Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 November 2019
Baca: Roma 6:15-23
"...setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba
Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai
kesudahannya ialah hidup yang kekal." Roma 6:22
Tak ada manusia di dunia ini yang bisa luput dari kematian! Sekali waktu kelak kita pasti akan mati dan meninggalkan dunia ini. Ini sudah hukum Tuhan! Yang menjadi persoalan dan pertanyaan bagi semua orang adalah, setelah kematian itu ada apa? Karena itu, sepanjang sejarah manusia berusaha dengan segala akal dan kepandaiannya untuk menyingkap rahasia di balik kematian itu. Tetapi yang jelas dan pasti, hanya ada dua tempat yang akan dituju manusia setelah kematian, yaitu sorga atau neraka.
Sesungguhnya Bapa tidak ingin manusia yang adalah ciptaan-Nya masuk ke dalam kebinasaan kekal di neraka. Karena itu Ia menawarkan keselamatan kepada manusia dengan cara yang sederhana yaitu percaya kepada Putera-Nya yaitu Kristus, yang diutus-Nya untuk turun ke dunia. Tetapi karena keangkuhan dan gengsi, banyak manusia yang menolak dan tidak mau menerima keselamatan yang Bapa tawarkan itu. Mereka berjudi dengan keselamatan jiwanya; mereka berpikir bahwa sorga dan neraka itu hanya dongeng. Karena itu mereka berkata, "Selagi masih muda, selagi masih hidup di dunia, kita harus menikmati kesenangan dunia ini. Kalau bukan sekarang, kapan lagi?" Firman Tuhan tak pernah berhenti mengingatkan agar kita selalu berjaga-jaga.
Mengapa kita harus berjaga-jaga dan memperhatikan hidup kita dengan saksama, karena tidak ada seorang pun yang tahu kapan hari Tuhan itu datang menimpa. "Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora
dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari
Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat." (Lukas 21:34). Ingat! Satu-satunya jalan keselamatan menuju kepada kehidupan kekal itu hanya di dalam Kristus, tidak ada yang lain, seperti tertulis: "Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia,
sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan
kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan." (Kisah 4:12). Masihkah kita meragukan ke-Ilahi-an Kristus?
Kristus sudah menegaskan, "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." Yohanes 14:6
Saturday, November 30, 2019
Friday, November 29, 2019
JANGAN KEMBALI KEPADA DOSA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 November 2019
Baca: Yesaya 44:21-28
"Aku telah menghapus segala dosa pemberontakanmu seperti kabut diterbangkan angin dan segala dosamu seperti awan yang tertiup. Kembalilah kepada-Ku, sebab Aku telah menebus engkau!" Yesaya 44:22
Semua orang pasti mengakui dengan jujur bahwa dosa itu memang nikmat. Itulah sebabnya banyak orang sulit sekali untuk bisa lepas dari dosa tersebut. Sekalipun tahu bahwa upah dosa adalah maut dan kematian kekal (Roma 6:23), tetapi banyak orang pura-pura tidak tahu, sehingga mereka tetap saja melakukan dosa. Anehnya, hal ini juga terjadi di kalangan orang percaya Tuhan. Meskipun sadar bahwa Kristus telah menyelamatkan dirinya dari dosa melalui pengorbanan-Nya di kayu salib, dan menjadikannya sebagai orang-orang yang telah dibenarkan (bukan lagi hamba dosa, melainkan hamba kebenaran), tapi mereka kembali lagi ke dalam kehidupan dosa. Alasan yang dikemukakan sangatlah klasik yaitu digoda oleh Iblis. Mereka menjadikan Iblis sebagai kambing hitam.
Hal ini juga terjadi pada bangsa Israel, yang meskipun telah dibebaskan dari perbudakan di Mesir, namun sebagian besar ingin kembali ke Mesir demi menikmati kesenangan daging: "Kita teringat kepada ikan yang kita makan di Mesir dengan tidak bayar apa-apa, kepada mentimun dan semangka, bawang prei, bawang merah dan bawang putih. Tetapi sekarang kita kurus kering, tidak ada sesuatu apapun, kecuali manna ini saja yang kita lihat." (Bilangan 11:5-6). Mereka suka menjadi budak daripada menjadi orang yang merdeka! Kita yang sudah diselamatkan oleh darah Kristus harus berani keluar untuk menanggalkan kehidupan lama, meninggalkan segala bentuk dosa. Firman Tuhan menegaskan, "...kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:" (1 Petrus 2:9).
Selama kita masih 'nyaman' dengan dosa, bukan salah Tuhan bila doa-doa kita tak beroleh jawaban, sebab "...yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu." (Yesaya 59:2).
Tuhan sudah menebus kita, karena itu tinggalkan dosa dan jangan pernah kembali!
Baca: Yesaya 44:21-28
"Aku telah menghapus segala dosa pemberontakanmu seperti kabut diterbangkan angin dan segala dosamu seperti awan yang tertiup. Kembalilah kepada-Ku, sebab Aku telah menebus engkau!" Yesaya 44:22
Semua orang pasti mengakui dengan jujur bahwa dosa itu memang nikmat. Itulah sebabnya banyak orang sulit sekali untuk bisa lepas dari dosa tersebut. Sekalipun tahu bahwa upah dosa adalah maut dan kematian kekal (Roma 6:23), tetapi banyak orang pura-pura tidak tahu, sehingga mereka tetap saja melakukan dosa. Anehnya, hal ini juga terjadi di kalangan orang percaya Tuhan. Meskipun sadar bahwa Kristus telah menyelamatkan dirinya dari dosa melalui pengorbanan-Nya di kayu salib, dan menjadikannya sebagai orang-orang yang telah dibenarkan (bukan lagi hamba dosa, melainkan hamba kebenaran), tapi mereka kembali lagi ke dalam kehidupan dosa. Alasan yang dikemukakan sangatlah klasik yaitu digoda oleh Iblis. Mereka menjadikan Iblis sebagai kambing hitam.
Hal ini juga terjadi pada bangsa Israel, yang meskipun telah dibebaskan dari perbudakan di Mesir, namun sebagian besar ingin kembali ke Mesir demi menikmati kesenangan daging: "Kita teringat kepada ikan yang kita makan di Mesir dengan tidak bayar apa-apa, kepada mentimun dan semangka, bawang prei, bawang merah dan bawang putih. Tetapi sekarang kita kurus kering, tidak ada sesuatu apapun, kecuali manna ini saja yang kita lihat." (Bilangan 11:5-6). Mereka suka menjadi budak daripada menjadi orang yang merdeka! Kita yang sudah diselamatkan oleh darah Kristus harus berani keluar untuk menanggalkan kehidupan lama, meninggalkan segala bentuk dosa. Firman Tuhan menegaskan, "...kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:" (1 Petrus 2:9).
Selama kita masih 'nyaman' dengan dosa, bukan salah Tuhan bila doa-doa kita tak beroleh jawaban, sebab "...yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu." (Yesaya 59:2).
Tuhan sudah menebus kita, karena itu tinggalkan dosa dan jangan pernah kembali!
Thursday, November 28, 2019
HATI BERPAUT: Kunci Dipulihkan Tuhan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 November 2019
Baca: Rut 1:1-17
"Menangis pula mereka dengan suara keras, lalu Orpa mencium mertuanya itu minta diri, tetapi Rut tetap berpaut padanya." Rut 1:14
Ada seorang wanita bernama Naomi yang tinggal bersama 2 anak laki-lakinya (Mahlon dan Kilyon), karena suaminya sudah meninggal. Lalu kedua anak laki-lakinya itu menikah dengan perempuan Moab (Orpa dan Rut). Sayang; kedua anak laki-lakinya itu meninggal, sehingga Naomi harus tinggal bersama dengan kedua menantunya saja. Di tengah situasi sulit ini Naomi meminta kepada kedua menantu itu untuk pulang ke rumah keluarganya, "Pergilah, pulanglah masing-masing ke rumah ibunya; TUHAN kiranya menunjukkan kasih-Nya kepadamu, seperti yang kamu tunjukkan kepada orang-orang yang telah mati itu dan kepadaku;" (Rut 1:8). Mereka pun bertangis-tangisan dan merasa berat untuk meninggalkan ibu mertuanya itu.
Setelah menimbang-nimbang, akhirnya Orpa memutuskan untuk pergi, karena dirasa sudah tidak ada harapan bila tetap tinggal dengan mertuanya. Berbeda dengan Rut, yang bersikeras untuk tetap tinggal bersama Naomi, "Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku;" (Rut 1:16). Ternyata Rut membuat pilihan hidup yang benar yaitu tetap berpaut kepada Naomi, yang membawanya untuk bertemu dengan Boas, seorang yang kaya raya (Rut 2:1). Bertemu dengan Boas, hidup Rut pun dipulihkan secara luar biasa. Dari perempuan Moab yang tidak ada pengharapan, menjadi wanita yang punya masa depan setelah dinikahi oleh Boas.
Sebelum bertemu dengan Boas ada proses yang harus Rut lalui: 1. Kesetiaan. Tanpa pernah merasa malu Rut pergi ke ladang Boas untuk memungut bulir-bulir jelai. Ia begitu setia mengerjakan tugas yang disuruh oleh mertuanya, tanpa berbantah, "Segala yang engkau katakan itu akan kulakukan." (Rut 3:5). 2. Kerendahan hati. Rut rela berbaring di sebelah kaki Boas (Rut 3:6-8). Satu kunci utama yang membuat hidup Rut dipulihkan dan dimuliakan adalah karena hati yang tetap berpaut atau melekat.
"...tetap mengikuti perintah-Nya, berpaut pada-Nya dan berbakti kepada-Nya dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu." Yosua 22:5
Baca: Rut 1:1-17
"Menangis pula mereka dengan suara keras, lalu Orpa mencium mertuanya itu minta diri, tetapi Rut tetap berpaut padanya." Rut 1:14
Ada seorang wanita bernama Naomi yang tinggal bersama 2 anak laki-lakinya (Mahlon dan Kilyon), karena suaminya sudah meninggal. Lalu kedua anak laki-lakinya itu menikah dengan perempuan Moab (Orpa dan Rut). Sayang; kedua anak laki-lakinya itu meninggal, sehingga Naomi harus tinggal bersama dengan kedua menantunya saja. Di tengah situasi sulit ini Naomi meminta kepada kedua menantu itu untuk pulang ke rumah keluarganya, "Pergilah, pulanglah masing-masing ke rumah ibunya; TUHAN kiranya menunjukkan kasih-Nya kepadamu, seperti yang kamu tunjukkan kepada orang-orang yang telah mati itu dan kepadaku;" (Rut 1:8). Mereka pun bertangis-tangisan dan merasa berat untuk meninggalkan ibu mertuanya itu.
Setelah menimbang-nimbang, akhirnya Orpa memutuskan untuk pergi, karena dirasa sudah tidak ada harapan bila tetap tinggal dengan mertuanya. Berbeda dengan Rut, yang bersikeras untuk tetap tinggal bersama Naomi, "Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku;" (Rut 1:16). Ternyata Rut membuat pilihan hidup yang benar yaitu tetap berpaut kepada Naomi, yang membawanya untuk bertemu dengan Boas, seorang yang kaya raya (Rut 2:1). Bertemu dengan Boas, hidup Rut pun dipulihkan secara luar biasa. Dari perempuan Moab yang tidak ada pengharapan, menjadi wanita yang punya masa depan setelah dinikahi oleh Boas.
Sebelum bertemu dengan Boas ada proses yang harus Rut lalui: 1. Kesetiaan. Tanpa pernah merasa malu Rut pergi ke ladang Boas untuk memungut bulir-bulir jelai. Ia begitu setia mengerjakan tugas yang disuruh oleh mertuanya, tanpa berbantah, "Segala yang engkau katakan itu akan kulakukan." (Rut 3:5). 2. Kerendahan hati. Rut rela berbaring di sebelah kaki Boas (Rut 3:6-8). Satu kunci utama yang membuat hidup Rut dipulihkan dan dimuliakan adalah karena hati yang tetap berpaut atau melekat.
"...tetap mengikuti perintah-Nya, berpaut pada-Nya dan berbakti kepada-Nya dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu." Yosua 22:5
Wednesday, November 27, 2019
UANG MEMBUAT GELAP MATA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 November 2019
Baca: Mikha 3:1-12
"Para kepalanya memutuskan hukum karena suap, dan para imamnya memberi pengajaran karena bayaran, para nabinya menenung karena uang, padahal mereka bersandar kepada TUHAN dengan berkata: 'Bukankah TUHAN ada di tengah-tengah kita! Tidak akan datang malapetaka menimpa kita!'" Mikha 3:11
Alkitab tidak pernah mencatat bahwa Tuhan melarang umat-Nya memiliki uang yang banyak. Namun, yang Tuhan peringatkan adalah jangan sampai kita menjadikan uang sebagai 'tuan' atas hidup kita. Ini sangat berbahaya! Karena di zaman sekarang ini banyak orang menganggap bahwa uang adalah segala-galanya, bahkan melebihi Tuhan. Mereka berpikir bahwa memiliki uang yang banyak berarti bisa melakukan apa saja, berbuat sesukanya, membeli segala yang diinginkannya. "Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka." (1 Timotius 6:10).
Jujur, kita tentu bangga jika melihat ada banyak anak Tuhan yang hidupnya diberkati dan punya banyak uang. Begitu pula dengan hamba-hamba Tuhan yang diberkati melimpah, sehingga dalam pelayanannya tidak perlu meminta-minta bantuan atau mengajukan proposal ke sana ke mari saat membangun gereja. Namun yang harus diperhatikan adalah jangan sampai karena uang, motivasi kita dalam mengikut Tuhan atau melayani Tuhan menjadi melenceng arahnya. Seringkali kita melihat ada anak Tuhan, yang ketika belum punya uang banyak, hidupnya jujur, setia berbakti kepada Tuhan, tetapi begitu usaha atau pekerjaannya berhasil dan diberkati, mulailah ada ketidakjujuran dalam hal perpuluhan, jam-jam beribadah pun mulai dikurangi karena semakin sibuk dengan bisnisnya. Hal-hal semacam ini yang sangat perlu diwaspadai!
Uang membuat orang menjadi gelap mata! Di ranah pengadilan seringkali hukum mudah dibeli dengan uang, artinya orang yang benar bisa disalahkan dan orang yang salah bisa dibenarkan; para pejabat pemerintahan mencari 'jalan pintas' untuk mendapatkan harta dengan korupsi. Menyedihkan lagi, ada hamba Tuhan yang memasang tarif atau melihat besarnya amplop persembahan jika diundang pelayanan; pula ada gembala sidang yang tak berani menegor dosa seseorang karena orang itu donatur tetap gereja.
Jika tidak berhati-hati, uang benar-benar menjadi akar dari segala kejahatan!
Baca: Mikha 3:1-12
"Para kepalanya memutuskan hukum karena suap, dan para imamnya memberi pengajaran karena bayaran, para nabinya menenung karena uang, padahal mereka bersandar kepada TUHAN dengan berkata: 'Bukankah TUHAN ada di tengah-tengah kita! Tidak akan datang malapetaka menimpa kita!'" Mikha 3:11
Alkitab tidak pernah mencatat bahwa Tuhan melarang umat-Nya memiliki uang yang banyak. Namun, yang Tuhan peringatkan adalah jangan sampai kita menjadikan uang sebagai 'tuan' atas hidup kita. Ini sangat berbahaya! Karena di zaman sekarang ini banyak orang menganggap bahwa uang adalah segala-galanya, bahkan melebihi Tuhan. Mereka berpikir bahwa memiliki uang yang banyak berarti bisa melakukan apa saja, berbuat sesukanya, membeli segala yang diinginkannya. "Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka." (1 Timotius 6:10).
Jujur, kita tentu bangga jika melihat ada banyak anak Tuhan yang hidupnya diberkati dan punya banyak uang. Begitu pula dengan hamba-hamba Tuhan yang diberkati melimpah, sehingga dalam pelayanannya tidak perlu meminta-minta bantuan atau mengajukan proposal ke sana ke mari saat membangun gereja. Namun yang harus diperhatikan adalah jangan sampai karena uang, motivasi kita dalam mengikut Tuhan atau melayani Tuhan menjadi melenceng arahnya. Seringkali kita melihat ada anak Tuhan, yang ketika belum punya uang banyak, hidupnya jujur, setia berbakti kepada Tuhan, tetapi begitu usaha atau pekerjaannya berhasil dan diberkati, mulailah ada ketidakjujuran dalam hal perpuluhan, jam-jam beribadah pun mulai dikurangi karena semakin sibuk dengan bisnisnya. Hal-hal semacam ini yang sangat perlu diwaspadai!
Uang membuat orang menjadi gelap mata! Di ranah pengadilan seringkali hukum mudah dibeli dengan uang, artinya orang yang benar bisa disalahkan dan orang yang salah bisa dibenarkan; para pejabat pemerintahan mencari 'jalan pintas' untuk mendapatkan harta dengan korupsi. Menyedihkan lagi, ada hamba Tuhan yang memasang tarif atau melihat besarnya amplop persembahan jika diundang pelayanan; pula ada gembala sidang yang tak berani menegor dosa seseorang karena orang itu donatur tetap gereja.
Jika tidak berhati-hati, uang benar-benar menjadi akar dari segala kejahatan!
Tuesday, November 26, 2019
MASIH KANAK-KANAK
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 November 2019
Baca: Ibrani 5:11-14
"Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil." Ibrani 5:13
Kedewasaan rohani orang Kristen tidak dapat dinilai dan diukur dari segi fisik, umur, seberapa lama mengikuti Kristus, atau seberapa aktif terlibat dalam pelayanan. "...sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras." (Ibrani 5:12). Respons hati seseorang terhadap firman Tuhan berpengaruh besar bagi pertumbuhan rohaninya. Orang yang belum mampu untuk menerima makanan keras adalah orang yang masih kanak-kanak: "Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarangpun kamu belum dapat menerimanya." (1 Korintus 3:2).
Seorang kanak-kanak rohani hanya mau mendengarkan firman Tuhan yang empuk, lembut, manis, enak didengar, dan meninabobokkan. Begitu mendengar firman Tuhan yang keras, yang berisikan teguran, nasihat, seruan pertobatan, bagaimana harus membayar harga, mereka langsung memberontak, marah, tersinggung, berontak, dan ngambek. Mereka hanya mau dilayani, tak mau melayani, dan merasa cukup puas hanya menjadi 'penonton', bukan 'pemain' dalam pertandingan iman. Yakobus memperingatkan dengan keras, "...buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu." (Yakobus 1:21). Perlu sekali kita belajar dari jemaat yang ada di Berea: "Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian." (Kisah 17:11).
Seorang kanak-kanak rohani akan mudah sekali disesatkan dan diombang-ambingkan oleh ajaran-ajaran yang menyimpang dari Injil, sebab pengetahuannya tentang kebenaran masih sangat dangkal dan belum berakar kuat. Berhati-hatilah! "...sebab Iblispun menyamar sebagai malaikat Terang." (2 Korintus 11:14).
Orang yang dewasa rohani pasti akan meninggalkan sifat kanak-kanak!
Baca: Ibrani 5:11-14
"Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil." Ibrani 5:13
Kedewasaan rohani orang Kristen tidak dapat dinilai dan diukur dari segi fisik, umur, seberapa lama mengikuti Kristus, atau seberapa aktif terlibat dalam pelayanan. "...sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras." (Ibrani 5:12). Respons hati seseorang terhadap firman Tuhan berpengaruh besar bagi pertumbuhan rohaninya. Orang yang belum mampu untuk menerima makanan keras adalah orang yang masih kanak-kanak: "Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarangpun kamu belum dapat menerimanya." (1 Korintus 3:2).
Seorang kanak-kanak rohani hanya mau mendengarkan firman Tuhan yang empuk, lembut, manis, enak didengar, dan meninabobokkan. Begitu mendengar firman Tuhan yang keras, yang berisikan teguran, nasihat, seruan pertobatan, bagaimana harus membayar harga, mereka langsung memberontak, marah, tersinggung, berontak, dan ngambek. Mereka hanya mau dilayani, tak mau melayani, dan merasa cukup puas hanya menjadi 'penonton', bukan 'pemain' dalam pertandingan iman. Yakobus memperingatkan dengan keras, "...buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu." (Yakobus 1:21). Perlu sekali kita belajar dari jemaat yang ada di Berea: "Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian." (Kisah 17:11).
Seorang kanak-kanak rohani akan mudah sekali disesatkan dan diombang-ambingkan oleh ajaran-ajaran yang menyimpang dari Injil, sebab pengetahuannya tentang kebenaran masih sangat dangkal dan belum berakar kuat. Berhati-hatilah! "...sebab Iblispun menyamar sebagai malaikat Terang." (2 Korintus 11:14).
Orang yang dewasa rohani pasti akan meninggalkan sifat kanak-kanak!
Monday, November 25, 2019
KEKUATAN UNTUK BERUBAH DAN MENGUBAHKAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 November 2019
Baca: Roma 12:1-8
"Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." Roma 12:2
Setiap orang memiliki kecenderungan untuk berubah. Contoh: orang berusaha mengubah penampilannya, mulai dari cara berpakaian, potongan rambut dan sebagainya, karena ingin mengikuti tren yang ada. Ada pula yang aktif pergi ke gym dengan harapan ingin mengubah bentuk fisiknya, agar lebih proporsional dan menarik.
Perubahan dalam hal jasmaniah seharusnya juga diimbangi dengan perubahan dalam hal rohani. Takkan mudah berubah dalam hal rohani bila kita mengandalkan akal, kekuatan dan kemampuan sendiri. Karena itu penting sekali kita bergaul karib dengan Tuhan, melekat kepada-Nya dan tunduk dalam pimpinan Roh Kudus. Sesungguhnya, setiap orang percaya punya kekuatan untuk berubah (bagi dirinya sendiri) dan bahkan mengubah dunia, karena di dalam dirinya ada Roh Kudus, "...lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia." (1 Yohanes 4:4). Rasul Yohanes juga menegaskan bahwa semua yang lahir dari Bapa mengalahkan dunia. Inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita (1 Yohanes 5:4). Tidak ada alasan bagi orang percaya untuk tidak bisa berubah! Kita bisa berubah asalkan kita yang sudah dibenarkan karena iman kepada Kristus dan beroleh pembenaran dari Bapa rela menyerahkan hidup sepenuhnya untuk dipakai Tuhan sebagai wujud ibadah yang sejati (Roma 12:1).
Dalam praktek hidup sehari-hari kita seringkali membiarkan dan bahkan menyerahkan anggota tubuh kita untuk dosa. Firman Tuhan memerintahkan kita untuk tidak menyerahkan anggota-anggota tubuh kita kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan untuk dipakai menjadi senjata kebenaran (Roma 6:13). Dengan demikian kita akan mempermuliakan Tuhan melalui anggota tubuh (1 Korintus 6:20b). Ketika kita secara sadar mau menyerahkan hidup ini untuk diubah Tuhan, maka Roh Kudus akan menolong dan memampukan kita untuk punya kehidupan yang berbeda. Perubahan ini dimulai dari akal budi atau pikiran (metanoia): meta artinya berubah dan nous artinya pikiran.
Berubah menjadi semakin serupa Kristus adalah goal hidup orang percaya!
Baca: Roma 12:1-8
"Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." Roma 12:2
Setiap orang memiliki kecenderungan untuk berubah. Contoh: orang berusaha mengubah penampilannya, mulai dari cara berpakaian, potongan rambut dan sebagainya, karena ingin mengikuti tren yang ada. Ada pula yang aktif pergi ke gym dengan harapan ingin mengubah bentuk fisiknya, agar lebih proporsional dan menarik.
Perubahan dalam hal jasmaniah seharusnya juga diimbangi dengan perubahan dalam hal rohani. Takkan mudah berubah dalam hal rohani bila kita mengandalkan akal, kekuatan dan kemampuan sendiri. Karena itu penting sekali kita bergaul karib dengan Tuhan, melekat kepada-Nya dan tunduk dalam pimpinan Roh Kudus. Sesungguhnya, setiap orang percaya punya kekuatan untuk berubah (bagi dirinya sendiri) dan bahkan mengubah dunia, karena di dalam dirinya ada Roh Kudus, "...lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia." (1 Yohanes 4:4). Rasul Yohanes juga menegaskan bahwa semua yang lahir dari Bapa mengalahkan dunia. Inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita (1 Yohanes 5:4). Tidak ada alasan bagi orang percaya untuk tidak bisa berubah! Kita bisa berubah asalkan kita yang sudah dibenarkan karena iman kepada Kristus dan beroleh pembenaran dari Bapa rela menyerahkan hidup sepenuhnya untuk dipakai Tuhan sebagai wujud ibadah yang sejati (Roma 12:1).
Dalam praktek hidup sehari-hari kita seringkali membiarkan dan bahkan menyerahkan anggota tubuh kita untuk dosa. Firman Tuhan memerintahkan kita untuk tidak menyerahkan anggota-anggota tubuh kita kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan untuk dipakai menjadi senjata kebenaran (Roma 6:13). Dengan demikian kita akan mempermuliakan Tuhan melalui anggota tubuh (1 Korintus 6:20b). Ketika kita secara sadar mau menyerahkan hidup ini untuk diubah Tuhan, maka Roh Kudus akan menolong dan memampukan kita untuk punya kehidupan yang berbeda. Perubahan ini dimulai dari akal budi atau pikiran (metanoia): meta artinya berubah dan nous artinya pikiran.
Berubah menjadi semakin serupa Kristus adalah goal hidup orang percaya!
Sunday, November 24, 2019
NIKODEMUS: Punya Kerendahan Hati
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 November 2019
Baca: Mazmur 25:1-22
"Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum, dan Ia mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang rendah hati." Mazmur 25:9
Nikodemus adalah orang Farisi yang juga menjadi salah satu pemimpin agama Yahudi (anggota Mahkamah Agama) yang dikenal dengan sebutan Sanhedrin. Karena bangsa Israel adalah bangsa yang berlandaskan pada hukum Taurat, dan pada waktu itu memang tidak ada lagi raja bagi bangsa Israel, maka pemimpin agama Yahudi (ahli-ahli Taurat dan orang Farisi) memiliki kedudukan yang sangat terhormat. Pada waktu itu ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi sangat membenci Kristus dan menganggap bahwa apa yang Kristus lakukan bertentangan dengan hukum Taurat, karena itu mereka berusaha mencari-cari kesalahan-Nya, bahkan berencana untuk membunuh-Nya (Matius 12:14).
Tetapi berbeda dengan Nikodemus, yang mau datang kepada Tuhan, dengan menanggalkan statusnya sebagai pemimpin agama. Hal ini membuktikan bahwa ia punya kerendahan hati. Tanpa kerendahan hati sulit rasanya seorang pemimpin agama Yahudi mau datang kepada Kristus dan belajar kepada-Nya. Nikodemus datang sebagai pribadi yang membutuhkan Kristus dan meminta penjelasan dari-Nya berkenaan dengan keselamatan kekal. Nikodemus mau mengakui bahwa Kristus adalah utusan dari Bapa di sorga (Yohanes 3:2). Sebaliknya, orang-orang Farisi lainnya mengatakan bahwa Kristus mengusir setan dengan kuasa penghulu setan, artinya mereka tidak mau mengakui bahwa Kristus datang dari Bapa (Matius 9:34). Sesungguhnya, orang-orang Farisi tahu bahwa Kristus adalah Guru yang diutus oleh Bapa, hanya saja mereka enggan mengakuinya dengan jujur, karena mereka merasa gengsi, takut kalah pamor.
Sekalipun Nikodemus mempunyai kedudukan yang sangat terpandang, ia tak merasa gengsi untuk datang kepada Kristus, karena ia tahu siapa sesungguhnya Kristus itu. Bagi Nikodemus, bertemu dengan Kristus adalah kesempatan emas untuk mengenal kebenaran lebih lagi, karena keselamatan jiwa itu lebih berharga daripada harta, pangkat atau status di dunia ini yang sifatnya hanya sementara.
Kesombongan dan merasa diri benar seringkali menjadi penghalang bagi orang untuk datang kepada Tuhan; keselamatan yang sudah Tuhan sediakan pun tanpa segan sering ditolaknya!
Baca: Mazmur 25:1-22
"Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum, dan Ia mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang rendah hati." Mazmur 25:9
Nikodemus adalah orang Farisi yang juga menjadi salah satu pemimpin agama Yahudi (anggota Mahkamah Agama) yang dikenal dengan sebutan Sanhedrin. Karena bangsa Israel adalah bangsa yang berlandaskan pada hukum Taurat, dan pada waktu itu memang tidak ada lagi raja bagi bangsa Israel, maka pemimpin agama Yahudi (ahli-ahli Taurat dan orang Farisi) memiliki kedudukan yang sangat terhormat. Pada waktu itu ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi sangat membenci Kristus dan menganggap bahwa apa yang Kristus lakukan bertentangan dengan hukum Taurat, karena itu mereka berusaha mencari-cari kesalahan-Nya, bahkan berencana untuk membunuh-Nya (Matius 12:14).
Tetapi berbeda dengan Nikodemus, yang mau datang kepada Tuhan, dengan menanggalkan statusnya sebagai pemimpin agama. Hal ini membuktikan bahwa ia punya kerendahan hati. Tanpa kerendahan hati sulit rasanya seorang pemimpin agama Yahudi mau datang kepada Kristus dan belajar kepada-Nya. Nikodemus datang sebagai pribadi yang membutuhkan Kristus dan meminta penjelasan dari-Nya berkenaan dengan keselamatan kekal. Nikodemus mau mengakui bahwa Kristus adalah utusan dari Bapa di sorga (Yohanes 3:2). Sebaliknya, orang-orang Farisi lainnya mengatakan bahwa Kristus mengusir setan dengan kuasa penghulu setan, artinya mereka tidak mau mengakui bahwa Kristus datang dari Bapa (Matius 9:34). Sesungguhnya, orang-orang Farisi tahu bahwa Kristus adalah Guru yang diutus oleh Bapa, hanya saja mereka enggan mengakuinya dengan jujur, karena mereka merasa gengsi, takut kalah pamor.
Sekalipun Nikodemus mempunyai kedudukan yang sangat terpandang, ia tak merasa gengsi untuk datang kepada Kristus, karena ia tahu siapa sesungguhnya Kristus itu. Bagi Nikodemus, bertemu dengan Kristus adalah kesempatan emas untuk mengenal kebenaran lebih lagi, karena keselamatan jiwa itu lebih berharga daripada harta, pangkat atau status di dunia ini yang sifatnya hanya sementara.
Kesombongan dan merasa diri benar seringkali menjadi penghalang bagi orang untuk datang kepada Tuhan; keselamatan yang sudah Tuhan sediakan pun tanpa segan sering ditolaknya!
Saturday, November 23, 2019
STEFANUS: Martir Pertama
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 November 2019
Baca: Kisah Para Rasul 7:54-60
"Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku. Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: 'Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!' Dan dengan perkataan itu meninggallah ia." Kisah 7:59-60
Stefanus adalah salah seorang dari tujuh diaken pilihan (Kisah 6:3-6). yang kemudian menjadi seorang pemberita Injil. Alkitab menyatakan bahwa Stefanus "...seorang yang penuh iman dan Roh Kudus," (Kisah 6:5). Hal ini dibuktikan dengan keberaniannya menghadapi tantangan hingga meninggal sebagai martir. Kisah kematian Stefanus merupakan kisah martir yang pertama. Yang menarik dari kisah ini adalah ketika Stefanus di ambang kematian ia berdoa kepada Tuhan untuk orang-orang yang menganiaya dia.
Di dalam doa yang Stefanus serukan terkandung dua unsur penting yaitu: 1. Penyerahan diri. Ketika Stefanus berkata, "Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku." (ayat nas), ini menunjukkan bahwa ia siap untuk mati. Sekalipun tubuh jasmaninya hancur karena batu-batu yang dilemparkan kepadanya, ia percaya bahwa rohnya adalah milik Tuhan. Karena itu dengan penuh iman Stefanus menyerahkan rohnya kepada Tuhan. 2. Pengampunan bagi musuh. Menghilangkan nyawa orang lain adalah kekejian di mata Tuhan, karena tidak ada seorang pun manusia yang berhak untuk menghilangkan nyawa sesamanya. Para anggota Mahkamah Agama yang tahu hukum dan firman Tuhan justru melakukan tindakan penganiayaan terhadap Stefanus: melempari dengan batu, yang menyebabkan kematiannya. Meski demikian Stefanus menunjukkan sikap yang mulia, dalam kondisi teraniaya dan sedang meregang nyawa ia sempatkan berdoa untuk memohonkan pengampunan, "Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!"
Biasanya orang yang teraniaya atau tersakiti akan menyimpan dendam kepada orang yang melakukannya. Tapi Stefanus meneladani apa yang Kristus perbuat saat Ia disalibkan, yaitu memohonkan pengampunan kepada Bapa, "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." (Lukas 23:34). Lepaskan pengampunan dan jangan membalas jahat terhadap orang yang berbuat jahat kepada kita!
"Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya." Matius 10:39
Baca: Kisah Para Rasul 7:54-60
"Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku. Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: 'Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!' Dan dengan perkataan itu meninggallah ia." Kisah 7:59-60
Stefanus adalah salah seorang dari tujuh diaken pilihan (Kisah 6:3-6). yang kemudian menjadi seorang pemberita Injil. Alkitab menyatakan bahwa Stefanus "...seorang yang penuh iman dan Roh Kudus," (Kisah 6:5). Hal ini dibuktikan dengan keberaniannya menghadapi tantangan hingga meninggal sebagai martir. Kisah kematian Stefanus merupakan kisah martir yang pertama. Yang menarik dari kisah ini adalah ketika Stefanus di ambang kematian ia berdoa kepada Tuhan untuk orang-orang yang menganiaya dia.
Di dalam doa yang Stefanus serukan terkandung dua unsur penting yaitu: 1. Penyerahan diri. Ketika Stefanus berkata, "Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku." (ayat nas), ini menunjukkan bahwa ia siap untuk mati. Sekalipun tubuh jasmaninya hancur karena batu-batu yang dilemparkan kepadanya, ia percaya bahwa rohnya adalah milik Tuhan. Karena itu dengan penuh iman Stefanus menyerahkan rohnya kepada Tuhan. 2. Pengampunan bagi musuh. Menghilangkan nyawa orang lain adalah kekejian di mata Tuhan, karena tidak ada seorang pun manusia yang berhak untuk menghilangkan nyawa sesamanya. Para anggota Mahkamah Agama yang tahu hukum dan firman Tuhan justru melakukan tindakan penganiayaan terhadap Stefanus: melempari dengan batu, yang menyebabkan kematiannya. Meski demikian Stefanus menunjukkan sikap yang mulia, dalam kondisi teraniaya dan sedang meregang nyawa ia sempatkan berdoa untuk memohonkan pengampunan, "Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!"
Biasanya orang yang teraniaya atau tersakiti akan menyimpan dendam kepada orang yang melakukannya. Tapi Stefanus meneladani apa yang Kristus perbuat saat Ia disalibkan, yaitu memohonkan pengampunan kepada Bapa, "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." (Lukas 23:34). Lepaskan pengampunan dan jangan membalas jahat terhadap orang yang berbuat jahat kepada kita!
"Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya." Matius 10:39
Friday, November 22, 2019
MEMILIH TAAT: Menuju Kehidupan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 November 2019
Baca: Kejadian 39:1-23
"Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?" Kejadian 39:9b
Di masa-masa akhir seperti ini kita harus semakin meningkatkan kualitas kehidupan rohani kita. Jangan pernah 'main-main' dengan ibadah dan pelayanan kita. Kita harus membuat keputusan yang tegas: memilih untuk taat atau tidak taat, hidup benar atau tidak benar. Kaki kita tidak bisa berdiri di antara keduanya tau jalan tengah. Ini sama artinya berkompromi! "Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya." (Matius 7:13-14). Jelas sekali dari perkataan Tuhan ini: hanya ada dua jalan yaitu jalan yang sesak dan jalan yang luas.
Sekalipun kita sudah memilih jalan kehidupan yaitu jalan yang sesak (sempit), tetapi Tuhan ingin tahu kesungguhan kita dalam mengiring Dia. Karena itu jangan terkejut bila Tuhan menguji kita. Seperti Yusuf, meski ia sudah mendapat mimpi dari Tuhan bahwa ia akan menjadi pemimpin di Mesir, tapi ia tak luput dari ujian. Saat bekerja di rumah Potifar sebagai budak, Yusuf beroleh kasih karunia dari Tuhan sehingga ia selalu berhasil dalam segala yang dikerjakannya, sehingga akhirnya ia mendapat kasih dari tuannya itu dan diberi kuasa di rumah Potifar. Sepertinya semua berjalan tanpa masalah. Tetapi sesungguhnya Yusuf sedang dibentuk karakternya oleh Tuhan secara bertahap. Dari seorang pemuda, Yusuf kini telah bertumbuh menjadi seorang pria tampan, gagah, dengan moral yang teguh dan penyerahan diri penuh kepada Tuhan.
Keteguhan moral inilah yang membuat Yusuf berhasil lulus dari ujian ketika isteri Potifar merayunya, walaupun akibatnya ia harus meringkuk di jeruji besi sekalipun tak bersalah sama sekali (Kejadian 39:11-20). Sekarang ini pun setiap orang percaya juga diperhadapkan dengan persoalan seperti Yusuf, meski dalam versi yang berbeda. Bagaimana sikap kita? Memilih untuk berbuat dosa atau taat kepada firman Tuhan, sekalipun resikonya adalah masuk 'penjara'? Tetaplah taat, apa pun situasinya!
"Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa upah-Ku untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya." Wahyu 22:12
Baca: Kejadian 39:1-23
"Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?" Kejadian 39:9b
Di masa-masa akhir seperti ini kita harus semakin meningkatkan kualitas kehidupan rohani kita. Jangan pernah 'main-main' dengan ibadah dan pelayanan kita. Kita harus membuat keputusan yang tegas: memilih untuk taat atau tidak taat, hidup benar atau tidak benar. Kaki kita tidak bisa berdiri di antara keduanya tau jalan tengah. Ini sama artinya berkompromi! "Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya." (Matius 7:13-14). Jelas sekali dari perkataan Tuhan ini: hanya ada dua jalan yaitu jalan yang sesak dan jalan yang luas.
Sekalipun kita sudah memilih jalan kehidupan yaitu jalan yang sesak (sempit), tetapi Tuhan ingin tahu kesungguhan kita dalam mengiring Dia. Karena itu jangan terkejut bila Tuhan menguji kita. Seperti Yusuf, meski ia sudah mendapat mimpi dari Tuhan bahwa ia akan menjadi pemimpin di Mesir, tapi ia tak luput dari ujian. Saat bekerja di rumah Potifar sebagai budak, Yusuf beroleh kasih karunia dari Tuhan sehingga ia selalu berhasil dalam segala yang dikerjakannya, sehingga akhirnya ia mendapat kasih dari tuannya itu dan diberi kuasa di rumah Potifar. Sepertinya semua berjalan tanpa masalah. Tetapi sesungguhnya Yusuf sedang dibentuk karakternya oleh Tuhan secara bertahap. Dari seorang pemuda, Yusuf kini telah bertumbuh menjadi seorang pria tampan, gagah, dengan moral yang teguh dan penyerahan diri penuh kepada Tuhan.
Keteguhan moral inilah yang membuat Yusuf berhasil lulus dari ujian ketika isteri Potifar merayunya, walaupun akibatnya ia harus meringkuk di jeruji besi sekalipun tak bersalah sama sekali (Kejadian 39:11-20). Sekarang ini pun setiap orang percaya juga diperhadapkan dengan persoalan seperti Yusuf, meski dalam versi yang berbeda. Bagaimana sikap kita? Memilih untuk berbuat dosa atau taat kepada firman Tuhan, sekalipun resikonya adalah masuk 'penjara'? Tetaplah taat, apa pun situasinya!
"Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa upah-Ku untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya." Wahyu 22:12
Thursday, November 21, 2019
DOA DENGAN YAKIN, BESAR KUASANYA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 November 2019
Baca: Yakobus 5:12-20
"Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya." Yakobus 5:16b
Banyak orang Kristen yang mengeluh mengapa doa-doanya tidak memperoleh jawaban dari Tuhan. Mereka yang sebelumnya begitu intens berdoa sekian lama pada akhirnya mengalami keputusasaan, karena merasa gagal dalam kehidupan doanya. Itu artinya mereka tidak sabar menantikan waktu Tuhan! Bukankah firman Tuhan mengajarkan kita untuk berdoa dengan tiada berkeputusan? Dan tidakkah Tuhan akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong? (Lukas 18:7). Karena itu jangan mudah kehilangan semangat untuk berdoa, ketika doa-doa kita belum mendapatkan jawaban dari Tuhan.
Bila doa-doa kita tidak mendapatkan jawaban, jangan sekali-kali menyalahkan Tuhan, karena itu bukan salahnya Tuhan. Perlu dipahami juga bahwa jika Tuhan tidak menjawab doa kita, bukan berarti Dia tidak mempedulikan kita. Kita tidak menerima jawaban dari doa-doa kita, karena kita sendiri merasa tidak yakin dengan doa-doa yang kita panjatkan. Dengan kata lain, kita berdoa tidak sepenuh hati. Saat bibir mengucapkan doa, saat yang bersamaan pikiran kita dipenuhi dengan kebimbangan dan keragu-raguan. Itu sama artinya berdoa tanpa iman. Ayat nas menegaskan bahwa doa yang dengan yakin didoakan sangat besar kuasanya! Bukan doa yang diliputi kebimbangan atau keraguan. Kata 'yakin' memiliki arti: roh, jiwa dan tubuh kita bekerja bersamaan dalam arena doa yang kita panjatkan; roh, jiwa dan tubuh menjadi satu kesatuan yang utuh dan tidak terpecah-pecah, sebab "Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa dan setiap kota atau rumah tangga yang terpecah-pecah tidak dapat bertahan." (Matius 12:25). Selain itu, faktor utama yang membuat doa seseorang dijawab Tuhan adalah apabila ia hidup dalam kebenaran: "Doa orang yang benar," (ayat nas).
Berdoa dengan yakin, di mana roh, tubuh dan jiwa menjadi satu-kesatuan, serta hidup dalam ketaatan, adalah kunci mendapatkan jawaban dari Tuhan. Ada tertulis: "Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya." (Yohanes 15:7).
Doa orang benar yang bermuatan iman menghasilkan kuasa yang teramat dahsyat!
Baca: Yakobus 5:12-20
"Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya." Yakobus 5:16b
Banyak orang Kristen yang mengeluh mengapa doa-doanya tidak memperoleh jawaban dari Tuhan. Mereka yang sebelumnya begitu intens berdoa sekian lama pada akhirnya mengalami keputusasaan, karena merasa gagal dalam kehidupan doanya. Itu artinya mereka tidak sabar menantikan waktu Tuhan! Bukankah firman Tuhan mengajarkan kita untuk berdoa dengan tiada berkeputusan? Dan tidakkah Tuhan akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong? (Lukas 18:7). Karena itu jangan mudah kehilangan semangat untuk berdoa, ketika doa-doa kita belum mendapatkan jawaban dari Tuhan.
Bila doa-doa kita tidak mendapatkan jawaban, jangan sekali-kali menyalahkan Tuhan, karena itu bukan salahnya Tuhan. Perlu dipahami juga bahwa jika Tuhan tidak menjawab doa kita, bukan berarti Dia tidak mempedulikan kita. Kita tidak menerima jawaban dari doa-doa kita, karena kita sendiri merasa tidak yakin dengan doa-doa yang kita panjatkan. Dengan kata lain, kita berdoa tidak sepenuh hati. Saat bibir mengucapkan doa, saat yang bersamaan pikiran kita dipenuhi dengan kebimbangan dan keragu-raguan. Itu sama artinya berdoa tanpa iman. Ayat nas menegaskan bahwa doa yang dengan yakin didoakan sangat besar kuasanya! Bukan doa yang diliputi kebimbangan atau keraguan. Kata 'yakin' memiliki arti: roh, jiwa dan tubuh kita bekerja bersamaan dalam arena doa yang kita panjatkan; roh, jiwa dan tubuh menjadi satu kesatuan yang utuh dan tidak terpecah-pecah, sebab "Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa dan setiap kota atau rumah tangga yang terpecah-pecah tidak dapat bertahan." (Matius 12:25). Selain itu, faktor utama yang membuat doa seseorang dijawab Tuhan adalah apabila ia hidup dalam kebenaran: "Doa orang yang benar," (ayat nas).
Berdoa dengan yakin, di mana roh, tubuh dan jiwa menjadi satu-kesatuan, serta hidup dalam ketaatan, adalah kunci mendapatkan jawaban dari Tuhan. Ada tertulis: "Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya." (Yohanes 15:7).
Doa orang benar yang bermuatan iman menghasilkan kuasa yang teramat dahsyat!
Wednesday, November 20, 2019
KONFLIK MELAWAN KEDAGINGAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 November 2019
Baca: Roma 7:13-26
"Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat." Roma 7:15
Sudah menjadi rahasia umum bahwa ibu-ibu rumah tangga suka sekali menyaksikan acara sinetron di televisi. Bahkan mereka sampai larut terbawa oleh alur cerita di sinetron yang ditontonnya. Bila kita perhatikan, setiap sinetron selalu menonjolkan konflik-konflik yang acapkali memancing emosi para pemirsa. Tak bisa dipungkiri, konflik memang seringkali mewarnai kehidupan manusia setiap hari dan terjadi di segala tempat: di rumah, di kantor, di lingkungan di mana kita tinggal, dan sebagainya. Bahkan konflik yang terjadi di kalangan para elit politik yang duduk di kursi pemerintahan sudah menjadi pemandangan yang biasa.
Dalam kehidupan rohani pun kita tak luput dari konflik. Konflik terberat yang harus dihadapi oleh setiap orang percaya adalah konflik melawan kedagingan, yaitu suatu pergumulan antara kehendak akal budi atau roh untuk menuruti kehendak Tuhan dengan perbuatan kita yang jauh dari kehendak Tuhan, bahkan berbuat dosa, "Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging--karena keduanya bertentangan--sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki." (Galatia 5:17). Konflik ini membawa dampak dalam kehidupan kita, seperti yang rasul Paulus sampaikan: "Sebab selama masih diam di dalam kemah ini, kita mengeluh oleh beratnya tekanan, karena kita mau mengenakan pakaian yang baru itu tanpa menanggalkan yang lama, supaya yang fana itu ditelan oleh hidup." (2 Korintus 5:4). Tekanan yang dimaksud bukan semata-mata berbicara tentang tekanan dalam hal ekonomi atau sakit penyakit, namun lebih dari itu, yaitu tekanan karena dosa. Kita harus berusaha untuk hidup berkenan kepada Tuhan yaitu sanggup mengalahkan segala konflik dosa yang menjadi pergumulan terdahsyat dalam hidup ini.
Cara agar menang terhadap konflik ini adalah kita harus mau dipimpin oleh Roh Kudus. Bangun persekutuan yang karib dengan Tuhan setiap hari: berdoa dan merenungkan firman Tuhan, melatih kita untuk semakin peka akan suara Roh Kudus.
"Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia." Kolose 2:6
Baca: Roma 7:13-26
"Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat." Roma 7:15
Sudah menjadi rahasia umum bahwa ibu-ibu rumah tangga suka sekali menyaksikan acara sinetron di televisi. Bahkan mereka sampai larut terbawa oleh alur cerita di sinetron yang ditontonnya. Bila kita perhatikan, setiap sinetron selalu menonjolkan konflik-konflik yang acapkali memancing emosi para pemirsa. Tak bisa dipungkiri, konflik memang seringkali mewarnai kehidupan manusia setiap hari dan terjadi di segala tempat: di rumah, di kantor, di lingkungan di mana kita tinggal, dan sebagainya. Bahkan konflik yang terjadi di kalangan para elit politik yang duduk di kursi pemerintahan sudah menjadi pemandangan yang biasa.
Dalam kehidupan rohani pun kita tak luput dari konflik. Konflik terberat yang harus dihadapi oleh setiap orang percaya adalah konflik melawan kedagingan, yaitu suatu pergumulan antara kehendak akal budi atau roh untuk menuruti kehendak Tuhan dengan perbuatan kita yang jauh dari kehendak Tuhan, bahkan berbuat dosa, "Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging--karena keduanya bertentangan--sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki." (Galatia 5:17). Konflik ini membawa dampak dalam kehidupan kita, seperti yang rasul Paulus sampaikan: "Sebab selama masih diam di dalam kemah ini, kita mengeluh oleh beratnya tekanan, karena kita mau mengenakan pakaian yang baru itu tanpa menanggalkan yang lama, supaya yang fana itu ditelan oleh hidup." (2 Korintus 5:4). Tekanan yang dimaksud bukan semata-mata berbicara tentang tekanan dalam hal ekonomi atau sakit penyakit, namun lebih dari itu, yaitu tekanan karena dosa. Kita harus berusaha untuk hidup berkenan kepada Tuhan yaitu sanggup mengalahkan segala konflik dosa yang menjadi pergumulan terdahsyat dalam hidup ini.
Cara agar menang terhadap konflik ini adalah kita harus mau dipimpin oleh Roh Kudus. Bangun persekutuan yang karib dengan Tuhan setiap hari: berdoa dan merenungkan firman Tuhan, melatih kita untuk semakin peka akan suara Roh Kudus.
"Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia." Kolose 2:6
Tuesday, November 19, 2019
BERTANDINGLAH SESUAI DENGAN ATURAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 November 2019
Baca: 1 Korintus 9:24-27
"Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya!" 1 Korintus 9:24
Banyak orang Kristen tak menyadari bahwa perjalanan hidup kita dalam mengiring Kristus itu ibarat sebuah pertandingan iman. Untuk memperoleh kemenangan dalam suatu pertandingan setiap peserta harus fokus pada tujuan atau garis finis. Selain itu, dalam pertandingan iman setiap peserta harus menaati aturan-aturan pertandingan, bila melanggar pasti akan didiskualifikasi. Aturan itu adalah firman Tuhan. Jadi, setiap kita harus taat kepada firman Tuhan. "Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal. Untuk itulah engkau telah dipanggil dan telah engkau ikrarkan ikrar yang benar di depan banyak saksi." (1 Timotius 6:12).
Karena setiap hari adalah sebuah pertandingan iman, maka kita harus beribadah kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh dan melayani Dia dengan roh yang menyala-nyala, sebab kita harus berlomba sampai garis akhir untuk memenuhi rencana Tuhan dalam hidup kita, sebagaimana yang Rasul Paulus teladankan: "Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya." (2 Timotius 4:7-8). Dalam pertandingan iman ini setiap pemenang akan memperoleh mahkota yang kekal, bukan mahkota fana, seperti yang diraih oleh para olahragawan dunia. Maka dari itu, kita berjuang sedemikian rupa demi meraih kemenangan dan mendapatkan mahkota kekal itu.
Ingat! Kita tidak dapat bertanding dengan maksimal bila kita masih memikul beban dan menyimpan dosa. Beban harus ditanggalkan dan dosa harus dibereskan! Jika tidak, hal itu akan merintangi langkah kita dalam berlari menuju garis akhir. "Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita." (Ibrani 12:1).
Waktu Tuhan sudah teramat dekat, jangan sampai kita kalah dalam pertandingan!
Baca: 1 Korintus 9:24-27
"Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya!" 1 Korintus 9:24
Banyak orang Kristen tak menyadari bahwa perjalanan hidup kita dalam mengiring Kristus itu ibarat sebuah pertandingan iman. Untuk memperoleh kemenangan dalam suatu pertandingan setiap peserta harus fokus pada tujuan atau garis finis. Selain itu, dalam pertandingan iman setiap peserta harus menaati aturan-aturan pertandingan, bila melanggar pasti akan didiskualifikasi. Aturan itu adalah firman Tuhan. Jadi, setiap kita harus taat kepada firman Tuhan. "Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal. Untuk itulah engkau telah dipanggil dan telah engkau ikrarkan ikrar yang benar di depan banyak saksi." (1 Timotius 6:12).
Karena setiap hari adalah sebuah pertandingan iman, maka kita harus beribadah kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh dan melayani Dia dengan roh yang menyala-nyala, sebab kita harus berlomba sampai garis akhir untuk memenuhi rencana Tuhan dalam hidup kita, sebagaimana yang Rasul Paulus teladankan: "Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya." (2 Timotius 4:7-8). Dalam pertandingan iman ini setiap pemenang akan memperoleh mahkota yang kekal, bukan mahkota fana, seperti yang diraih oleh para olahragawan dunia. Maka dari itu, kita berjuang sedemikian rupa demi meraih kemenangan dan mendapatkan mahkota kekal itu.
Ingat! Kita tidak dapat bertanding dengan maksimal bila kita masih memikul beban dan menyimpan dosa. Beban harus ditanggalkan dan dosa harus dibereskan! Jika tidak, hal itu akan merintangi langkah kita dalam berlari menuju garis akhir. "Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita." (Ibrani 12:1).
Waktu Tuhan sudah teramat dekat, jangan sampai kita kalah dalam pertandingan!