Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Mei 2013 -
Baca: Roma 6:1-14
"Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya?" Roma 6:3
Bukankah masih banyak orang Kristen yang begitu sibuk dalam pelayanan pekerjaan Tuhan tapi kehidupan pribadinya masih kacau dan berantakan? Kita begitu bangga berlabelkan 'pelayan Tuhan' sementara 'kedagingan' kita masih dominan: egois, mudah tersinggung, marah, iri hati, kikir, berselisih, dendam, suka menghakimi orang lain, senang bila melihat saudara seiman 'jatuh', dan perkataan kita seringkali pedas dan menyakitkan orang lain yang mendengarnya. Jika demikian kita bukannya 'menambal' kain yang lama, tapi malah makin merobek dan mencabik-cabiknya. "...kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh
baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan
dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan
hidup dalam hidup yang baru. Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan
kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan
kebangkitan-Nya. Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya
tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri
lagi kepada dosa." (Roma 6:3-6).
Tidak mudah bagi kita untuk 'disusutkan' hidupnya karena kita maunya dihormati, dinomorsatukan, dihargai, dipuji, dikenal banyak orang dan sebagainya. Tuhan berkata, "Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu;" (Matius 20:26b-27). Sebagai pengikut Kristus kita dituntut untuk meneladani kehidupan Kristus yang datang ke dunia bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani!
Saat ini banyak orang di luar sana yang hidupnya sedang terkoyak dan tercabik-cabik. Mereka sangat membutuhkan 'kain' untuk menambal kehidupannya. Sudahkah kita menjadi berkat bagi mereka? Ataukah keberadaan kita bukannya menambal, membalut dan menyembuhkan, tapi makin memperparah luka dan mengecewakan?
Berikan hidup Saudara disusutkan Tuhan terlebih dulu sehingga kita layak melayaniNya dan akhirnya hidup kita pun menjadi berkat bagi banyak orang!
No comments:
Post a Comment