Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 September 2019
Baca: Yeremia 1:4-19
"Sesungguhnya, Aku menaruh perkataan-perkataan-Ku ke dalam mulutmu. Ketahuilah, pada hari ini Aku mengangkat engkau atas bangsa-bangsa..." Yeremia 1:9-10
Di dalam diri setiap orang percaya ada panggilan Tuhan untuk sebuah rencana yang besar! Cara Tuhan memanggil tiap-tiap orang berbeda-beda. Demikian pula Yeremia, seorang muda yang dipanggil Tuhan untuk menjadi nabi bagi bangsa-bangsa. Pada awalnya Yeremia merasa ragu dan takut dengan kemampuan yang dimiliki karena merasa diri masih muda, belum cukup pengalaman, tapi firman Tuhan kembali meneguhkan dia, "Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal
engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan
engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa. Janganlah katakan: Aku ini masih muda, tetapi kepada siapapun engkau
Kuutus, haruslah engkau pergi, dan apapun yang Kuperintahkan kepadamu,
haruslah kausampaikan. Janganlah takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau..." (Yeremia 1:5, 7, 8).
Dengan panggilan Tuhan, seseorang akan menerima kekuatan untuk mengembangkan potensi diri di bawah pimpinan Roh Kudus. Itu adalah satu titik tolak seseorang untuk dipisahkan dari segala kecemaran dunia! "Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi
perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak
untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia." (2 Timotius 2:21). Dalam memanggil seseorang Tuhan tak melihat status, tak melihat rupa, tak melihat harta, "...manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati." (1 Samuel 16:7). Hati yang rela dan mau dibentuk itulah yang Tuhan cari. Saat seorang menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, sesungguhnya hal itu merupakan awal sebuah panggilan Tuhan.
Tuhan memanggil kita untuk menjalankan fungsi di dunia ini yaitu menjadi garam dan terang dunia (Matius 5:13-14). Dunia saat ini sedang diliputi dengan kegelapan yang teramat pekat, karena itu dunia membutuhkan para pembawa terang. Kristus adalah Terang dunia (Yohanes 8:12), dan sebagai pengikut Kristus, kita adalah anak-anak terang, "Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang," (Efesus 5:8).
Orang percaya dipanggil untuk menjadi berkat bagi dunia ini!
Monday, September 30, 2019
Sunday, September 29, 2019
BERTINDAKLAH... JANGAN CIUT HATI
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 September 2019
Baca: Mazmur 40:1-18
"Berbahagialah orang, yang menaruh kepercayaannya pada TUHAN," Mazmur 40:5
Daud membuat keputusan yang sangat bijak saat ia sedang dalam keadaan terjepit, yaitu lari kepada Tuhan dan berharap pertolongan dari-Nya. Ia menyadari bahwa sekuat apa pun, sehebat apa pun dia, dan sepintar apa pun otaknya, manusia tetaplah penuh keterbatasan. Karena itu Daud tahu benar dan sangat yakin bahwa janji Tuhan bukanlah seperti janji manusia, yang begitu mudah berubah dan seringkali tak ditepati, sedangkan janji Tuhan adalah ya dan amin, bukan sekedar meninabobokkan atau halusinasi. "Janji TUHAN adalah janji yang murni, bagaikan perak yang teruji, tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah." (Mazmur 12:7). Itulah sebabnya Daud tidak pernah berhenti untuk berharap kepada Tuhan, "Aku sangat menanti-nantikan TUHAN; lalu Ia menjenguk kepadaku dan mendengar teriakku minta tolong." (Mazmur 40:2).
Melalui pengalaman hidup dari Daud ini hendaknya iman dan roh kita semakin diteguhkan di dalam Tuhan dan semangat kita dalam menjalani hdiup ini kembali bangkit, sekalipun ujian dan tantangan menghadang langkah kita. Kita harus punya keyakinan bahwa semakin besar tantangan yang kita hadapi semakin besar pula mujizat yang akan kita peroleh dari Tuhan. Agar janji Tuhan itu kita dapatkan, kita harus bertindak dengan iman untuk meraihnya, bukan ciut hati. Jangan seperti 10 orang pengintai, dari 12 orang diutus Musa, yang hatinya langsung ciut, pesimis, dan langsung menyerah sebelum berperang. Jadilah seperti Kaleb dan Yosua yang memiliki keberanian untuk menghadapi musuh di kala semua orang mengalami ketakutan. "...Kaleb mencoba menenteramkan hati bangsa itu di hadapan Musa, katanya: 'Tidak! Kita akan maju dan menduduki negeri itu, sebab kita pasti akan mengalahkannya!'" (Bilangan 13:30).
Keberanian Kaleb dan Yosua ini bukanlah tindakan yang nekat dan tanpa alasan, karena mereka tahu benar bahwa Tuhanlah yang akan menyertai mereka dan bersama Tuhan segala sesuatu pasti berhasil. Perhatikan pernyataan iman Daud ini, "Banyaklah yang telah Kaulakukan, ya TUHAN, Allahku, perbuatan-Mu yang ajaib dan maksud-Mu untuk kami. Tidak ada yang dapat disejajarkan dengan Engkau! Aku mau memberitakan dan mengatakannya, tetapi terlalu besar jumlahnya untuk dihitung." (Mazmur 40:6).
Tuhan adalah satu-satunya sumber pengharapan kita! Tak perlu kita ciut hati.
Baca: Mazmur 40:1-18
"Berbahagialah orang, yang menaruh kepercayaannya pada TUHAN," Mazmur 40:5
Daud membuat keputusan yang sangat bijak saat ia sedang dalam keadaan terjepit, yaitu lari kepada Tuhan dan berharap pertolongan dari-Nya. Ia menyadari bahwa sekuat apa pun, sehebat apa pun dia, dan sepintar apa pun otaknya, manusia tetaplah penuh keterbatasan. Karena itu Daud tahu benar dan sangat yakin bahwa janji Tuhan bukanlah seperti janji manusia, yang begitu mudah berubah dan seringkali tak ditepati, sedangkan janji Tuhan adalah ya dan amin, bukan sekedar meninabobokkan atau halusinasi. "Janji TUHAN adalah janji yang murni, bagaikan perak yang teruji, tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah." (Mazmur 12:7). Itulah sebabnya Daud tidak pernah berhenti untuk berharap kepada Tuhan, "Aku sangat menanti-nantikan TUHAN; lalu Ia menjenguk kepadaku dan mendengar teriakku minta tolong." (Mazmur 40:2).
Melalui pengalaman hidup dari Daud ini hendaknya iman dan roh kita semakin diteguhkan di dalam Tuhan dan semangat kita dalam menjalani hdiup ini kembali bangkit, sekalipun ujian dan tantangan menghadang langkah kita. Kita harus punya keyakinan bahwa semakin besar tantangan yang kita hadapi semakin besar pula mujizat yang akan kita peroleh dari Tuhan. Agar janji Tuhan itu kita dapatkan, kita harus bertindak dengan iman untuk meraihnya, bukan ciut hati. Jangan seperti 10 orang pengintai, dari 12 orang diutus Musa, yang hatinya langsung ciut, pesimis, dan langsung menyerah sebelum berperang. Jadilah seperti Kaleb dan Yosua yang memiliki keberanian untuk menghadapi musuh di kala semua orang mengalami ketakutan. "...Kaleb mencoba menenteramkan hati bangsa itu di hadapan Musa, katanya: 'Tidak! Kita akan maju dan menduduki negeri itu, sebab kita pasti akan mengalahkannya!'" (Bilangan 13:30).
Keberanian Kaleb dan Yosua ini bukanlah tindakan yang nekat dan tanpa alasan, karena mereka tahu benar bahwa Tuhanlah yang akan menyertai mereka dan bersama Tuhan segala sesuatu pasti berhasil. Perhatikan pernyataan iman Daud ini, "Banyaklah yang telah Kaulakukan, ya TUHAN, Allahku, perbuatan-Mu yang ajaib dan maksud-Mu untuk kami. Tidak ada yang dapat disejajarkan dengan Engkau! Aku mau memberitakan dan mengatakannya, tetapi terlalu besar jumlahnya untuk dihitung." (Mazmur 40:6).
Tuhan adalah satu-satunya sumber pengharapan kita! Tak perlu kita ciut hati.
Saturday, September 28, 2019
MILIKILAH RASA HORMAT KEPADA TUHAN!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 September 2019
Baca: Maleakhi 3:13-18
"TUHAN memperhatikan dan mendengarnya; sebuah kitab peringatan ditulis di hadapan-Nya bagi orang-orang yang takut akan TUHAN dan bagi orang-orang yang menghormati nama-Nya." Maleakhi 3:16
Secara tidak sadar kita seringkali tidak menghargai dan menghormati Tuhan di dalam hidup ini. Salah satu contoh kecilnya adalah kita tidak pernah mengikutsertakan Tuhan dalam setiap rencana hidup dan langkah-langkah kita. Barulah setelah menemui jalan buntu dan mendapati banyak masalah, kita ingat Tuhan! Bukannya menyadari kesalahan kita, tapi kita justru menyalahkan Tuhan atas kegagalan yang kita alami. Tidak itu saja! Kita juga seringkali mengabaikan dan meremehkan jam-jam ibadah! "Enam hari lamanya boleh dilakukan pekerjaan, tetapi pada hari yang ketujuh haruslah ada perhentian kudus bagimu, yakni sabat, hari perhentian penuh bagi TUHAN;" (Keluaran 35:2).
Karena merasa iri hati dan cemburu terhadap orang-orang di luar Tuhan yang seolah-olah hidupnya mujur dan beruntung, timbul kekecewaan dan ketidakpuasan di dalam diri, lalu kita tidak lagi mau berdoa, tak mau baca Alkitab, tak mau turut terlibat dalam pelayanan pekerjaan Tuhan: "Adalah sia-sia beribadah kepada Allah. Apakah untungnya kita memelihara apa yang harus dilakukan terhadap-Nya dan berjalan dengan pakaian berkabung di hadapan TUHAN semesta alam?" (Maleakhi 3:14). Pemazmur menasihati, "Jangan marah karena orang yang berbuat jahat, jangan iri hati kepada orang yang berbuat curang; sebab mereka segera lisut seperti rumput dan layu seperti tumbuh-tumbuhan hijau. Percayalah kepada TUHAN dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia, dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu." (Mazmur 37:1-4).
Milikilah rasa hormat kepada Tuhan! Jangan sampai kita memberontak kepada Tuhan karena hal itu merupakan kekejian di hadapan-Nya. Sudah tahu kebenaran tapi tidak hidup dalam kebenaran sama artinya kita tidak menghormati Tuhan dan firman-Nya. Tuhan sangat marah terhadap orang-orang yang tidak menghormati-Nya, "Bicaramu kurang ajar tentang Aku, firman TUHAN." (Maleakhi 3:13).
"Sebab siapa yang menghormati Aku, akan Kuhormati, tetapi siapa yang menghina Aku, akan dipandang rendah." 1 Samuel 2:30b
Baca: Maleakhi 3:13-18
"TUHAN memperhatikan dan mendengarnya; sebuah kitab peringatan ditulis di hadapan-Nya bagi orang-orang yang takut akan TUHAN dan bagi orang-orang yang menghormati nama-Nya." Maleakhi 3:16
Secara tidak sadar kita seringkali tidak menghargai dan menghormati Tuhan di dalam hidup ini. Salah satu contoh kecilnya adalah kita tidak pernah mengikutsertakan Tuhan dalam setiap rencana hidup dan langkah-langkah kita. Barulah setelah menemui jalan buntu dan mendapati banyak masalah, kita ingat Tuhan! Bukannya menyadari kesalahan kita, tapi kita justru menyalahkan Tuhan atas kegagalan yang kita alami. Tidak itu saja! Kita juga seringkali mengabaikan dan meremehkan jam-jam ibadah! "Enam hari lamanya boleh dilakukan pekerjaan, tetapi pada hari yang ketujuh haruslah ada perhentian kudus bagimu, yakni sabat, hari perhentian penuh bagi TUHAN;" (Keluaran 35:2).
Karena merasa iri hati dan cemburu terhadap orang-orang di luar Tuhan yang seolah-olah hidupnya mujur dan beruntung, timbul kekecewaan dan ketidakpuasan di dalam diri, lalu kita tidak lagi mau berdoa, tak mau baca Alkitab, tak mau turut terlibat dalam pelayanan pekerjaan Tuhan: "Adalah sia-sia beribadah kepada Allah. Apakah untungnya kita memelihara apa yang harus dilakukan terhadap-Nya dan berjalan dengan pakaian berkabung di hadapan TUHAN semesta alam?" (Maleakhi 3:14). Pemazmur menasihati, "Jangan marah karena orang yang berbuat jahat, jangan iri hati kepada orang yang berbuat curang; sebab mereka segera lisut seperti rumput dan layu seperti tumbuh-tumbuhan hijau. Percayalah kepada TUHAN dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia, dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu." (Mazmur 37:1-4).
Milikilah rasa hormat kepada Tuhan! Jangan sampai kita memberontak kepada Tuhan karena hal itu merupakan kekejian di hadapan-Nya. Sudah tahu kebenaran tapi tidak hidup dalam kebenaran sama artinya kita tidak menghormati Tuhan dan firman-Nya. Tuhan sangat marah terhadap orang-orang yang tidak menghormati-Nya, "Bicaramu kurang ajar tentang Aku, firman TUHAN." (Maleakhi 3:13).
"Sebab siapa yang menghormati Aku, akan Kuhormati, tetapi siapa yang menghina Aku, akan dipandang rendah." 1 Samuel 2:30b
Friday, September 27, 2019
UPAH BESAR MENANTI
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 September 2019
Baca: Ibrani 10:32-39
"Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya." Ibrani 10:35
Jangan pernah hitung-hitungan dengan Tuhan! Selagi tubuh kita masih sehat, selagi ada kesempatan, mari kita maksimalkan semua potensi yang ada di dalam diri untuk melayani Tuhan dan melakukan yang terbaik bagi Dia. "Dalam tiap jerih payah ada keuntungan," (Amsal 14:23). Tuhan menyediakan upah bagi setiap orang yang all out bagi Dia!
Kita harus bisa membedakan antara upah dan keselamatan! Alkitab menyatakan, "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri." (Efesus 2:8-9). Keselamatan diberikan kepada orang percaya dengan cuma-cuma karena iman kita kepada Kristus, bukan hasil usaha kita, bukan karena perjuangan kita, bukan karena perbuatan baik kita, melainkan pemberian dari Tuhan, oleh karena kasih karunia-Nya semata. Sedangkan untuk mendapatkan upah ada 'harga' yang harus kita bayar, kita harus berjuang, kita harus berusaha, kita harus bekerja keras untuk mendapatkannya. Hal upah ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu upah selama di bumi dan upah di sorga. Alkitab menyatakan bahwa orang benar tidak pernah ditinggalkan Tuhan (Mazmur 37:25) dan diberkati Tuhan (Mazmur 112:1-3), artinya Tuhan menjamin kehidupan orang benar selama hidup di bumi; dan ketika sampai di sorga nanti, orang benar juga akan mendapatkan upahnya lagi dari Tuhan: mahkota kehidupan (Yakobus 1:12), mahkota sukacita/kemegahan (1 Tesalonika 2:9-10), mahkota kebenaran (2 Timotius 4:8), mahkota kemuliaan (1 Petrus 5:4), dan berkat-berkat sorga lainnya.
Seberat apa pun tantangan yang harus kita hadapi di dunia ini, kita harus mampu bertahan dalam penderitaan, sebab hidup kekristenan adalah hidup di medan peperangan: berperang melawan Iblis dan berperang melawan dunia dengan segala keinginannya. Tidak ada jalan selain kita harus selalu berjaga-jaga dan berdoa setiap saat, sebab Iblis selalu berjalan keliling mencari orang yang dapat ditelannya (1 Petrus 5:8). Selain itu kita harus terus bertekun di dalam Tuhan (Ibrani 10:36).
Rugi besar bila kita bermain-main dengan kehidupan kekristenan kita, karena ada upah besar Tuhan sediakan bagi orang yang hidup sungguh-sungguh di dalam Dia.
Baca: Ibrani 10:32-39
"Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya." Ibrani 10:35
Jangan pernah hitung-hitungan dengan Tuhan! Selagi tubuh kita masih sehat, selagi ada kesempatan, mari kita maksimalkan semua potensi yang ada di dalam diri untuk melayani Tuhan dan melakukan yang terbaik bagi Dia. "Dalam tiap jerih payah ada keuntungan," (Amsal 14:23). Tuhan menyediakan upah bagi setiap orang yang all out bagi Dia!
Kita harus bisa membedakan antara upah dan keselamatan! Alkitab menyatakan, "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri." (Efesus 2:8-9). Keselamatan diberikan kepada orang percaya dengan cuma-cuma karena iman kita kepada Kristus, bukan hasil usaha kita, bukan karena perjuangan kita, bukan karena perbuatan baik kita, melainkan pemberian dari Tuhan, oleh karena kasih karunia-Nya semata. Sedangkan untuk mendapatkan upah ada 'harga' yang harus kita bayar, kita harus berjuang, kita harus berusaha, kita harus bekerja keras untuk mendapatkannya. Hal upah ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu upah selama di bumi dan upah di sorga. Alkitab menyatakan bahwa orang benar tidak pernah ditinggalkan Tuhan (Mazmur 37:25) dan diberkati Tuhan (Mazmur 112:1-3), artinya Tuhan menjamin kehidupan orang benar selama hidup di bumi; dan ketika sampai di sorga nanti, orang benar juga akan mendapatkan upahnya lagi dari Tuhan: mahkota kehidupan (Yakobus 1:12), mahkota sukacita/kemegahan (1 Tesalonika 2:9-10), mahkota kebenaran (2 Timotius 4:8), mahkota kemuliaan (1 Petrus 5:4), dan berkat-berkat sorga lainnya.
Seberat apa pun tantangan yang harus kita hadapi di dunia ini, kita harus mampu bertahan dalam penderitaan, sebab hidup kekristenan adalah hidup di medan peperangan: berperang melawan Iblis dan berperang melawan dunia dengan segala keinginannya. Tidak ada jalan selain kita harus selalu berjaga-jaga dan berdoa setiap saat, sebab Iblis selalu berjalan keliling mencari orang yang dapat ditelannya (1 Petrus 5:8). Selain itu kita harus terus bertekun di dalam Tuhan (Ibrani 10:36).
Rugi besar bila kita bermain-main dengan kehidupan kekristenan kita, karena ada upah besar Tuhan sediakan bagi orang yang hidup sungguh-sungguh di dalam Dia.
Thursday, September 26, 2019
MENGASIHI DUNIA: Ditolak Oleh Tuhan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 September 2019
Baca: Titus 2:11-15
"Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini..." Titus 2:12
Salah satu cara yang Iblis lakukan untuk memperhamba manusia adalah dengan mengiming-imingi dan menawarkan dunia ini dengan segala keindahan, kemilau dan kenikmatannya, supaya hati manusia condong kepada dunia ini, hidup menurut keinginan-keinginan duniawi, dan menjalani hidup kekristenannya ala kadarnya. Ibadahnya kepada Tuhan tak lebih dari sekedar rutinitas mingguan, "...mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan," (Yesaya 29:13). Tak ada waktu untuk bersaat teduh, tak ada waktu untuk membaca dan merenungkan firman Tuhan! Dari pagi hingga larut malam tenaga dan waktunya terkuras untuk mengejar materi semata: bagaimana bisa mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya, bagaimana menambah harta kekayaannya. Urusan Tuhan nanti saja! Kalau tidak sekarang, kapan lagi bisa menuruti segala keinginan dan menikmati indahnya dunia ini?
Seorang yang mengasihi dunia ini, "...kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu." (1 Yohanes 2:15), sebab "Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain." (Matius 6:24). Seorang yang mengasihi dunia, hidupnya dikendalikan oleh tiga keinginan: keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup (1 Yohanes 2:16). Ketika keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup menjadi tuan dalam hidup seseorang, secara otomatis ia akan diperbudak oleh dunia ini. Mustahil seorang dapat mengasihi Tuhan dengan sepenuh hati selama ia belum mau menyalibkan kedagingannya.
Seorang yang mengasihi dunia menjadikan dirinya musuh Tuhan! Ia bisa saja berlimpah harta kekayaan (hidup nyaman), menjadi orang berhasil dan terkenal, tapi hidupnya akan berakhir tragis, sebab ia akan ditolak Tuhan, mengalami kebinasaan kekal.
Orang yang mengasihi Tuhan dan melakukan kehendak-Nya tetap hidup selamanya!
Baca: Titus 2:11-15
"Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini..." Titus 2:12
Salah satu cara yang Iblis lakukan untuk memperhamba manusia adalah dengan mengiming-imingi dan menawarkan dunia ini dengan segala keindahan, kemilau dan kenikmatannya, supaya hati manusia condong kepada dunia ini, hidup menurut keinginan-keinginan duniawi, dan menjalani hidup kekristenannya ala kadarnya. Ibadahnya kepada Tuhan tak lebih dari sekedar rutinitas mingguan, "...mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan," (Yesaya 29:13). Tak ada waktu untuk bersaat teduh, tak ada waktu untuk membaca dan merenungkan firman Tuhan! Dari pagi hingga larut malam tenaga dan waktunya terkuras untuk mengejar materi semata: bagaimana bisa mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya, bagaimana menambah harta kekayaannya. Urusan Tuhan nanti saja! Kalau tidak sekarang, kapan lagi bisa menuruti segala keinginan dan menikmati indahnya dunia ini?
Seorang yang mengasihi dunia ini, "...kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu." (1 Yohanes 2:15), sebab "Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain." (Matius 6:24). Seorang yang mengasihi dunia, hidupnya dikendalikan oleh tiga keinginan: keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup (1 Yohanes 2:16). Ketika keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup menjadi tuan dalam hidup seseorang, secara otomatis ia akan diperbudak oleh dunia ini. Mustahil seorang dapat mengasihi Tuhan dengan sepenuh hati selama ia belum mau menyalibkan kedagingannya.
Seorang yang mengasihi dunia menjadikan dirinya musuh Tuhan! Ia bisa saja berlimpah harta kekayaan (hidup nyaman), menjadi orang berhasil dan terkenal, tapi hidupnya akan berakhir tragis, sebab ia akan ditolak Tuhan, mengalami kebinasaan kekal.
Orang yang mengasihi Tuhan dan melakukan kehendak-Nya tetap hidup selamanya!
Wednesday, September 25, 2019
JANGAN DISIMPAN...BUANGLAH!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 September 2019
Baca: 1 Petrus 2:1-10
"Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus," 1 Petrus
Tak bisa dibayangkan bila di rumah kita tidak ada tempat untuk membuang sampah atau kotoran rumah tangga. Sampah berserakan di mana-mana, belum lagi sisa makanan yang tidak segera dibuang pasti akan menimbulkan bau yang tidak sedap. Hal ini menimbulkan ketidaknyamanan! Jangan sekali-kali memandang remeh orang yang bekerja mengambil sampah di rumah kita, kalau tidak ada mereka, apakah kita sendiri mau membuangnya?
Ketika kita menginginkan sesuatu yang baik, maka hal-hal yang tidak baik atau 'sampah-sampah' yang masih ada di area hidup kita harus dibuang. Sayangnya, kita selalu punya seribu satu alasan untuk tetap menyimpan dan menyembunyikan sampah-sampah atau hal-hal yang kotor. Rasul Petrus menegaskan bahwa agar hidup kita dapat dipakai sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, kita harus berani membuang "...segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah." (1 Petrus 2:1). 1. Kejahatan. Kejahatan tidak hanya berkenaan dengan tindakan atau perbuatan secara fisik, tapi di dalam hati dan pikiran kita juga seringkali timbul niat-niat yang jahat. "Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar." (Mazmur 66:18). 2. Tipu muslihat. Walaupun dunia ini dipenuhi dengan tipu muslihat, orang percaya dituntut untuk tidak terbawa arus dunia ini, Tuhan mau kita hidup dalam ketulusan dan kejujuran. 3. Kemunafikan. Munafik bisa diartikan: bermuka dua, perkataannya berbeda dengan isi hatinya. Sudah tahu apa yang benar, sudah mengerti kebenaran, tapi tidak melakukannya. 4. Kedengkian. Jangan sampai kita menyimpan dengki di dalam hati! Selama masih ada dengki, jangan berharap Tuhan menjawab doa-doa kita. 5. Fitnah. Ingat! Hidup dan mati dikuasi oleh lidah. Karena itu lidah kita harus memperkatakan apa yang benar dan positif, jangan memperkatakan yang buruk tentang kelemahan dan kekurangan orang lain.
Tuhan tidak akan bisa menggenapi rencana-Nya dan memakai hidup kita untuk menjadi alat kemuliaan-Nya, selama masih ada 'sampah-sampah'.
Tuhan menghendaki kehidupan kita 'bersih' dari segala yang jahat, karena Dia sudah menebus hidup kita dan mengangkat kita dari lumpur dosa!
Baca: 1 Petrus 2:1-10
"Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus," 1 Petrus
Tak bisa dibayangkan bila di rumah kita tidak ada tempat untuk membuang sampah atau kotoran rumah tangga. Sampah berserakan di mana-mana, belum lagi sisa makanan yang tidak segera dibuang pasti akan menimbulkan bau yang tidak sedap. Hal ini menimbulkan ketidaknyamanan! Jangan sekali-kali memandang remeh orang yang bekerja mengambil sampah di rumah kita, kalau tidak ada mereka, apakah kita sendiri mau membuangnya?
Ketika kita menginginkan sesuatu yang baik, maka hal-hal yang tidak baik atau 'sampah-sampah' yang masih ada di area hidup kita harus dibuang. Sayangnya, kita selalu punya seribu satu alasan untuk tetap menyimpan dan menyembunyikan sampah-sampah atau hal-hal yang kotor. Rasul Petrus menegaskan bahwa agar hidup kita dapat dipakai sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, kita harus berani membuang "...segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah." (1 Petrus 2:1). 1. Kejahatan. Kejahatan tidak hanya berkenaan dengan tindakan atau perbuatan secara fisik, tapi di dalam hati dan pikiran kita juga seringkali timbul niat-niat yang jahat. "Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar." (Mazmur 66:18). 2. Tipu muslihat. Walaupun dunia ini dipenuhi dengan tipu muslihat, orang percaya dituntut untuk tidak terbawa arus dunia ini, Tuhan mau kita hidup dalam ketulusan dan kejujuran. 3. Kemunafikan. Munafik bisa diartikan: bermuka dua, perkataannya berbeda dengan isi hatinya. Sudah tahu apa yang benar, sudah mengerti kebenaran, tapi tidak melakukannya. 4. Kedengkian. Jangan sampai kita menyimpan dengki di dalam hati! Selama masih ada dengki, jangan berharap Tuhan menjawab doa-doa kita. 5. Fitnah. Ingat! Hidup dan mati dikuasi oleh lidah. Karena itu lidah kita harus memperkatakan apa yang benar dan positif, jangan memperkatakan yang buruk tentang kelemahan dan kekurangan orang lain.
Tuhan tidak akan bisa menggenapi rencana-Nya dan memakai hidup kita untuk menjadi alat kemuliaan-Nya, selama masih ada 'sampah-sampah'.
Tuhan menghendaki kehidupan kita 'bersih' dari segala yang jahat, karena Dia sudah menebus hidup kita dan mengangkat kita dari lumpur dosa!
Tuesday, September 24, 2019
UMUR MANUSIA TERAMAT SINGKAT
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 September 2019
Baca: Mazmur 103:15-18
"Adapun manusia, hari-harinya seperti rumput, seperti bunga di padang demikianlah ia berbunga;" Mazmur 103:15
Pemazmur menegaskan bahwa keberadaan manusia di dunia adalah sebentar saja! "...Adapun manusia, hari-harinya seperti rumput, seperti bunga di padang demikianlah ia berbunga; apabila angin melintasinya, maka tidak ada lagi ia, dan tempatnya tidak mengenalnya lagi." (Mazmur 103:15-16). Musa juga menggambarkan keadaan manusia "...seperti rumput yang bertumbuh, di waktu pagi berkembang dan bertumbuh, di waktu petang lisut dan layu." (Mazmur 90:5-6). Jelas sekali bahwa umur manusia itu singkat! "Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun," (Mazmur 90:10), bahkan kalau kita perhatikan di zaman sekarang ini tidak sedikit orang yang sudah 'berpulang' sebelum mereka mencapai umur 70 atau 80 tahun.
Karena umur manusia teramat singkat, "...sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap." (Yakobus 4:14), ada beberapa hal penting perlu diperhatikan: 1. Jangan pernah menyombongkan diri. Harta kekayaan, jabatan, reputasi, popularitas yang kita dapatkan di dunia ini sifatnya hanya sebentar saja, tak patut untuk dibangga-banggakan. Bahkan Alkitab menyatakan bahwa kekayaan yang dimiliki seseorang bisa sewaktu-waktu lenyap, "...karena tiba-tiba ia bersayap, lalu terbang ke angkasa seperti rajawali." (Amsal 23:5). Tuhan sangat menentang orang-orang yang congkak (Yakobus 4:6) dan membenci mata yang sombong (Amsal 6:17). 2. Kumpulkan harta di sorga. Apalah artinya seorang memiliki seluruh dunia ini tapi ia kehilangan nyawanya? (Matius 16:26). Waktu yang singkat ini biarlah kita pergunakan semaksimal mungkin untuk mengumpulkan harta di sorga, sebab "... di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya." (Matius 6:20).
Pengkhotbah menulis: "Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya. Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam;" (Pengkhotbah 3:1-2). Jangan pernah sia-siakan kesempatan yang ada, pergunakan waktu-waktu yang terbatas ini untuk membangun iman, meningkatkan ibadah dan melayani Tuhan sepenuh hati.
"Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi." Kolose 3:2
Baca: Mazmur 103:15-18
"Adapun manusia, hari-harinya seperti rumput, seperti bunga di padang demikianlah ia berbunga;" Mazmur 103:15
Pemazmur menegaskan bahwa keberadaan manusia di dunia adalah sebentar saja! "...Adapun manusia, hari-harinya seperti rumput, seperti bunga di padang demikianlah ia berbunga; apabila angin melintasinya, maka tidak ada lagi ia, dan tempatnya tidak mengenalnya lagi." (Mazmur 103:15-16). Musa juga menggambarkan keadaan manusia "...seperti rumput yang bertumbuh, di waktu pagi berkembang dan bertumbuh, di waktu petang lisut dan layu." (Mazmur 90:5-6). Jelas sekali bahwa umur manusia itu singkat! "Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun," (Mazmur 90:10), bahkan kalau kita perhatikan di zaman sekarang ini tidak sedikit orang yang sudah 'berpulang' sebelum mereka mencapai umur 70 atau 80 tahun.
Karena umur manusia teramat singkat, "...sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap." (Yakobus 4:14), ada beberapa hal penting perlu diperhatikan: 1. Jangan pernah menyombongkan diri. Harta kekayaan, jabatan, reputasi, popularitas yang kita dapatkan di dunia ini sifatnya hanya sebentar saja, tak patut untuk dibangga-banggakan. Bahkan Alkitab menyatakan bahwa kekayaan yang dimiliki seseorang bisa sewaktu-waktu lenyap, "...karena tiba-tiba ia bersayap, lalu terbang ke angkasa seperti rajawali." (Amsal 23:5). Tuhan sangat menentang orang-orang yang congkak (Yakobus 4:6) dan membenci mata yang sombong (Amsal 6:17). 2. Kumpulkan harta di sorga. Apalah artinya seorang memiliki seluruh dunia ini tapi ia kehilangan nyawanya? (Matius 16:26). Waktu yang singkat ini biarlah kita pergunakan semaksimal mungkin untuk mengumpulkan harta di sorga, sebab "... di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya." (Matius 6:20).
Pengkhotbah menulis: "Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya. Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam;" (Pengkhotbah 3:1-2). Jangan pernah sia-siakan kesempatan yang ada, pergunakan waktu-waktu yang terbatas ini untuk membangun iman, meningkatkan ibadah dan melayani Tuhan sepenuh hati.
"Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi." Kolose 3:2
Monday, September 23, 2019
TUHAN PRIORITAS UTAMA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 September 2019
Baca: Keluaran 36:1-7
"Mereka menerima dari pada Musa seluruh persembahan khusus, yang telah dibawa oleh orang Israel untuk melaksanakan pekerjaan mendirikan tempat kudus. Tetapi orang Israel itu masih terus membawa pemberian sukarela kepada Musa tiap-tiap pagi." Keluaran 36:3
Demi kelancaran pembangunan Bait Suci, orang-orang Israel dengan rela hati membawa persembahan secara sukarela kepada Musa. Persembahan tersebut mereka bawa kepada Musa tiap-tiap pagi. Mereka melakukan hal itu bukan karena terpaksa atau dipaksa oleh pihak lain, tapi benar-benar karena dorongan dari hati yang terdalam, sebagaimana yang Musa sampaikan: "Ambillah bagi TUHAN persembahan khusus dari barang kepunyaanmu; setiap orang yang terdorong hatinya harus membawanya sebagai persembahan khusus kepada TUHAN: emas, perak, tembaga," (Keluaran 35:5).
Kata keterangan 'tiap-tiap pagi' (ayat nas) menunjukkan bahwa mereka menempatkan kepentingan Tuhan (perkara rohani) sebagai prioritas yang utama sebelum mereka mengerjakan pekerjaan lain pada hari itu. Mereka tidak memberikan persembahan kepada Tuhan dari sisa-sisa berkat yang telah diterimanya, yang setelah dipotong untuk kebutuhan ini dan itu barulah dibawa kepada Musa untuk dipersembahkan, tapi benar-benar persembahan yang terbaik. Persembahan yang berkenan kepada Tuhan dan menyenangkan hati-Nya adalah persembahan yang didasari kerelaan hati dan kasih kepada Tuhan. "Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya." (Amsal 3:9-10).
Bila semua orang percaya menempatkan Tuhan sebagai prioritas hidupnya, sehingga mereka dengan rela hati mau berkorban waktu, tenaga, pikiran, dan bahkan materi untuk mendukung pekerjaan-Nya, maka bukan hanya Injil Kristus yang semakin diberitakan secara luas di muka bumi ini, hamba-hamba Tuhan pun dapat mengerjakan panggilan-Nya bekerja di ladang-Nya secara optimal.
Setiap orang memrioritaskan Tuhan di segala aspek kehidupannya akan memperoleh berkat yang berkelimpahan, "Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." Lukas 6:38b
Baca: Keluaran 36:1-7
"Mereka menerima dari pada Musa seluruh persembahan khusus, yang telah dibawa oleh orang Israel untuk melaksanakan pekerjaan mendirikan tempat kudus. Tetapi orang Israel itu masih terus membawa pemberian sukarela kepada Musa tiap-tiap pagi." Keluaran 36:3
Demi kelancaran pembangunan Bait Suci, orang-orang Israel dengan rela hati membawa persembahan secara sukarela kepada Musa. Persembahan tersebut mereka bawa kepada Musa tiap-tiap pagi. Mereka melakukan hal itu bukan karena terpaksa atau dipaksa oleh pihak lain, tapi benar-benar karena dorongan dari hati yang terdalam, sebagaimana yang Musa sampaikan: "Ambillah bagi TUHAN persembahan khusus dari barang kepunyaanmu; setiap orang yang terdorong hatinya harus membawanya sebagai persembahan khusus kepada TUHAN: emas, perak, tembaga," (Keluaran 35:5).
Kata keterangan 'tiap-tiap pagi' (ayat nas) menunjukkan bahwa mereka menempatkan kepentingan Tuhan (perkara rohani) sebagai prioritas yang utama sebelum mereka mengerjakan pekerjaan lain pada hari itu. Mereka tidak memberikan persembahan kepada Tuhan dari sisa-sisa berkat yang telah diterimanya, yang setelah dipotong untuk kebutuhan ini dan itu barulah dibawa kepada Musa untuk dipersembahkan, tapi benar-benar persembahan yang terbaik. Persembahan yang berkenan kepada Tuhan dan menyenangkan hati-Nya adalah persembahan yang didasari kerelaan hati dan kasih kepada Tuhan. "Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya." (Amsal 3:9-10).
Bila semua orang percaya menempatkan Tuhan sebagai prioritas hidupnya, sehingga mereka dengan rela hati mau berkorban waktu, tenaga, pikiran, dan bahkan materi untuk mendukung pekerjaan-Nya, maka bukan hanya Injil Kristus yang semakin diberitakan secara luas di muka bumi ini, hamba-hamba Tuhan pun dapat mengerjakan panggilan-Nya bekerja di ladang-Nya secara optimal.
Setiap orang memrioritaskan Tuhan di segala aspek kehidupannya akan memperoleh berkat yang berkelimpahan, "Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." Lukas 6:38b
Sunday, September 22, 2019
TAK LAGI ON FIRE MELAYANI TUHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 September 2019
Baca: Roma 12:9-21
"Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan." Roma 12:11
Seiring dengan berjalannya waktu, tidak sedikit orang Kristen yang mulai ogah dalam melayani pekerjaan Tuhan. Api di dalam diri yang sebelumnya begitu menyala-nyala perlahan meredup dan akhirnya menjadi padam. Apa penyebabnya? Ada yang merasa kecewa: "Aku sudah melayani pekerjaan Tuhan, tapi mengapa Tuhan belum juga memulihkan keluargaku?" Alkitab menyatakan bahwa Tuhan selalu memperhitungkan segala pekerjaan kita, "Sebab Allah bukan tidak adil, sehingga Ia lupa akan pekerjaanmu dan kasihmu yang kamu tunjukkan terhadap nama-Nya oleh pelayanan kamu kepada orang-orang kudus, yang masih kamu lakukan sampai sekarang." (Ibrani 6:10). Ada yang mogok pelayanan karena mengalami gesekan dengan Saudara seiman; ada yang tak lagi bersemangat melayani Tuhan karena tak tahan menghadapi ujian, tantangan, dan permasalahan hidup; tidak sedikit orang yang dengan sengaja menolak untuk terlibat dalam pelayanan karena sibuk dengan perkara-perkara duniawi.
Berhati-hatilah! Inilah celah yang dimanfaatkan Iblis untuk melemahkan dan menjatuhkan iman kita sehingga kita tidak lagi memiliki roh yang menyala-nyala bagi Tuhan. Kalau kita mengenal dengan benar siapa Tuhan kita, menyadari betapa besar anugerah keselamatan yang telah kita terima, memahami kehendak dan rencana Tuhan atas hidup kita, maka kita akan melayani Tuhan secara konsisten dan penuh semangat di segala situasi. Seringkali pula ketika seorang sedang terberkati secara materi, ia begitu menggebu-gebu melayani pekerjaan Tuhan, begitu keadaan terbalik atau tidak sesuai dengan yang diharapkan, pelayanan pun terkena dampaknya.
Bagaimana supaya kita tetap on fire bagi Tuhan? Pulihkan kembali persekutuan yang karib dengan Tuhan: "...karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan." (Wahyu 2:4-5). Milikilah semangat untuk melayani Tuhan, seperti rasul Paulus yang tak mengenal lelah dan terus berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi (Filipi 3:14).
Jerih lelah kita dalam melayani Tuhan tidak pernah sia-sia, diperhitungkan-Nya!
Baca: Roma 12:9-21
"Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan." Roma 12:11
Seiring dengan berjalannya waktu, tidak sedikit orang Kristen yang mulai ogah dalam melayani pekerjaan Tuhan. Api di dalam diri yang sebelumnya begitu menyala-nyala perlahan meredup dan akhirnya menjadi padam. Apa penyebabnya? Ada yang merasa kecewa: "Aku sudah melayani pekerjaan Tuhan, tapi mengapa Tuhan belum juga memulihkan keluargaku?" Alkitab menyatakan bahwa Tuhan selalu memperhitungkan segala pekerjaan kita, "Sebab Allah bukan tidak adil, sehingga Ia lupa akan pekerjaanmu dan kasihmu yang kamu tunjukkan terhadap nama-Nya oleh pelayanan kamu kepada orang-orang kudus, yang masih kamu lakukan sampai sekarang." (Ibrani 6:10). Ada yang mogok pelayanan karena mengalami gesekan dengan Saudara seiman; ada yang tak lagi bersemangat melayani Tuhan karena tak tahan menghadapi ujian, tantangan, dan permasalahan hidup; tidak sedikit orang yang dengan sengaja menolak untuk terlibat dalam pelayanan karena sibuk dengan perkara-perkara duniawi.
Berhati-hatilah! Inilah celah yang dimanfaatkan Iblis untuk melemahkan dan menjatuhkan iman kita sehingga kita tidak lagi memiliki roh yang menyala-nyala bagi Tuhan. Kalau kita mengenal dengan benar siapa Tuhan kita, menyadari betapa besar anugerah keselamatan yang telah kita terima, memahami kehendak dan rencana Tuhan atas hidup kita, maka kita akan melayani Tuhan secara konsisten dan penuh semangat di segala situasi. Seringkali pula ketika seorang sedang terberkati secara materi, ia begitu menggebu-gebu melayani pekerjaan Tuhan, begitu keadaan terbalik atau tidak sesuai dengan yang diharapkan, pelayanan pun terkena dampaknya.
Bagaimana supaya kita tetap on fire bagi Tuhan? Pulihkan kembali persekutuan yang karib dengan Tuhan: "...karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan." (Wahyu 2:4-5). Milikilah semangat untuk melayani Tuhan, seperti rasul Paulus yang tak mengenal lelah dan terus berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi (Filipi 3:14).
Jerih lelah kita dalam melayani Tuhan tidak pernah sia-sia, diperhitungkan-Nya!
Saturday, September 21, 2019
MENGAWALI DENGAN ROH: Mengakhiri Dengan Daging
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 September 2019
Baca: 1 Raja-Raja 11:1-13
"Sebab pada waktu Salomo sudah tua, isteri-isterinya itu mencondongkan hatinya kepada allah-allah lain, sehingga ia tidak dengan sepenuh hati berpaut kepada TUHAN," 1 Raja-Raja 11:4
Firman Tuhan memperingatkan orang percaya agar tidak sembarangan bergaul, harus selektif memilih teman. Mengapa? Jika kita salah bergaul akan berdampak buruk bagi kehidupan kita: "Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik." (1 Korintus 15:33), dan "Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang." (Amsal 13:20). Salomo (bahasa Ibrani: Shelomoh) memiliki arti: damai, yang nama lainnya adalah Yedija, yang berarti dikasihi oleh Tuhan, "...dan dengan perantaraan nabi Natan Ia menyuruh menamakan anak itu Yedija, oleh karena TUHAN." (2 Samuel 12:25), namun harus menuai akibat kesalahannya dalam bergaul, padahal melalui Salomo ini Tuhan menggenapi apa yang Ia janjikan kepada Daud (ayahnya): "Dialah yang akan mendirikan rumah bagi nama-Ku dan Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya untuk selama-lamanya. Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anak-Ku." (2 Samuel 7:13-14).
Tuhan selalu memperingatkan Salomo agar hidup menurut segala ketetapan-Nya. Inilah kunci untuk mengalami berkat-berkat Tuhan! Terbukti ketika Salomo taat, Tuhan memberkati dia secara luar biasa: "Raja Salomo melebihi semua raja di bumi dalam hal kekayaan dan hikmat." (1 Raja-Raja 10:23). Perlahan tapi pasti, dengan kekuasaan dan harta yang melimpah, membuat iman Salomo menjadi goyah. Ia melanggar ketetapan Tuhan untuk tidak bergaul, ia mencintai wanita-wanita bangsa Kanaan. "'Janganlah kamu bergaul dengan mereka dan merekapun janganlah bergaul dengan kamu, sebab sesungguhnya mereka akan mencondongkan hatimu kepada allah-allah mereka.' Hati Salomo telah terpaut kepada mereka dengan cinta." (1 Raja-Raja 11:2).
Salomo tak menghiraukan peringatan Tuhan, memilih kompromi dengan dosa. Ketika isteri-isterinya mendesak untuk membangun bukit-bukit pengorbanan bagi ilah-ilah mereka, Salomo tak kuasa menolaknya (1 Raja-Raja 11:7-8).
Karena Salomo tidak lagi taat kepada kehendak Tuhan, maka Tuhan pun mengoyakkan kerajaan yang dipimpinnya!
Baca: 1 Raja-Raja 11:1-13
"Sebab pada waktu Salomo sudah tua, isteri-isterinya itu mencondongkan hatinya kepada allah-allah lain, sehingga ia tidak dengan sepenuh hati berpaut kepada TUHAN," 1 Raja-Raja 11:4
Firman Tuhan memperingatkan orang percaya agar tidak sembarangan bergaul, harus selektif memilih teman. Mengapa? Jika kita salah bergaul akan berdampak buruk bagi kehidupan kita: "Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik." (1 Korintus 15:33), dan "Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang." (Amsal 13:20). Salomo (bahasa Ibrani: Shelomoh) memiliki arti: damai, yang nama lainnya adalah Yedija, yang berarti dikasihi oleh Tuhan, "...dan dengan perantaraan nabi Natan Ia menyuruh menamakan anak itu Yedija, oleh karena TUHAN." (2 Samuel 12:25), namun harus menuai akibat kesalahannya dalam bergaul, padahal melalui Salomo ini Tuhan menggenapi apa yang Ia janjikan kepada Daud (ayahnya): "Dialah yang akan mendirikan rumah bagi nama-Ku dan Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya untuk selama-lamanya. Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anak-Ku." (2 Samuel 7:13-14).
Tuhan selalu memperingatkan Salomo agar hidup menurut segala ketetapan-Nya. Inilah kunci untuk mengalami berkat-berkat Tuhan! Terbukti ketika Salomo taat, Tuhan memberkati dia secara luar biasa: "Raja Salomo melebihi semua raja di bumi dalam hal kekayaan dan hikmat." (1 Raja-Raja 10:23). Perlahan tapi pasti, dengan kekuasaan dan harta yang melimpah, membuat iman Salomo menjadi goyah. Ia melanggar ketetapan Tuhan untuk tidak bergaul, ia mencintai wanita-wanita bangsa Kanaan. "'Janganlah kamu bergaul dengan mereka dan merekapun janganlah bergaul dengan kamu, sebab sesungguhnya mereka akan mencondongkan hatimu kepada allah-allah mereka.' Hati Salomo telah terpaut kepada mereka dengan cinta." (1 Raja-Raja 11:2).
Salomo tak menghiraukan peringatan Tuhan, memilih kompromi dengan dosa. Ketika isteri-isterinya mendesak untuk membangun bukit-bukit pengorbanan bagi ilah-ilah mereka, Salomo tak kuasa menolaknya (1 Raja-Raja 11:7-8).
Karena Salomo tidak lagi taat kepada kehendak Tuhan, maka Tuhan pun mengoyakkan kerajaan yang dipimpinnya!
Friday, September 20, 2019
ADAKAH YANG MUSTAHIL BAGI TUHAN?
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 September 2019
Baca: 2 Raja-Raja 3:9-27
"Dan itupun adalah perkara ringan di mata TUHAN; juga orang Moab akan diserahkan-Nya ke dalam tanganmu." 2 Raja-Raja 3:18
Ketika Yoram (raja Israel), Yosafat (raja Yehuda) dan raja Edom bersepakat untuk menempuh perjalanan jauh dengan maksud hendak berperang melawan Moab, di tengah-tengah perjalanan sesuatu yang tak diinginkan terjadi, seperti tertulis: "...sesudah mereka berkeliling tujuh hari perjalanan jauhnya, maka tidak terdapat air untuk tentara dan untuk hewan yang mengikuti mereka." (ayat 9). Saat dalam kesukaran ini segeralah mereka menemui nabi Tuhan (Elisa), atas saran dari pegawai raja Israel, untuk meminta petunjuk dan pertolongan dari Tuhan. Respons Elisa melihat kedatangan mereka? Awal-awalnya Elisa sampai menolak, "Apakah urusanku dengan engkau? Pergilah kepada para nabi ayahmu dan kepada para nabi ibumu." (ayat 13a), tetapi karena di situ ada Yosafat (raja Yehuda), akhirnya hati Elisa pun menjadi luluh dan kemudian ia mengabulkan permintaan mereka. "...jika tidak karena Yosafat, raja Yehuda, maka sesungguhnya aku ini tidak akan memandang dan melihat kepadamu." (ayat 14).
Atas petunjuk Tuhan, Elisa memerintahkan mereka untuk memanggil pemetik kecapi: "Pada waktu pemetik kecapi itu bermain kecapi, maka kekuasaan TUHAN meliputi dia." (ayat 15). Memainkan kecapi (alat musik) ini berbicara tentang pujian dan penyembahan kepada Tuhan. Ketika puji-pujian dinaikkan, hati Tuhan disenangkan dan hadirat-Nya akan turun melawat umat-Nya, sebab "...Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel." (Mazmur 22:4); dan di mana ada lawatan Tuhan, sesuatu yang besar dan ajaib pasti dinyatakan di tengah-tengah umat-Nya.
Sementara kecapi dimainkan, Tuhan menyatakan kehendak-Nya, "Biarlah di lembah ini dibuat parit-parit," (2 Raja-Raja 3:16), meski secara kasat mata "Kamu tidak akan mendapat angin dan hujan, namun lembah ini akan penuh dengan air, sehingga kamu serta ternak sembelihan dan hewan pengangkut dapat minum." (ayat 17), bahkan mereka mendapatkan berkat ganda dari Tuhan, "...juga orang Moab akan diserahkan-Nya ke dalam tanganmu." (ayat 18b). Pergumulan hidup apa yang sedang Saudara alami?
Sekalipun masalah yang kita alami sepertinya tidak ada jalan keluar, di mata Tuhan itu perkara yang teramat ringan, karena Dia Mahasanggup dan Mahakuasa!
Baca: 2 Raja-Raja 3:9-27
"Dan itupun adalah perkara ringan di mata TUHAN; juga orang Moab akan diserahkan-Nya ke dalam tanganmu." 2 Raja-Raja 3:18
Ketika Yoram (raja Israel), Yosafat (raja Yehuda) dan raja Edom bersepakat untuk menempuh perjalanan jauh dengan maksud hendak berperang melawan Moab, di tengah-tengah perjalanan sesuatu yang tak diinginkan terjadi, seperti tertulis: "...sesudah mereka berkeliling tujuh hari perjalanan jauhnya, maka tidak terdapat air untuk tentara dan untuk hewan yang mengikuti mereka." (ayat 9). Saat dalam kesukaran ini segeralah mereka menemui nabi Tuhan (Elisa), atas saran dari pegawai raja Israel, untuk meminta petunjuk dan pertolongan dari Tuhan. Respons Elisa melihat kedatangan mereka? Awal-awalnya Elisa sampai menolak, "Apakah urusanku dengan engkau? Pergilah kepada para nabi ayahmu dan kepada para nabi ibumu." (ayat 13a), tetapi karena di situ ada Yosafat (raja Yehuda), akhirnya hati Elisa pun menjadi luluh dan kemudian ia mengabulkan permintaan mereka. "...jika tidak karena Yosafat, raja Yehuda, maka sesungguhnya aku ini tidak akan memandang dan melihat kepadamu." (ayat 14).
Atas petunjuk Tuhan, Elisa memerintahkan mereka untuk memanggil pemetik kecapi: "Pada waktu pemetik kecapi itu bermain kecapi, maka kekuasaan TUHAN meliputi dia." (ayat 15). Memainkan kecapi (alat musik) ini berbicara tentang pujian dan penyembahan kepada Tuhan. Ketika puji-pujian dinaikkan, hati Tuhan disenangkan dan hadirat-Nya akan turun melawat umat-Nya, sebab "...Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel." (Mazmur 22:4); dan di mana ada lawatan Tuhan, sesuatu yang besar dan ajaib pasti dinyatakan di tengah-tengah umat-Nya.
Sementara kecapi dimainkan, Tuhan menyatakan kehendak-Nya, "Biarlah di lembah ini dibuat parit-parit," (2 Raja-Raja 3:16), meski secara kasat mata "Kamu tidak akan mendapat angin dan hujan, namun lembah ini akan penuh dengan air, sehingga kamu serta ternak sembelihan dan hewan pengangkut dapat minum." (ayat 17), bahkan mereka mendapatkan berkat ganda dari Tuhan, "...juga orang Moab akan diserahkan-Nya ke dalam tanganmu." (ayat 18b). Pergumulan hidup apa yang sedang Saudara alami?
Sekalipun masalah yang kita alami sepertinya tidak ada jalan keluar, di mata Tuhan itu perkara yang teramat ringan, karena Dia Mahasanggup dan Mahakuasa!