Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Juni 2012 -
Baca: Efesus 4:1-16
"sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang
benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang
sesuai dengan kepenuhan Kristus," Efesus 4:13
Orang Kristen yang sudah bertahun-tahun menjadi Kristen tapi tetap saja 'kanak-kanak' rohaninya bisa diibaratkan seperti pohon bonsai, pohon yang sudah ditanam selama berpuluh-puluh tahun tapi tetap saja kerdil. Kemarin disampaikan bahwa untuk bisa bertumbuh menjadi dewasa harus melalui proses, maka dari itu dibutuhkan komitmen yang sungguh. Tanpa komitmen yang sungguh kita tidak akan mencapai kedewasaan rohani. Komitmen itu harus dilakukan dan dipraktekkan, tidak hanya lips service. Aktif di setiap ibadah dan persekutuan tanpa ada komitmen untuk melakukan firman Tuhan adalah sia-sia belaka, karena "...iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna." (Yakobus 2:22).
Jadi beriman saja tidak cukup, mendengarkan firman saja juga tidak cukup, tapi kita juga harus taat dan mempraktekkan apa yang sudah kita dengar dan pelajari supaya dapat bertumbuh. Alkitab menyatakan, "Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan
ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan
masuk ke dalam Kerajaan Sorga." (Matius 5:20). Ahli- ahli Taurat dan orang-orang Farisi sangat fasih dengan isi Alkitab, menguasai ilmu teologia dan sebagainya, tapi mereka tidak menjadi pelaku firman dengan sungguh.
"Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan." (Matius 3:8). Pertumbuhan rohani seseorang pasti disertai dengan adanya perubahan karakter. Bukankah masih sering ditemukan orang Kristen yang sudah mengerti firman Tuhan, bahkan sudah terlibat dalam pelayanan, tapi hidupnya belum juga menunjukkan perubahan, masih hidup menuruti keinginan daging: tidak bisa menguasai ucapan, masih menyimpan dendam, kebencian, kepahitan, terlibat dalam perzinahan? Hal ini menunjukkan bahwa kita tidak memiliki komitmen untuk berubah dan bertumbuh. Kalau seperti itu terus, sampai kapan pun kita tetap menjadi Kristen kanak-kanak.
Padahal untuk bisa memerintah dengan Kristus dan layak menjadi mempelaiNya kita haruslah dewasa rohani!
No comments:
Post a Comment