Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Juli 2017
Baca: Kejadian 18:1-15
"'Segeralah! Ambil tiga sukat tepung yang terbaik! Remaslah itu dan buatlah roti bundar!'" Lalu berlarilah Abraham kepada lembu sapinya, ia mengambil seekor anak
lembu yang empuk dan baik dagingnya dan memberikannya kepada seorang
bujangnya, lalu orang ini segera mengolahnya." Kejadian 18:6-7
Memberi itu tidak selalu berbicara tentang nominal atau seberapa besar nilainya, tetapi memberi selalu berhubungan dengan seberapa tulus hati kita terlihat dalam pemberian itu. Jadi rahasia memberi adalah kasih. Jika kita mengasihi seseorang kita tak mungkin memberi dia sesuatu yang buruk, barang bekas, atau yang sisa-sisa, bukan? Pastilah kita akan memberi dia sesuatu yang pantas dan baik. Ingat! Suatu pemberian merupakan cerminan kasih kita kepada Tuhan, sebab Tuhan adalah teladan utama dalam hal memberi yang tak tertandingi. "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah
mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya
kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16).
Ketika sedang duduk di dalam kemahnya ketika cuaca di luar sangat panas, Abraham melihat ada tiga orang sedang datang menuju kemahnya. Alkitab menyatakan bahwa tamu itu adalah Tuhan sendiri. Segeralah "...ia berlari dari pintu kemahnya menyongsong mereka, lalu sujudlah ia sampai ke tanah," (Kejadian 18:2). Abraham memiliki sikap hati yang tulus dan menyembah. Selanjutnya ia berkata, "Tuanku, jika aku telah mendapat kasih tuanku, janganlah kiranya lampaui hambamu ini." (Kejadian 18:3). Artinya Abraham tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada, yaitu kesempatan untuk diberkati. Inilah kairos, waktu yang diberikan Tuhan dan yang di dalamnya terdapat kesempatan; waktunya Tuhan bertindak untuk mendatangkan kebaikan bagi manusia (baca Pengkhotbah 3:11); suatu periode tertentu, yang kalau sudah lewat tidak akan kembali lagi, alias tidak datang kedua kali.
Pergunakanlah setiap kesempatan yang Tuhan beri dengan sebaik mungkin! Adalah tidak mudah bagi seseorang untuk menangkap kairos dari Tuhan, butuh kepekaan rohani untuk dapat memahami kapan saatnya Tuhan membuka dan menutup pintu (kesempatan), sebab "...apabila Ia membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila Ia menutup, tidak ada yang dapat membuka." (Wahyu 3:7). (Bersambung)
Haleluya....amin
ReplyDeletePuji tuhan
ReplyDeletePuji tuhan
ReplyDeleteKira nya kita dapat saling mendoakan agar kita dimampukan untuk dapat memberikan yang terbaik bagi Tuhan
ReplyDelete