Sunday, August 30, 2015

ORANGTUA DAN ANAK: Saling Bertanggung Jawab (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Agustus 2015

Baca:  Amsal 4:1-27

"Dengarkanlah, hai anak-anak, didikan seorang ayah, dan perhatikanlah supaya engkau beroleh pengertian,"  Amsal 4:1

Anak adalah titipan Tuhan, tetapi tugas mendidik anak adalah tanggung jawab orangtua.  Dewasa ini seringkali tanggung jawab mendidik anak dibebankan hanya pada ibu, sementara si ayah jarang sekali mempunyai waktu secara intensif untuk anak-anak karena alasan sibuk dengan pekerjaan.

     Alkitab mengingatkan bahwa sesibuk apa pun, seorang ayah tidak boleh meninggalkan tanggung jawabnya dalam hal mendidik anak karena ayah adalah wakil Tuhan dalam keluarga.  Umumnya seorang anak  (terutama anak laki-laki)  akan menjadikan figur ayah sebagai role model dalam kehidupannya.  Tingkah polah ayah akan menjadi perhatian tersendiri dalam hati si anak.  Kalau anak sudah memiliki konsep yang salah tentang ayahnya, yang dalam kesehariannya suka bersikap kasar, suka memukul, membentak-bentak, egois dan kurang menghargai orang lain, maka secara tidak langsung itu akan mempengaruhi dan membentuk pribadi dan pola pikir si anak, bahkan ia akan meniru perbuatan ayahnya di kemudian hari.

     Dalam hal mendidik anak orangtua harus bersikap keras, bahkan jikalau itu diperlukan, menurut Alkitab, orangtua boleh menggunakan tongkat, namun tanpa membangkitkan amarah anaknya.  "Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya."  (Amsal 13:24).  Yang penting adalah motivasi orangtua ketika memukul atau menghajar anak.  Pukulan dan hajaran harus atas dasar kasih dengan tujuan agar si anak jera, mengerti akan kesalahannya dan bertekad tidak mengulanginya lagi.  Kesalahan orangtua adalah tidak menggunakan tongkat karena mengasihi anaknya, tapi untuk melampiaskan amarah.  Ini sangat berbahaya karena jika dalam keadaan marah atau jengkel, orangtua dapat memukul anaknya dengan tanpa batas dan tak terkendali.  Ini merupakan kejahatan di mata Tuhan!  Karena itulah firman-Nya memperingatkan:  "Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya."  (Kolose 3:21).

Ayah yang takut akan Tuhan tidak akan mengabaikan tugas dan tanggung-jawabnya mendidik anak-anaknya sesuai firman Tuhan!

Saturday, August 29, 2015

ORANGTUA DAN ANAK: Saling Bertanggung Jawab (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Agustus 2015

Baca:  Efesus 6:1-9

"Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan."  Efesus 6:4

Akhir-akhir ini kalau kita melihat berita di televisi dan membaca di surat kabar kasus kenakalan anak muda begitu maraknya:  ada yang terlibat tawuran antar sekolah, mengonsumsi narkoba, terlibat pergaulan bebas, bahkan ada yang sampai terjerumus ke dalam dunia prostitusi.  Lingkungan, dengan siapa mereka bergaul dan juga pengaruh buruk dari media sosial menjadi faktor pemicunya.  Itulah sebabnya banyak orangtua semakin was-was dan over protective terhadap anak-anak mereka.  Meski demikian anak-anak tetap saja berani memberontak dan mengabaikan nasihat.  Ada anak-anak yang kelihatannya pendiam dan tampak alim saat berada di rumah, tetapi begitu berada di luar rumah mereka seperti banteng yang baru keluar dari kandangnya, liar dan tak terkendali.

     Ayat nas di atas seringkali dipakai sebagai senjata oleh anak-anak muda untuk membela diri dan menyalahkan orangtuanya, seolah-olah orangtua tidak boleh membuat anak-anaknya marah dan sakit hati.  Bukankah ada banyak anak muda yang memberontak dan menjadi tak terkontrol di luar dengan alasan merasa terkekang dan orangtua terlalu keras terhadapnya.  Tetapi anak-anak muda melupakan ketiga ayat di atasnya,  "Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu-ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi."  (Efesus 6:1-3).

     Perlu adanya keseimbangan supaya tidak saling menyalahkan di antara kedua pihak.  Di satu sisi, orangtua harus mempunyai batasan-batasan dalam hal mendidik anaknya, di mana mereka tidak boleh mendidik atau menghajar sampai membuat anaknya sakit hati, terluka dan tawar hati, tetapi harus tetap selaras dengan ajaran firman Tuhan.  Sementara di sisi yang lain anak juga dituntut untuk taat dan hormat kepada orangtua di dalam Tuhan karena ada berkat yang luar biasa bagi anak-anak yang mau taat dan patuh kepada orangtuanya,  "...supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi."  Jika orangtua dan anak mampu menjalankan perannya masing-masing dengan baik, maka hal-hal buruk akan dapat terhindarkan!  (Bersambung)