-korban bakaran dan korban-korban sajianmu, Aku tidak suka, dan korban keselamatanmu berupa ternak yang tambun, Aku tidak mau pandang." Amos 5:22
Ketika Amos diutus Tuhan untuk menyatakan teguran dan peringatan terhadap bangsa Israel, saat itu bangsa Israel sedang dalam keadaan mapan dan makmur karena mengalami kemajuan di segala bidang kehidupan. Tragisnya, kemapanan dalam bidang kehidupan jasmani berbanding terbalik dengan kehidupan rohaninya. Secara rohani bangsa Israel justru sedang mengalami kemerosotan dan kehancuran. Orang-orang kaya merasa nyaman dengan materinya yang melimpah sehingga mereka seolah-olah tidak lagi membutuhkan Tuhan. Sikap mereka pun menjadi sangat arogan, terlihat dari sikapnya yang semena-mena terhadap orang-orang 'kecil'. Akibatnya negeri dipenuhi dengan ketidakadilan, pemerkosaan hak, ketidakbenaran, keserakahan dan kelaliman.
Agar bangsa ini tidak jatuh dalam lubang dosa yang semakin dalam Tuhan pun mengutus Amos untuk menegur dan memperingatkan agar mereka segera bertobat. Teguran Tuhan adalah bukti bahwa Ia sangat mengasihi bangsa Israel. Jika teguran dan peringatan melalui Amos ini tak dianggap, Tuhan akan bertindak dengan tangan-Nya sendiri untuk menghakimi mereka. Ada lima penglihatan yang Amos terima dari Tuhan: penglihatan tentang belalang, api, tali sipat, bakul dengan buah-buahan, dan Tuhan dekat mezbah, adalah bukti bahwa Tuhan tidak main-main dengan apa yang diucapkan-Nya. Tuhan tidak bisa dipermainkan dengann ibadah yang dipenuhi dengan kepura-puraan atau disuap dengan besarnya persembahan. Ibadah dan persembahan sebesar apa pun takkan berarti apa-apa jika tanpa disertai dengan pertobatan.
Teguran Tuhan melalui Amos ini tidak mereka anggap, bahkan Amos dilaporkan oleh Amazia (orang yang berprofesi sebagai nabi) kepada raja Yerobeam atas keberaniannya menyuarakan kebenaran. "Amos telah mengadakan persepakatan melawan tuanku di tengah-tengah kaum Israel; negeri ini tidak dapat lagi menahan segala perkataannya." (Amos 7:10); dan Amos pun diusir! "Pelihat, pergilah, enyahlah ke tanah Yehuda! Carilah makananmu di sana dan bernubuatlah di sana!" (Amos 7:12).
Mengabaikan teguran dan peringatan Tuhan, mendekatkan diri pada hukuman!
Tuesday, February 19, 2019
TUHAN BISA MEMAKAI SIAPA SAJA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Februari 2019
Baca: Amos 5:14-17
"Bencilah yang jahat dan cintailah yang baik; dan tegakkanlah keadilan di pintu gerbang; mungkin TUHAN, Allah semesta alam, akan mengasihani sisa-sisa keturunan Yusuf." Amos 5:15
Amos, bagi orang lain, tidak diperhitungkan dan kurang dianggap, karena ia bukanlah dari golongan nabi, melainkan hanya peternak dan pemungut buah ara di hutan (Amos 7:14). Ia pun tinggal di sebuah desa kecil bernama Tekoa (wilayah Yehuda). Itulah sebabnya Amos sering disebut penggembala dari Tekoa atau peladang pohon ara dari selatan.
Meski berasal dari kalangan 'bawah atau rendahan' bukan berarti Amos tidak punya kesempatan dan tidak layak untuk dipakai Tuhan sebagai alat kemuliaan-Nya, sebab Tuhan tidak pernah memilih seseorang dari sisi fisik (tampang), kepintaran, kekayaan atau jabatan. "Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati." (1 Samuel 16:7b). Justru dari kesederhanaannya ini Tuhan memilih Amos sebagai penyambung lidah-Nya untuk menyatakan kebenaran. "...apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti," (1 Korintus 1:27-28). Kita tak perlu merasa rendah diri, minder atau merasa tidak layak! Setiap orang percaya memiliki kesempatan yang sama untuk dipakai Tuhan sebagai alat kemuliaan-Nya. Tuhan bisa memakai siapa saja untuk dipercaya dalam sebuah pelayanan, karena Ia melihat hati dan ketaatannya.
"Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia." (2 Timotius 2:21). Tuhan memilih Amos untuk sebuah rencana besar yaitu menyampaikan pesan penting berupa teguran dan peringatan kepada bangsa Israel bagian utara, yang pada waktu itu sedang berada di puncak kejayaan, tapi hidup menyimpang dari kebenaran.
Ingin dipercaya Tuhan seperti Amos? Milikilah sikap hati yang benar dan sucikan diri.
Baca: Amos 5:14-17
"Bencilah yang jahat dan cintailah yang baik; dan tegakkanlah keadilan di pintu gerbang; mungkin TUHAN, Allah semesta alam, akan mengasihani sisa-sisa keturunan Yusuf." Amos 5:15
Amos, bagi orang lain, tidak diperhitungkan dan kurang dianggap, karena ia bukanlah dari golongan nabi, melainkan hanya peternak dan pemungut buah ara di hutan (Amos 7:14). Ia pun tinggal di sebuah desa kecil bernama Tekoa (wilayah Yehuda). Itulah sebabnya Amos sering disebut penggembala dari Tekoa atau peladang pohon ara dari selatan.
Meski berasal dari kalangan 'bawah atau rendahan' bukan berarti Amos tidak punya kesempatan dan tidak layak untuk dipakai Tuhan sebagai alat kemuliaan-Nya, sebab Tuhan tidak pernah memilih seseorang dari sisi fisik (tampang), kepintaran, kekayaan atau jabatan. "Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati." (1 Samuel 16:7b). Justru dari kesederhanaannya ini Tuhan memilih Amos sebagai penyambung lidah-Nya untuk menyatakan kebenaran. "...apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti," (1 Korintus 1:27-28). Kita tak perlu merasa rendah diri, minder atau merasa tidak layak! Setiap orang percaya memiliki kesempatan yang sama untuk dipakai Tuhan sebagai alat kemuliaan-Nya. Tuhan bisa memakai siapa saja untuk dipercaya dalam sebuah pelayanan, karena Ia melihat hati dan ketaatannya.
"Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia." (2 Timotius 2:21). Tuhan memilih Amos untuk sebuah rencana besar yaitu menyampaikan pesan penting berupa teguran dan peringatan kepada bangsa Israel bagian utara, yang pada waktu itu sedang berada di puncak kejayaan, tapi hidup menyimpang dari kebenaran.
Ingin dipercaya Tuhan seperti Amos? Milikilah sikap hati yang benar dan sucikan diri.
Monday, February 18, 2019
IBADAH SUNGGUH: Mendatangkan Berkat
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Februari 2019
Baca: Mazmur 122:1-9
"Aku bersukacita, ketika dikatakan orang kepadaku: 'Mari kita pergi ke rumah TUHAN.'" Mazmur 122:1
Daud adalah teladan yang baik bagi orang percaya dalam hal ibadah. Kerinduan hati Daud untuk selalu dekat dengan Tuhan dan tinggal di dalam bait-Nya yang kudus sungguh teramat besar. "Jiwaku hancur karena merindukan pelataran-pelataran TUHAN;" (Mazmur 84:3); dan begitu ada ajakan "Mari kita pergi ke rumah TUHAN." (ayat nas), ia pun meresponsnya dengan penuh sukacita. Bagi Daud "...lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik." (Mazmur 84:11).
Bagaimana dengan Saudara? Adakah Saudara memiliki kerinduan yang sama dalam hal beribadah kepada Tuhan? Apakah Saudara bersukacita saat beribadah kepada Tuhan atau hal itu sebagai beban? Ibadah kepada Tuhan sungguh teramat penting karena mengandung berkat yang luar biasa. Tuhan menyediakan berkat-Nya bagi setiap orang yang sungguh-sungguh beribadah kepada-Nya, "Tetapi kamu harus beribadah kepada TUHAN, Allahmu; maka Ia akan memberkati roti makananmu dan air minumanmu dan Aku akan menjauhkan penyakit dari tengah-tengahmu. Tidak akan ada di negerimu perempuan yang keguguran atau mandul. Aku akan menggenapkan tahun umurmu." (Keluaran 23:25-26). Rasul Paulus pun memberikan nasihat kepada Timotius tentang pentingnya melatih diri dalam hal ibadah, "Latihlah dirimu beribadah. Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang." (1 Timotius 4:7b-8).
Oleh karena itu "Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat." (Ibrani 10:25). Jangan sampai kita melakukan ibadah hanya sebatas rutinitas seperti yang dilakukan oleh bangsa Israel. "Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia." (Matius 15:8-9).
Ibadah yang disertai ketaatan melakukan firman pasti mendatangkan berkat!
Baca: Mazmur 122:1-9
"Aku bersukacita, ketika dikatakan orang kepadaku: 'Mari kita pergi ke rumah TUHAN.'" Mazmur 122:1
Daud adalah teladan yang baik bagi orang percaya dalam hal ibadah. Kerinduan hati Daud untuk selalu dekat dengan Tuhan dan tinggal di dalam bait-Nya yang kudus sungguh teramat besar. "Jiwaku hancur karena merindukan pelataran-pelataran TUHAN;" (Mazmur 84:3); dan begitu ada ajakan "Mari kita pergi ke rumah TUHAN." (ayat nas), ia pun meresponsnya dengan penuh sukacita. Bagi Daud "...lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik." (Mazmur 84:11).
Bagaimana dengan Saudara? Adakah Saudara memiliki kerinduan yang sama dalam hal beribadah kepada Tuhan? Apakah Saudara bersukacita saat beribadah kepada Tuhan atau hal itu sebagai beban? Ibadah kepada Tuhan sungguh teramat penting karena mengandung berkat yang luar biasa. Tuhan menyediakan berkat-Nya bagi setiap orang yang sungguh-sungguh beribadah kepada-Nya, "Tetapi kamu harus beribadah kepada TUHAN, Allahmu; maka Ia akan memberkati roti makananmu dan air minumanmu dan Aku akan menjauhkan penyakit dari tengah-tengahmu. Tidak akan ada di negerimu perempuan yang keguguran atau mandul. Aku akan menggenapkan tahun umurmu." (Keluaran 23:25-26). Rasul Paulus pun memberikan nasihat kepada Timotius tentang pentingnya melatih diri dalam hal ibadah, "Latihlah dirimu beribadah. Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang." (1 Timotius 4:7b-8).
Oleh karena itu "Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat." (Ibrani 10:25). Jangan sampai kita melakukan ibadah hanya sebatas rutinitas seperti yang dilakukan oleh bangsa Israel. "Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia." (Matius 15:8-9).
Ibadah yang disertai ketaatan melakukan firman pasti mendatangkan berkat!