Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Desember 2013 -
Baca: Yudas 1:17-23
"... bangunlah dirimu sendiri di atas dasar imanmu yang paling suci dan berdoalah dalam Roh Kudus." Yudas 20
Secara pasti kita telah berada di penghujung tahun 2013 dan jelas terlihat bahwa keadaan dunia ini semakin hari tidak bertambah baik, tetapi semakin buruk dan dipenuhi kejahatan. Kita pun mudah sekali terpancing dan terbawa arus dunia ini. Sekali lagi "...janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan." (Efesus 5:17).
Kata 'berdoa' menekanakan pada hubungan kita terhadap Tuhan. Bagi orang percaya doa adalah nafas hidup. Tanpa doa, kita akan mengalami 'kematian' rohani. Tanpa doa, kita akan gagal dalam berjaga-jaga sebab sumber kekuatan kita datangnya hanya dari Tuhan. Seringkali kita tekun berdoa hanya saat meminta sesuatu kepadaNya dengan menyodorkan segudang kebutuhan atau saat berada dalam masalah. Namun ketika segala sesuatunya berjalan dengan baik dan lancar kita malas dan ogah-ogahan berdoa. Berhati-hatilah! Ada banyak orang Kristen mengalami kejatuhan bukan dari banyaknya masalah yang dialami, tetapi justru saat mereka sedang diberkati dan segala sesuatunya baik, karena mereka merasa aman dalam segala hal sehingga akhirnya lengah. Ingat, kita tidak tahu apa yang akan terjadi di depan atau di kemudian hari. Bahaya selalu ada di sekeliling kita, "...Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya." (1 Petrus 5:8). Tidak ada jalan lain selain waspada, berjaga-jaga dan berdoa. Biarlah hari terakhir ini kita jadikan sebagai hari untuk merefleksikan diri dan merenungkan segala kasih dan kebaikan Tuhan dalam hidup ini seperti yang dilakukan oleh Samuel, di mana ia berhenti dan mendirikan suatu batu peringatan dengan menamainya 'Eben Haezer' yang artinya 'sampai di sini Tuhan menolong kita' (baca 1 Samuel 7:12).
Hanya karena pertolongan Tuhan semata kita dapat melewati hari-hari kita di sepanjang 2013. Tuhan tidak pernah membiarkan dan meninggalkan kita; Tuhan selalu ada di setiap musim hidup kita. "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti." (Mazmur 46:2).
Menghadapi dunia yang bergelora ini tidak ada jalan lain, kita harus makin melekat kepada Tuhan melalui doa-doa kita.
Tuesday, December 31, 2013
Monday, December 30, 2013
AKHIR ZAMAN: Berjagalah Senantiasa!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Desember 2013 -
Baca: Lukas 21:34-38
"Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia." Lukas 21:36
Hari-hari ini kita berada di masa-masa yang sukar menjelang kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus yang kian mendekat. Coba perhatikan dengan seksama keadaan dunia sekarang ini! Sudah sangat jelas bahwa semua yang sedang terjadi adalah tanda-tanda akhir zaman, sebagaimana tertulis di dalam Alkitab.
Sebagai orang percaya seharusnya kita makin peka rohani melihat hal ini. Firman Tuhan tiada henti-hentinya mengingatkan dan menasehati agar kita benar-benar memperhatikan bagaimana kita hidup, "...janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif," (Efesus 5:15). Jangan lagi kita bertindak sembrono dan menyia-nyiakan waktu yang ada. Sebaliknya kita harus mempergunakan waktu/kesempatan yang ada sebaik mungkin, sebab "Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat." (2 Petrus 3:9). Kita diminta senantiasa berjaga-jaga sambil berdoa. 'Berjaga-jaga' mengacu pada kehati-hatian kita bertindak dan berperilaku; berpikir begitu rupa, penuh kesadaran dan pertimbangan sebelum melakukan tindakan atau perbuatan supaya tidak menyimpang dari kebenaran, sebab Tuhan menghendaki kita memiliki gaya hidup yang 'berbeda' dari orang-orang dunia. Dengan kata lain kita tidak berperilaku sama seperti yang orang dunia lakukan. Tuhan berfirman, "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:2).
Jika orang dunia hidup menurut keinginan daging (hawa nafsunya), larut dalam pesta pora dan kemabukan, maka kehidupan orang percaya tidak boleh demikian. Kita harus hidup menurut pimpinan Roh Tuhan, sehingga kehidupan kita seturut kehendakNya.
Dengan berjaga-jaga kita tidak mudah jatuh terjerumus ke dalam berbagai percobaan yang ada.
Baca: Lukas 21:34-38
"Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia." Lukas 21:36
Hari-hari ini kita berada di masa-masa yang sukar menjelang kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus yang kian mendekat. Coba perhatikan dengan seksama keadaan dunia sekarang ini! Sudah sangat jelas bahwa semua yang sedang terjadi adalah tanda-tanda akhir zaman, sebagaimana tertulis di dalam Alkitab.
Sebagai orang percaya seharusnya kita makin peka rohani melihat hal ini. Firman Tuhan tiada henti-hentinya mengingatkan dan menasehati agar kita benar-benar memperhatikan bagaimana kita hidup, "...janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif," (Efesus 5:15). Jangan lagi kita bertindak sembrono dan menyia-nyiakan waktu yang ada. Sebaliknya kita harus mempergunakan waktu/kesempatan yang ada sebaik mungkin, sebab "Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat." (2 Petrus 3:9). Kita diminta senantiasa berjaga-jaga sambil berdoa. 'Berjaga-jaga' mengacu pada kehati-hatian kita bertindak dan berperilaku; berpikir begitu rupa, penuh kesadaran dan pertimbangan sebelum melakukan tindakan atau perbuatan supaya tidak menyimpang dari kebenaran, sebab Tuhan menghendaki kita memiliki gaya hidup yang 'berbeda' dari orang-orang dunia. Dengan kata lain kita tidak berperilaku sama seperti yang orang dunia lakukan. Tuhan berfirman, "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:2).
Jika orang dunia hidup menurut keinginan daging (hawa nafsunya), larut dalam pesta pora dan kemabukan, maka kehidupan orang percaya tidak boleh demikian. Kita harus hidup menurut pimpinan Roh Tuhan, sehingga kehidupan kita seturut kehendakNya.
Dengan berjaga-jaga kita tidak mudah jatuh terjerumus ke dalam berbagai percobaan yang ada.
Sunday, December 29, 2013
MENGERJAKAN KESELAMATAN: Menuju Ke Arah Kristus
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Desember 2013 -
Baca: 2 Timotius 1:3-18
"Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman" 2 Timotius 1:9
Keselamatan memiliki arti dilepaskan atau dibebaskan dari hukuman, kutuk dan akibat-akibat dosa lainnya. Keselamatan ini tidak dapat kita raih dengan kekuatan sendiri, misalnya dengan berbuat baik, beramal dan sebagainya. Hanya ada satu cara untuk memperoleh keselamatan yaitu dengan percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan menerima dia sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi. Namun proses keselamatan tidak hanya berhenti sampai di sini saja, atau sekali langsung selesai, tetapi harus dikerjakan terus-menerus di sepanjang hidup kita, karena keselamatan memiliki dua sisi yaitu sisi anugerah dan sisi ketaatan. "...karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir, karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya. (Filipi 2:12-13).
Adapun sasaran mengerjakan keselamatan ini adalah untuk menjadi serupa dengan Kristus, maka karakter kita pun harus berubah dan bertumbuh ke arah Dia, sebab "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." (1 Yohanes 2:6). Saat kita mengalami kelahiran baru yang berubah adalah roh kita, tetapi karakter, pola berpikir, kebiasaan kita belum berubah. Maka Tuhan menghendaki kita menghasilkan buah sesuai pertobatan kita (baca Matius 3:8), di sinilah terjadi perubahan manusia lama ke manusia baru. Tuhan adalah Sang Penjunan dan kita ini adalah tanah liatnya. Dia selalu punya cara untuk membentuk dan memurnikan kita.
Proses pembentukan Tuhan memang 'sakit' karena di dalamnya terkandung: penyangkalan diri, pikul salib dan komitmen untuk mengikut Dia sampai akhir hidup kita (baca Matius 16:24).
"Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara." Roma 8:29
Baca: 2 Timotius 1:3-18
"Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman" 2 Timotius 1:9
Keselamatan memiliki arti dilepaskan atau dibebaskan dari hukuman, kutuk dan akibat-akibat dosa lainnya. Keselamatan ini tidak dapat kita raih dengan kekuatan sendiri, misalnya dengan berbuat baik, beramal dan sebagainya. Hanya ada satu cara untuk memperoleh keselamatan yaitu dengan percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan menerima dia sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi. Namun proses keselamatan tidak hanya berhenti sampai di sini saja, atau sekali langsung selesai, tetapi harus dikerjakan terus-menerus di sepanjang hidup kita, karena keselamatan memiliki dua sisi yaitu sisi anugerah dan sisi ketaatan. "...karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir, karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya. (Filipi 2:12-13).
Adapun sasaran mengerjakan keselamatan ini adalah untuk menjadi serupa dengan Kristus, maka karakter kita pun harus berubah dan bertumbuh ke arah Dia, sebab "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." (1 Yohanes 2:6). Saat kita mengalami kelahiran baru yang berubah adalah roh kita, tetapi karakter, pola berpikir, kebiasaan kita belum berubah. Maka Tuhan menghendaki kita menghasilkan buah sesuai pertobatan kita (baca Matius 3:8), di sinilah terjadi perubahan manusia lama ke manusia baru. Tuhan adalah Sang Penjunan dan kita ini adalah tanah liatnya. Dia selalu punya cara untuk membentuk dan memurnikan kita.
Proses pembentukan Tuhan memang 'sakit' karena di dalamnya terkandung: penyangkalan diri, pikul salib dan komitmen untuk mengikut Dia sampai akhir hidup kita (baca Matius 16:24).
"Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara." Roma 8:29
Saturday, December 28, 2013
TUHAN YESUS DATANG KE DUNIA (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Desember 2013 -
Baca: Matius 1:18-25
"'Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel' -- yang berarti: Allah menyertai kita." Matius 1:23
Di dalam Kolose 1:13 dikatakan bahwa, "Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih; di dalam Dia kita memiliki penebusan kita, yaitu pengampunan dosa." (Kolose 1:13-14). Jelas sudah bahwa perbuatan baik itu tidak dapat meyelamatkan seseorang dari dosa. Perbuatan baik adalah buah dari keselamatan, bukan syarat untuk beroleh keselamatan kekal. Rasul Paulus pun menambahkan, "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri." (Efesus 2:8-9). Jadi kedatangan Yesus ke dunia adalah untuk mengemban misi penyelamatan dari bapa: menebus dosa dan menyelamatkan manusia dari penghukuman kekal. Dia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang (baca Matius 20:28). Tugas kita adalah membuka hati dan percaya kepadaNya, serta menerima keselamatan yang ditawarkan Tuhan. Jadi orang yang menolak Yesus berarti menolak Allah.
Selain itu Anak Manusia datang ke dunia untuk menyertai umatNya. Kata 'Imanuel' yang berarti Allah menyertai kita adalah janji Tuhan bagi orang yang percaya, dan penyertaanNya atas kita bukan hanya pada waktu-waktu tertentu, tapi di sepanjang musim hidup kita, bahkan Ia akan menyertai kita sampai kepada akhir zaman (baca Matius 28:20b). Oleh karena itu jangan pernah merasa sendiri dalam menghadapi pergumulan hidup ini. Tuhan berkata, "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." (Ibrani 13:5b), bahkan "...rambut kepalamupun terhitung semuanya." (Matius 10:30), bukti betapa Tuhan sangat mempedulikan kita.
Bagi umat Kristiani natal bukanlah sekedar seremonial atau tradisi tahunan yang identik dengan pesta, hadiah dan atraksi. Momen natal hendaknya menyadarkan kita akan besarnya kasih dan anugerah Allah bagi dunia ini.
Tiada hadiah terbesar dan terindah bagi dunia selain kehadiran Yesus Kristus, karena Dia datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa.
Baca: Matius 1:18-25
"'Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel' -- yang berarti: Allah menyertai kita." Matius 1:23
Di dalam Kolose 1:13 dikatakan bahwa, "Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih; di dalam Dia kita memiliki penebusan kita, yaitu pengampunan dosa." (Kolose 1:13-14). Jelas sudah bahwa perbuatan baik itu tidak dapat meyelamatkan seseorang dari dosa. Perbuatan baik adalah buah dari keselamatan, bukan syarat untuk beroleh keselamatan kekal. Rasul Paulus pun menambahkan, "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri." (Efesus 2:8-9). Jadi kedatangan Yesus ke dunia adalah untuk mengemban misi penyelamatan dari bapa: menebus dosa dan menyelamatkan manusia dari penghukuman kekal. Dia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang (baca Matius 20:28). Tugas kita adalah membuka hati dan percaya kepadaNya, serta menerima keselamatan yang ditawarkan Tuhan. Jadi orang yang menolak Yesus berarti menolak Allah.
Selain itu Anak Manusia datang ke dunia untuk menyertai umatNya. Kata 'Imanuel' yang berarti Allah menyertai kita adalah janji Tuhan bagi orang yang percaya, dan penyertaanNya atas kita bukan hanya pada waktu-waktu tertentu, tapi di sepanjang musim hidup kita, bahkan Ia akan menyertai kita sampai kepada akhir zaman (baca Matius 28:20b). Oleh karena itu jangan pernah merasa sendiri dalam menghadapi pergumulan hidup ini. Tuhan berkata, "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." (Ibrani 13:5b), bahkan "...rambut kepalamupun terhitung semuanya." (Matius 10:30), bukti betapa Tuhan sangat mempedulikan kita.
Bagi umat Kristiani natal bukanlah sekedar seremonial atau tradisi tahunan yang identik dengan pesta, hadiah dan atraksi. Momen natal hendaknya menyadarkan kita akan besarnya kasih dan anugerah Allah bagi dunia ini.
Tiada hadiah terbesar dan terindah bagi dunia selain kehadiran Yesus Kristus, karena Dia datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa.
Friday, December 27, 2013
TUJUAN YESUS DATANG KE DUNIA (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Desember 2013 -
Baca: Matius 1:18-25
"Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka." Matius 1:21
Natal adalah bukti nyata betapa sempurnanya kasih Allah kepada manusia. "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16). Pertanyaannya: untuk apa Yesus Kristus datang ke dunia dan menjadi manusia? Ayat nas menegaskan bahwa Dia datang untuk menyelamatkan umat manusia dari dosa. Kemudian timbullah pertanyaan dlam hati banyak orang: "Mana mungkin Allah menjadi manusia?" Jawabnya adalah tidak ada perkara yang mustahil bagi Dia, karena Allah adalah Mahakuasa.
Mengapa Allah harus turun ke dunia dan menjadi sama dengan manusia melalui pribadi Yesus Kristus? Karena tidak seorang pun manusia sanggup menyelesaikan persoalan dosanya, apa pun caranya. Adalah suatu anugerah yang luar biasa bila Yesus Kristus dengan kasihNya yang sempurna berkenan menebus dan menyelamatkan manusia dari dosa-dosa. Yesus Kristus adalah hadiah terindah bagi dunia. Jadi inisiatif keselamatan itu datangnya dari Allah sendiri; dan hanya melalui Yesus inilah manusia berdosa dapat diselamatkan. "Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan." (Kisah 4:12). Yesus datang ke dunia dengan membawa misi mulia "...untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang." (Lukas 19:10).
Siapa di antara kita yang merasa tidak berdosa? Sesungguhnya setiap manusia di belahan bumi mana pun membutuhkan Yesus dalam hidupnya. Kata 'Dialah' (ayat nas) adalah penegas bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan keselamatan bagi manusia sebagaimana yang Yesus katakan, "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." (Yohanes 14:6). Hal ini menunjukkan bahwa keselamatan tidak dapat diraih melalui perbuatan baik yang kita lakukan, sebab perbuatan baik tidak akan pernah dapat melunasi dosa yang kita perbuat, melainkan semata-mata oleh karena anugerah penyelamatan yang dikerjakan oleh Yesus Kristus bagi orang yang percaya kepadaNya. (Bersambung)
Baca: Matius 1:18-25
"Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka." Matius 1:21
Natal adalah bukti nyata betapa sempurnanya kasih Allah kepada manusia. "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16). Pertanyaannya: untuk apa Yesus Kristus datang ke dunia dan menjadi manusia? Ayat nas menegaskan bahwa Dia datang untuk menyelamatkan umat manusia dari dosa. Kemudian timbullah pertanyaan dlam hati banyak orang: "Mana mungkin Allah menjadi manusia?" Jawabnya adalah tidak ada perkara yang mustahil bagi Dia, karena Allah adalah Mahakuasa.
Mengapa Allah harus turun ke dunia dan menjadi sama dengan manusia melalui pribadi Yesus Kristus? Karena tidak seorang pun manusia sanggup menyelesaikan persoalan dosanya, apa pun caranya. Adalah suatu anugerah yang luar biasa bila Yesus Kristus dengan kasihNya yang sempurna berkenan menebus dan menyelamatkan manusia dari dosa-dosa. Yesus Kristus adalah hadiah terindah bagi dunia. Jadi inisiatif keselamatan itu datangnya dari Allah sendiri; dan hanya melalui Yesus inilah manusia berdosa dapat diselamatkan. "Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan." (Kisah 4:12). Yesus datang ke dunia dengan membawa misi mulia "...untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang." (Lukas 19:10).
Siapa di antara kita yang merasa tidak berdosa? Sesungguhnya setiap manusia di belahan bumi mana pun membutuhkan Yesus dalam hidupnya. Kata 'Dialah' (ayat nas) adalah penegas bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan keselamatan bagi manusia sebagaimana yang Yesus katakan, "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." (Yohanes 14:6). Hal ini menunjukkan bahwa keselamatan tidak dapat diraih melalui perbuatan baik yang kita lakukan, sebab perbuatan baik tidak akan pernah dapat melunasi dosa yang kita perbuat, melainkan semata-mata oleh karena anugerah penyelamatan yang dikerjakan oleh Yesus Kristus bagi orang yang percaya kepadaNya. (Bersambung)
Thursday, December 26, 2013
SUKACITA BAGI DUNIA (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Desember 2013 -
Baca: Lukas 2:8-20
"Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya." Lukas 2:14
Sesungguhnya kebahagiaan natal bukan dikarenakan mewah atau semaraknya perayaan, melainkan bagaimana sikap hati kita setelah bertemu dengan Yesus, Sang Juruselamat dunia itu. Karena itu patut bagi kita untuk meneladani sikap para gembala ini.
Setelah menerima kabar sukacita para gembala pun "...berkata seorang kepada yang lain: 'Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita.'" (ayat 15). Para gembala memiliki respons yang benar akan kedatangan Sang Juruselamat, sehingga tanpa menunda-nunda waktu mereka pun segera pergi ke Betlehem bukan sekedar ingin tahu, tetapi mereka memiliki kerinduan yang mendalam untuk bertemu dengan Yesus. Mereka pergi bukan dengan keterpaksaan, melainkan kerelaan dan dipenuhi sukacita. Sukacita mereka bukan berasal dari dunia tapi dari sorga. Inilah sukacita sejati! Mereka mengalami sukacita sejati karena telah bertemu secara pribadi dengan Sang Juruselamat. Setelah bertemu Yesus gembala-gembala itu tidak tinggal diam. Sukacita yang mereka peroleh tidak mereka nikmati sendiri tetapi mereka bagikan kepada orang lain. "Dan ketika mereka melihat-Nya, mereka memberitahukan apa yang telah dikatakan kepada mereka tentang Anak itu." (ayat 17).
Inilah yang Tuhan kehendaki bagi kita yaitu menjadi saksi-saksiNya di tengah dunia ini. Bersaksi tentang Yesus, Sang Juruselamat, supaya orang-orang yang belum mengenal Dia juga diselamatkan. Untuk bersaksi dan memberitakan Injil tidak harus menjadi pendeta, pengkotbah atau masuk sekolah teologia terlebih dahulu. Apa pun pekerjaan dan profesi kita, di mana pun dan kapan pun waktunya, kita bisa menjadi saksi-saksi Kristus. Kesaksian yang efektif adalah melalui kehidupan kita sehari-hari yang bisa menjadi berkat bagi orang-orang di sekitar kita. Sayang sekali apabila orang Kristen tidak bisa menjadi berkat, malahan sebaliknya menjadi batu sandungan bagi banyak orang oleh karena perbuatan mereka yang tidak jauh berbeda dari orang-orang dunia.
Kelahiran Yesus Kristus membawa sukacita sejati bagi setiap orang percaya kepadaNya, karena di dalam Dia ada keselamatan!
Baca: Lukas 2:8-20
"Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya." Lukas 2:14
Sesungguhnya kebahagiaan natal bukan dikarenakan mewah atau semaraknya perayaan, melainkan bagaimana sikap hati kita setelah bertemu dengan Yesus, Sang Juruselamat dunia itu. Karena itu patut bagi kita untuk meneladani sikap para gembala ini.
Setelah menerima kabar sukacita para gembala pun "...berkata seorang kepada yang lain: 'Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita.'" (ayat 15). Para gembala memiliki respons yang benar akan kedatangan Sang Juruselamat, sehingga tanpa menunda-nunda waktu mereka pun segera pergi ke Betlehem bukan sekedar ingin tahu, tetapi mereka memiliki kerinduan yang mendalam untuk bertemu dengan Yesus. Mereka pergi bukan dengan keterpaksaan, melainkan kerelaan dan dipenuhi sukacita. Sukacita mereka bukan berasal dari dunia tapi dari sorga. Inilah sukacita sejati! Mereka mengalami sukacita sejati karena telah bertemu secara pribadi dengan Sang Juruselamat. Setelah bertemu Yesus gembala-gembala itu tidak tinggal diam. Sukacita yang mereka peroleh tidak mereka nikmati sendiri tetapi mereka bagikan kepada orang lain. "Dan ketika mereka melihat-Nya, mereka memberitahukan apa yang telah dikatakan kepada mereka tentang Anak itu." (ayat 17).
Inilah yang Tuhan kehendaki bagi kita yaitu menjadi saksi-saksiNya di tengah dunia ini. Bersaksi tentang Yesus, Sang Juruselamat, supaya orang-orang yang belum mengenal Dia juga diselamatkan. Untuk bersaksi dan memberitakan Injil tidak harus menjadi pendeta, pengkotbah atau masuk sekolah teologia terlebih dahulu. Apa pun pekerjaan dan profesi kita, di mana pun dan kapan pun waktunya, kita bisa menjadi saksi-saksi Kristus. Kesaksian yang efektif adalah melalui kehidupan kita sehari-hari yang bisa menjadi berkat bagi orang-orang di sekitar kita. Sayang sekali apabila orang Kristen tidak bisa menjadi berkat, malahan sebaliknya menjadi batu sandungan bagi banyak orang oleh karena perbuatan mereka yang tidak jauh berbeda dari orang-orang dunia.
Kelahiran Yesus Kristus membawa sukacita sejati bagi setiap orang percaya kepadaNya, karena di dalam Dia ada keselamatan!
Wednesday, December 25, 2013
SUKACITA BAGI DUNIA (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Desember 2013 -
Baca: Lukas 2:8-20
"Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud." Lukas 2:11
Natal telah tiba! Hari ini seluruh umat Kristiani di seluruh penjuru bumi diliputi sukacita, karena kita kembali beroleh kesempatan merayakan natal. Semarak lagu-lagu natal sudah kita dengar di berbagai tempat sejak minggu-minggu kemarin, baik itu di pusat-pusat perbelanjaan, hotel dan sebagainya. Terlebih lagi gereja-gereja tak kalah antusias merias diri, mulai dari pernak-pernik hingga berbagai atraksi yang telah dipersiapkan jauh-jauh hari guna menyambut momen yang sangat berbahagia ini, seperti latihan drama, paduan suara, gerak dan lagu, bahkan ada pula yang menggelar bazar atau pasar murah bagi jemaat. Seringkali waktu dan pikiran kita tersita hanya untuk menghias gereja dan mendisain acara natal semeriah mungkin, tapi kita lupa makna dari natal itu sendiri.
Biasanya suasana malam hari adalah sunyi senyap dan gelap gulita karena banyak orang sudah terlelap di balik selimutnya. Namun ada pemandangan yang berbeda di padang belantara, tempat di mana para gembala menjaga kawanan ternaknya pada suatu malam. Suatu tempat yang sama sekali tidak diperhitungkan oleh manusia, di mana biasanya hanya terdengar suara kambing domba mengembik, berubah menjadi gegap gempita. "Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan. Lalu kata malaikat itu kepada mereka: 'Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa:'" (Lukas 2:9-10).
Apakah yang sedang terjadi? Terang dari sorga meliputi tempat itu seiring datangnya malaikat Tuhan membawa kabar sukacita bahwa telah lahir Sang Juruselamat yaitu Yesus Kristus di kota Daud. Uniknya orang yang pertama kali menerima kabar sukacita dari sorga ini bukanlah orang-orang yang ternama, berpangkat atau rohaniawan, tetapi orang-orang yang mungkin dipandang sebelah mata oleh dunia. Mereka adalah para gembala domba, sekelompok orang yang berstatus sosial rendah, kaum yang sama sekali tidak masuk perhitungan. Hal ini menunjukkan bahwa kedatangan Sang Juruselamat ke dunia bukan hanya untuk orang-orang atau golongan tertentu saja, melainkan juga untuk segala kaum bangsa tanpa memandang kulit dan juga status sosial. (Bersambung)
Baca: Lukas 2:8-20
"Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud." Lukas 2:11
Natal telah tiba! Hari ini seluruh umat Kristiani di seluruh penjuru bumi diliputi sukacita, karena kita kembali beroleh kesempatan merayakan natal. Semarak lagu-lagu natal sudah kita dengar di berbagai tempat sejak minggu-minggu kemarin, baik itu di pusat-pusat perbelanjaan, hotel dan sebagainya. Terlebih lagi gereja-gereja tak kalah antusias merias diri, mulai dari pernak-pernik hingga berbagai atraksi yang telah dipersiapkan jauh-jauh hari guna menyambut momen yang sangat berbahagia ini, seperti latihan drama, paduan suara, gerak dan lagu, bahkan ada pula yang menggelar bazar atau pasar murah bagi jemaat. Seringkali waktu dan pikiran kita tersita hanya untuk menghias gereja dan mendisain acara natal semeriah mungkin, tapi kita lupa makna dari natal itu sendiri.
Biasanya suasana malam hari adalah sunyi senyap dan gelap gulita karena banyak orang sudah terlelap di balik selimutnya. Namun ada pemandangan yang berbeda di padang belantara, tempat di mana para gembala menjaga kawanan ternaknya pada suatu malam. Suatu tempat yang sama sekali tidak diperhitungkan oleh manusia, di mana biasanya hanya terdengar suara kambing domba mengembik, berubah menjadi gegap gempita. "Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan. Lalu kata malaikat itu kepada mereka: 'Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa:'" (Lukas 2:9-10).
Apakah yang sedang terjadi? Terang dari sorga meliputi tempat itu seiring datangnya malaikat Tuhan membawa kabar sukacita bahwa telah lahir Sang Juruselamat yaitu Yesus Kristus di kota Daud. Uniknya orang yang pertama kali menerima kabar sukacita dari sorga ini bukanlah orang-orang yang ternama, berpangkat atau rohaniawan, tetapi orang-orang yang mungkin dipandang sebelah mata oleh dunia. Mereka adalah para gembala domba, sekelompok orang yang berstatus sosial rendah, kaum yang sama sekali tidak masuk perhitungan. Hal ini menunjukkan bahwa kedatangan Sang Juruselamat ke dunia bukan hanya untuk orang-orang atau golongan tertentu saja, melainkan juga untuk segala kaum bangsa tanpa memandang kulit dan juga status sosial. (Bersambung)
Tuesday, December 24, 2013
TUHAN ADALAH GEMBALAKU (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Desember 2013 -
Baca: Yohanes 10:11-21
"Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya;" Yohanes 10:11
Daud menyadari bahwa dirinya tak ubahnya seperti domba: lemah tak berdaya, tidak bisa menjaga diri sendiri, memiliki rasa takut namun keras kepala, mudah sekali lari dan memberontak sehingga rentan untuk tersesat. "Aku sesat seperti domba yang hilang, carilah hamba-Mu ini, sebab perintah-perintah-Mu tidak kulupakan." (Mazmur 119:176). Dalam keadaan demikian kehadiran seorang gembala sangat dibutuhkan. Bersama dengan gembala, domba dikelilingi dengan berkat, segala kebutuhannya terpenuhi.
Daud mengakui bahwa Tuhan adalah gembala yang baik. Sebagai gembala yang baik Tuhan akan membuat kita tidak berkekurangan sesuatu apa pun, bahkan Ia mau menerima kita apa adanya, menjaga, menopang, menolong dan menyatakan kasihNya setiap saat. Dengan penuh kesabaran Ia menuntun dan memandu kita, sehingga "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku." (Mazmur 23:4). Gembala yang baik selalu berjalan di depan, kemudian domba-dombanya akan mengikutinya. "Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya." (Yohanes 10:4). Selain itu, di tangan gembala selalu ada gada dan tongkat. Gada berfungsi menghajar dan membunuh binatang buas yang hendak mengganggu dan memangsa domba. Sedangkan tongkat berfungsi memukul dengan pelan bokong domba-domba yang sedang berlarian, memberontak dan bergerak menjauh dari gembala atau sedang ke luar dari jalur. Pukulan ini tidak keras tapi terasa sakit juga dengan tujuan mendisiplinkan mereka. Atau tongkat dikalungkan ke leher domba dengan tujuan menarik si domba agar kembali ke barisan atau rombongan, sebab jika domba berjalan sendiri dan tercerai dikhawatirkan akan tersesat dan kemungkinan besar akan menjadi mangsa binatang buas.
Memang tongkat didikan Tuhan itu terasa tidak nyaman dan sakit bagi daging kita, tapi semuanya mendatangkan kebaikan bagi kita.
Tuhan adalah Jehovah Rohi, Dia adalah Gembala dan kita adalah domba-dombaNya. Sebagai Gembala yang baik Dia tahu yang terbaik bagi kita.
Baca: Yohanes 10:11-21
"Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya;" Yohanes 10:11
Daud menyadari bahwa dirinya tak ubahnya seperti domba: lemah tak berdaya, tidak bisa menjaga diri sendiri, memiliki rasa takut namun keras kepala, mudah sekali lari dan memberontak sehingga rentan untuk tersesat. "Aku sesat seperti domba yang hilang, carilah hamba-Mu ini, sebab perintah-perintah-Mu tidak kulupakan." (Mazmur 119:176). Dalam keadaan demikian kehadiran seorang gembala sangat dibutuhkan. Bersama dengan gembala, domba dikelilingi dengan berkat, segala kebutuhannya terpenuhi.
Daud mengakui bahwa Tuhan adalah gembala yang baik. Sebagai gembala yang baik Tuhan akan membuat kita tidak berkekurangan sesuatu apa pun, bahkan Ia mau menerima kita apa adanya, menjaga, menopang, menolong dan menyatakan kasihNya setiap saat. Dengan penuh kesabaran Ia menuntun dan memandu kita, sehingga "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku." (Mazmur 23:4). Gembala yang baik selalu berjalan di depan, kemudian domba-dombanya akan mengikutinya. "Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya." (Yohanes 10:4). Selain itu, di tangan gembala selalu ada gada dan tongkat. Gada berfungsi menghajar dan membunuh binatang buas yang hendak mengganggu dan memangsa domba. Sedangkan tongkat berfungsi memukul dengan pelan bokong domba-domba yang sedang berlarian, memberontak dan bergerak menjauh dari gembala atau sedang ke luar dari jalur. Pukulan ini tidak keras tapi terasa sakit juga dengan tujuan mendisiplinkan mereka. Atau tongkat dikalungkan ke leher domba dengan tujuan menarik si domba agar kembali ke barisan atau rombongan, sebab jika domba berjalan sendiri dan tercerai dikhawatirkan akan tersesat dan kemungkinan besar akan menjadi mangsa binatang buas.
Memang tongkat didikan Tuhan itu terasa tidak nyaman dan sakit bagi daging kita, tapi semuanya mendatangkan kebaikan bagi kita.
Tuhan adalah Jehovah Rohi, Dia adalah Gembala dan kita adalah domba-dombaNya. Sebagai Gembala yang baik Dia tahu yang terbaik bagi kita.
Monday, December 23, 2013
TUHAN ADALAH GEMBALAKU (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Desember 2013 -
Baca: Mazmur 23:1-6
"TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku." Mazmur 23:1
Kekristenan adalah sebuah kehidupan, karena itulah harus menjadi realita dalam hidup orang percaya setiap hari. Selama kita memandang kekristenan hanya sebatas agama dan bukan sebagai realita, sampai kapan pun kerohanian kita tidak akan maju, iman kita tidak akan bertumbuh dan pengenalan kita akan Pribadi Tuhan tetap saja dangkal. Namun jika kita memandang kekristenan sebagai suatu kehidupan yang tak terpisahkan dengan pribadi Tuhan Yesus dan sebuah hubungan yang karib dengan Dia, maka kita akan menjadi orang Kristen yang jauh berbeda, karena mengalami perjalanan rohani yang nyata dengan Dia sebagai akibat perjumpaan dengan Dia secara pribadi. Itulah sebabnya Daud berkata, "TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka." (Mazmur 25:14). Artinya bagi setiap orang yang bertemu dengan Tuhan secara pribadi dan membangun hubungan yang karib dengan Dia, Dia pasti akan menyatakan diriNya sehingga orang tersebut menyebut namaNya.
Selain sebagai raja atas Israel, di masa hidupnya Daud memiliki pengalaman hidup sebagai gembala. Meski kambing domba yang digembalakannya hanya berjumlah 2-3 ekor ia melakukan tugasnya dengan penuh kesetiaan. Dengan penuh kesabaran ia membimbing kambing dombanya ke padang yang berumput hijau supaya cukup makanan dan ke air yang tenang, bahkan ia rela mempertaruhkan nyawanya demi keselamatan kambing dombanya dari terkaman binatang buas. "Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba ayahnya. Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya, maka aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari mulutnya. Kemudian apabila ia berdiri menyerang aku, maka aku menangkap janggutnya lalu menghajarnya dan membunuhnya." (1 Samuel 17:34-35).
Berdasarkan pengalaman inilah terciptalah mazmur 23 ini. Daud menyadari dan merasakan betapa Tuhan sangat mengasihi dan memperhatikan hidupnya seperti seorang gembala yang begitu mempedulikan domba-dombanya sehingga ia pun berkata, "Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku." (Mazmur 23:2). (Bersambung)
Baca: Mazmur 23:1-6
"TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku." Mazmur 23:1
Kekristenan adalah sebuah kehidupan, karena itulah harus menjadi realita dalam hidup orang percaya setiap hari. Selama kita memandang kekristenan hanya sebatas agama dan bukan sebagai realita, sampai kapan pun kerohanian kita tidak akan maju, iman kita tidak akan bertumbuh dan pengenalan kita akan Pribadi Tuhan tetap saja dangkal. Namun jika kita memandang kekristenan sebagai suatu kehidupan yang tak terpisahkan dengan pribadi Tuhan Yesus dan sebuah hubungan yang karib dengan Dia, maka kita akan menjadi orang Kristen yang jauh berbeda, karena mengalami perjalanan rohani yang nyata dengan Dia sebagai akibat perjumpaan dengan Dia secara pribadi. Itulah sebabnya Daud berkata, "TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka." (Mazmur 25:14). Artinya bagi setiap orang yang bertemu dengan Tuhan secara pribadi dan membangun hubungan yang karib dengan Dia, Dia pasti akan menyatakan diriNya sehingga orang tersebut menyebut namaNya.
Selain sebagai raja atas Israel, di masa hidupnya Daud memiliki pengalaman hidup sebagai gembala. Meski kambing domba yang digembalakannya hanya berjumlah 2-3 ekor ia melakukan tugasnya dengan penuh kesetiaan. Dengan penuh kesabaran ia membimbing kambing dombanya ke padang yang berumput hijau supaya cukup makanan dan ke air yang tenang, bahkan ia rela mempertaruhkan nyawanya demi keselamatan kambing dombanya dari terkaman binatang buas. "Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba ayahnya. Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya, maka aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari mulutnya. Kemudian apabila ia berdiri menyerang aku, maka aku menangkap janggutnya lalu menghajarnya dan membunuhnya." (1 Samuel 17:34-35).
Berdasarkan pengalaman inilah terciptalah mazmur 23 ini. Daud menyadari dan merasakan betapa Tuhan sangat mengasihi dan memperhatikan hidupnya seperti seorang gembala yang begitu mempedulikan domba-dombanya sehingga ia pun berkata, "Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku." (Mazmur 23:2). (Bersambung)
Sunday, December 22, 2013
MENIPU DIRI SENDIRI (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Desember 2013 -
Baca: 1 Yohanes 2:1-6
"Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya, ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran." 1 Yohanes 2:4
Kita dikatakan menipu diri sendiri jika: 2. Kita hidup dalam ketidaktaatan atau tidak melakukan perintah Tuhan. Kita berkata bahwa kita mengasihi Tuhan dan mengenal Dia, tapi bila kita tidak menuruti perintahNya kita disebut sebagai pendusta atau penipu. Yakobus pun juga menegaskan, "...hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri." (Yakobus 1:22). Seringkali kita tampak 'rohani' di situasi-situasi tertentu saja, saat berada di gereja atau pada saat jam-jam ibadah saja. Selebihnya di hari-hari biasa, saat menjalani kehidupan di tengah-tengah dunia, kita terbawa oleh arus dunia ini dan hidup serupa dengan dunia ini, padahal firmannya menyatakan: "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:2). Rasul Paulus mengingatkan, "Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus." (1 Tesalonika 4:7).
Yakobus dalam suratnya berkata, "Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya." (Yakobus 1:26). Sudahkah kita menguasai ucapan atau lidah kita? Kita mudah sekali melakukan pelanggaran dalam hal ucapan. Kita mudah sekali berkata jorok, mengumpat orang lain, mengeluarkan sumpah serapah, menggosip atau membicarakan orang lain dan sebagainya. Berhati-hatilah! Jika kita bertindak demikian, sia-sialah ibadah kita. Itulah sebabnya pemazmur bertekad, "Aku hendak menjaga diri, supaya jangan aku berdosa dengan lidahku;" (Mazmur 39:2), sebab "Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya." (Amsal 18:21).
Selain daripada hal-hal di atas, Alkitab juga mencatat bahwa jika seseorang tidak mengembalikan persepuluhan yang merupakan milik Tuhan ia disebut juga sebagai orang yang telah menipu Tuhan (baca Maleakhi 3:8).
Ibadah yang tidak disertai dengan ketaatan melakukan firman Tuhan adalah penipuan terhadap diri sendiri!
Baca: 1 Yohanes 2:1-6
"Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya, ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran." 1 Yohanes 2:4
Kita dikatakan menipu diri sendiri jika: 2. Kita hidup dalam ketidaktaatan atau tidak melakukan perintah Tuhan. Kita berkata bahwa kita mengasihi Tuhan dan mengenal Dia, tapi bila kita tidak menuruti perintahNya kita disebut sebagai pendusta atau penipu. Yakobus pun juga menegaskan, "...hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri." (Yakobus 1:22). Seringkali kita tampak 'rohani' di situasi-situasi tertentu saja, saat berada di gereja atau pada saat jam-jam ibadah saja. Selebihnya di hari-hari biasa, saat menjalani kehidupan di tengah-tengah dunia, kita terbawa oleh arus dunia ini dan hidup serupa dengan dunia ini, padahal firmannya menyatakan: "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:2). Rasul Paulus mengingatkan, "Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus." (1 Tesalonika 4:7).
Yakobus dalam suratnya berkata, "Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya." (Yakobus 1:26). Sudahkah kita menguasai ucapan atau lidah kita? Kita mudah sekali melakukan pelanggaran dalam hal ucapan. Kita mudah sekali berkata jorok, mengumpat orang lain, mengeluarkan sumpah serapah, menggosip atau membicarakan orang lain dan sebagainya. Berhati-hatilah! Jika kita bertindak demikian, sia-sialah ibadah kita. Itulah sebabnya pemazmur bertekad, "Aku hendak menjaga diri, supaya jangan aku berdosa dengan lidahku;" (Mazmur 39:2), sebab "Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya." (Amsal 18:21).
Selain daripada hal-hal di atas, Alkitab juga mencatat bahwa jika seseorang tidak mengembalikan persepuluhan yang merupakan milik Tuhan ia disebut juga sebagai orang yang telah menipu Tuhan (baca Maleakhi 3:8).
Ibadah yang tidak disertai dengan ketaatan melakukan firman Tuhan adalah penipuan terhadap diri sendiri!
Saturday, December 21, 2013
MENIPU DIRI SENDIRI (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Desember 2013 -
Baca: Mazmur 5:1-13
"Engkau membinasakan orang-orang yang berkata bohong, TUHAN jijik melihat penumpah darah dan penipu." Mazmur 5:7
Tak seorang pun dari kita yang mau jika dirinya disebut sebagai penipu. Secara umum, gambaran kita tentang penipu adalah orang yang terlibat dalam aksi kejahatan atau kriminalitas. Penipu adalah orang yang telah berkata bohong (tidak jujur), menipu orang lain, memutarbalikkan fakta atau perkataannya menyimpang dari kebenaran. Yang jelas tindakan penipuan itu sangat merugikan orang lain dan juga bertentangan dengan hukum; dan penipu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga (baca 1 Korintus 6:9-10).
Alkitab menyatakan bahwa tindakan menipu itu tidak hanya sebatas berkenaan dengan ucapan atau perkataan seseorang, namun memiliki makna yang lebih luas. Pertanyaan: pernahkah kita menipu diri sendiri? Dengan spontan kita akan berkata bahwa itu pertanyaan yang tidak masuk akal. Masakan ada orang yang menipu dirinya sendiri? Inilah yang tidak disadari oleh banyak orang Kristen, padahal ini merupakan sebuah realita kehidupan. Berikut ini adalah bukti bahwa seseorang telah menipu dirinya sendiri: 1. Merasa diri tidak berdosa. Ada tertulis: "Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita." (1 Yohanes 1:8). Adakah di antara kita yang sempurna, tidak berbuat dosa atau melakukan pelanggaran? Alkitab menegaskan bahwa "Tidak ada yang benar, seorangpun tidak." (Roma 3:10). Tapi masih banyak orang Kristen yang merasa dirinya paling benar dan paling suci sehingga dengan mudahnya menghakimi orang lain. Jika kita demikian tak ubahnya kita seperti ahli Taurat dan orang Farisi yang dikecam oleh Tuhan Yesus, "...di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan." (Matius 23:28). Jika kita merasa diri benar dan tidak berdosa, berarti kita ini adalah orang-orang yang menipu diri sendiri.
Jangan menjadi orang yang munafik! Mari jujur dan mengakui segala dosa dan pelanggaran kita di hadapan Tuhan, sebab "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1 Yohanes 1:9). Merasa diri benar adalah salah satu bukti bahwa kita menipu diri sendiri. (Bersambung)
Baca: Mazmur 5:1-13
"Engkau membinasakan orang-orang yang berkata bohong, TUHAN jijik melihat penumpah darah dan penipu." Mazmur 5:7
Tak seorang pun dari kita yang mau jika dirinya disebut sebagai penipu. Secara umum, gambaran kita tentang penipu adalah orang yang terlibat dalam aksi kejahatan atau kriminalitas. Penipu adalah orang yang telah berkata bohong (tidak jujur), menipu orang lain, memutarbalikkan fakta atau perkataannya menyimpang dari kebenaran. Yang jelas tindakan penipuan itu sangat merugikan orang lain dan juga bertentangan dengan hukum; dan penipu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga (baca 1 Korintus 6:9-10).
Alkitab menyatakan bahwa tindakan menipu itu tidak hanya sebatas berkenaan dengan ucapan atau perkataan seseorang, namun memiliki makna yang lebih luas. Pertanyaan: pernahkah kita menipu diri sendiri? Dengan spontan kita akan berkata bahwa itu pertanyaan yang tidak masuk akal. Masakan ada orang yang menipu dirinya sendiri? Inilah yang tidak disadari oleh banyak orang Kristen, padahal ini merupakan sebuah realita kehidupan. Berikut ini adalah bukti bahwa seseorang telah menipu dirinya sendiri: 1. Merasa diri tidak berdosa. Ada tertulis: "Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita." (1 Yohanes 1:8). Adakah di antara kita yang sempurna, tidak berbuat dosa atau melakukan pelanggaran? Alkitab menegaskan bahwa "Tidak ada yang benar, seorangpun tidak." (Roma 3:10). Tapi masih banyak orang Kristen yang merasa dirinya paling benar dan paling suci sehingga dengan mudahnya menghakimi orang lain. Jika kita demikian tak ubahnya kita seperti ahli Taurat dan orang Farisi yang dikecam oleh Tuhan Yesus, "...di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan." (Matius 23:28). Jika kita merasa diri benar dan tidak berdosa, berarti kita ini adalah orang-orang yang menipu diri sendiri.
Jangan menjadi orang yang munafik! Mari jujur dan mengakui segala dosa dan pelanggaran kita di hadapan Tuhan, sebab "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1 Yohanes 1:9). Merasa diri benar adalah salah satu bukti bahwa kita menipu diri sendiri. (Bersambung)
Friday, December 20, 2013
BAPTISAN BAGI ORANG PERCAYA (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Desember 2013 -
Baca: Roma 6:1-14
"Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru." Roma 6:4
Tidak sedikit orang Kristen yang walaupun sudah dibaptis belum paham benar arti dan tujuan dari baptisan itu. baptisan bagi orang Kristen adalah sebagai deklarasi atau pernyataan iman kita kepada Tuhan Yesus. "Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga." (Matius 10:32). Karena itu baptisan tidak bisa dianggap main-main karena merupakan komitmen kita kepada Tuhan.
Memberikan diri untuk dibaptis berarti percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi. Jadi keinginan untuk dibaptis harus didasari oleh kerelaan, bukan karena terpaksa, desakan dari pihak lain atau hanya sekedar ikut-ikutan. Dengan baptisan air hidup kita dibersihkan dari segala kotoran/kenajisan sehingga kita memiliki hati yang bersih dan murni. "Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan--maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah--oleh kebangkitan Yesus Kristus," (1 Petrus 3:21).
Dibaptis juga berarti manusia lama kita turut dikuburkan bersama-sama dengan Kristus dalam kematianNya, dan kemudian kita dibangkitkan sebagai manusia baru... "...siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17), yang artinya berkomitmen untuk tidak lagi hidup menurut keinginan daging, melainkan menurut pimpinan Roh. Jadi baptisan adalah sebuah komitmen untuk hidup serupa dengan Kristus. Ada pun persyaratan baptis adalah orang yang sudah bertobat dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, yang atas dasar kerelaannya sendiri memberi diri untuk dibaptis. Alkitab menyatakan bahwa ada berkat di balik baptisan, yaitu kita beroleh pengampunan dosa dari Tuhan dan dariNya kita akan menerima karunia Roh Kudus (baca Kisah 2:38). Maka dari itu jangan pernah main-main dengan baptisan!
Memberi diri untuk dibaptis berarti berkomitmen untuk menyerahkan hidup sepenuhnya kepada Tuhan dan kita telah mati bagi dosa.
Baca: Roma 6:1-14
"Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru." Roma 6:4
Tidak sedikit orang Kristen yang walaupun sudah dibaptis belum paham benar arti dan tujuan dari baptisan itu. baptisan bagi orang Kristen adalah sebagai deklarasi atau pernyataan iman kita kepada Tuhan Yesus. "Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga." (Matius 10:32). Karena itu baptisan tidak bisa dianggap main-main karena merupakan komitmen kita kepada Tuhan.
Memberikan diri untuk dibaptis berarti percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi. Jadi keinginan untuk dibaptis harus didasari oleh kerelaan, bukan karena terpaksa, desakan dari pihak lain atau hanya sekedar ikut-ikutan. Dengan baptisan air hidup kita dibersihkan dari segala kotoran/kenajisan sehingga kita memiliki hati yang bersih dan murni. "Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan--maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah--oleh kebangkitan Yesus Kristus," (1 Petrus 3:21).
Dibaptis juga berarti manusia lama kita turut dikuburkan bersama-sama dengan Kristus dalam kematianNya, dan kemudian kita dibangkitkan sebagai manusia baru... "...siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17), yang artinya berkomitmen untuk tidak lagi hidup menurut keinginan daging, melainkan menurut pimpinan Roh. Jadi baptisan adalah sebuah komitmen untuk hidup serupa dengan Kristus. Ada pun persyaratan baptis adalah orang yang sudah bertobat dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, yang atas dasar kerelaannya sendiri memberi diri untuk dibaptis. Alkitab menyatakan bahwa ada berkat di balik baptisan, yaitu kita beroleh pengampunan dosa dari Tuhan dan dariNya kita akan menerima karunia Roh Kudus (baca Kisah 2:38). Maka dari itu jangan pernah main-main dengan baptisan!
Memberi diri untuk dibaptis berarti berkomitmen untuk menyerahkan hidup sepenuhnya kepada Tuhan dan kita telah mati bagi dosa.
Thursday, December 19, 2013
BAPTISAN BAGI ORANG PERCAYA (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Desember 2013 -
Baca: Matius 28:16-20
"Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus," Matius 28:19
Sebagai orang percaya kita memiliki tugas dan tanggung jawab yang tidak mudah di tengah-tengah dunia ini, karena keberadaan kita adalah sebagai garam dan terang dunia, artinya harus menjadi kesaksian dan teladan yang baik bagi orang-orang yang belum percaya. Bukan hanya sampai di situ, di atas pundak kita ada amanat agung yaitu pergi, menjadikan semua bangsa murid Tuhan dan membaptis mereka dalam nama Bapa, Anak dan Roh kudus (ayat nas). Memberitakan Injil dan melayani jiwa-jiwa adalah nilai mutlak dan tidak bisa ditawar lagi. Di samping itu ada hal lain yang merupakan elemen penting dalam kehidupan orang percaya yaitu berkenaan dengan baptisan.
Baptisan air merupakan keputusan yang harus kita ambil setelah diselamatkan, sebagai pernyataan iman percaya kita terhadap keselamatan yang telah kita terima berdasarkan anugerah dari Tuhan Yesus. Ada pun baptisan itu sendiri berasal dari bahasa Yunani, baptizo yang artinya 'to dip' (menenggelamkan atau membenamkan ke dalam air lalu mengeluarkannya lagi). Alkitab pun mencatat bahwa 'Yesus keluar dari air' sebagai tanda bahwa Ia ditenggelamkan ke dalam air (sungai Yordan). Sebagai pengikut Kristus kita wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup (baca 1 Yohanes 2:6). Dengan kata lain kita harus meneladani Kristus. Salah satu teladan yang telah Tuhan Yesus berikan adalah tentang baptisan, di mana Ia sendiri rela menempuh perjalanan yang panjang dan melelahkan dari tanah Galilea di utara menuju tanah Yudea untuk dibaptis oleh Yohanes Pembaptis di sugai Yordan, maka dari itu kita pun harus mengikuti jejakNya. "Maka datanglah Yesus dari Galilea ke Yordan kepada Yohanes untuk dibaptis olehnya. Tetapi Yohanes mencegah Dia, katanya: 'Akulah yang perlu dibaptis oleh-Mu, dan Engkau yang datang kepadaku?' Lalu Yesus menjawab, kata-Nya kepadanya: 'Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah.' Dan Yohanespun menuruti-Nya." (Matius 3:13-15).
Jadi baptisan adalah perintah Tuhan bagi orang percaya. Yang telah bertobat dan percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat harus dibaptis. Jika dilihat dari bahasa aslinya, praktek baptisan adalah ditenggelamkan ke dalam air. (Bersambung)
Baca: Matius 28:16-20
"Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus," Matius 28:19
Sebagai orang percaya kita memiliki tugas dan tanggung jawab yang tidak mudah di tengah-tengah dunia ini, karena keberadaan kita adalah sebagai garam dan terang dunia, artinya harus menjadi kesaksian dan teladan yang baik bagi orang-orang yang belum percaya. Bukan hanya sampai di situ, di atas pundak kita ada amanat agung yaitu pergi, menjadikan semua bangsa murid Tuhan dan membaptis mereka dalam nama Bapa, Anak dan Roh kudus (ayat nas). Memberitakan Injil dan melayani jiwa-jiwa adalah nilai mutlak dan tidak bisa ditawar lagi. Di samping itu ada hal lain yang merupakan elemen penting dalam kehidupan orang percaya yaitu berkenaan dengan baptisan.
Baptisan air merupakan keputusan yang harus kita ambil setelah diselamatkan, sebagai pernyataan iman percaya kita terhadap keselamatan yang telah kita terima berdasarkan anugerah dari Tuhan Yesus. Ada pun baptisan itu sendiri berasal dari bahasa Yunani, baptizo yang artinya 'to dip' (menenggelamkan atau membenamkan ke dalam air lalu mengeluarkannya lagi). Alkitab pun mencatat bahwa 'Yesus keluar dari air' sebagai tanda bahwa Ia ditenggelamkan ke dalam air (sungai Yordan). Sebagai pengikut Kristus kita wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup (baca 1 Yohanes 2:6). Dengan kata lain kita harus meneladani Kristus. Salah satu teladan yang telah Tuhan Yesus berikan adalah tentang baptisan, di mana Ia sendiri rela menempuh perjalanan yang panjang dan melelahkan dari tanah Galilea di utara menuju tanah Yudea untuk dibaptis oleh Yohanes Pembaptis di sugai Yordan, maka dari itu kita pun harus mengikuti jejakNya. "Maka datanglah Yesus dari Galilea ke Yordan kepada Yohanes untuk dibaptis olehnya. Tetapi Yohanes mencegah Dia, katanya: 'Akulah yang perlu dibaptis oleh-Mu, dan Engkau yang datang kepadaku?' Lalu Yesus menjawab, kata-Nya kepadanya: 'Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah.' Dan Yohanespun menuruti-Nya." (Matius 3:13-15).
Jadi baptisan adalah perintah Tuhan bagi orang percaya. Yang telah bertobat dan percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat harus dibaptis. Jika dilihat dari bahasa aslinya, praktek baptisan adalah ditenggelamkan ke dalam air. (Bersambung)
Wednesday, December 18, 2013
FIRMAN TUHAN BAGI ORANG PERCAYA (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Desember 2013 -
Baca: Mazmur 119:129-160
"Dasar firman-Mu adalah kebenaran dan segala hukum-hukum-Mu yang adil adalah untuk selama-lamanya." Mazmur 119:160
Alkitab juga menyatakan bahwa firman Tuhan adalah perlengkapan senjata bagi orang percaya. Ia diibaratkan sebagai pedang Roh yang dapat digunakan dalam peperangan rohani, "karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara." (Efesus 6:12). Bahkan, "...firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita." (Ibrani 4:12). Jadi kita harus tinggal di dalam firmanNya, dengan tidak "...lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung." (Yosua 1:8).
Firman Tuhan berfungsi sebagai cermin bagi kita untuk mengoreksi diri dan berbenah. "...jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin." (Yakobus 1:23). Dengan bercermin kita akan tahu bahwa di dalam diri kita mungkin masih ada ketidakberesan atau kotoran yang melekat yang harus segera dibersihkan. "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran." (2 Timotius 3:16). Firman itu laksana api dan palu yang siap untuk menghanguskan, memurnikan dan menghancurkan yang keras. Tuhan berkata, "Bukankah firman-Ku seperti api, demikianlah firman TUHAN dan seperti palu yang menghancurkan bukit batu?" (Yeremia 23:29). Proses itu memang sakit, makanya tidak mudah seseorang bersikap 'legowo' (rela, ikhlas) untuk ditegur, dikoreksi dan ditelanjangi dosa-dosanya.
Mari sadari proses itu bertujuan membentuk karakter kita lebih baik dan makin serupa dengan Kristus.
Jadikan firman Tuhan menu setiap hari supaya kerohanian kita kuat dan sehat!
Baca: Mazmur 119:129-160
"Dasar firman-Mu adalah kebenaran dan segala hukum-hukum-Mu yang adil adalah untuk selama-lamanya." Mazmur 119:160
Alkitab juga menyatakan bahwa firman Tuhan adalah perlengkapan senjata bagi orang percaya. Ia diibaratkan sebagai pedang Roh yang dapat digunakan dalam peperangan rohani, "karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara." (Efesus 6:12). Bahkan, "...firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita." (Ibrani 4:12). Jadi kita harus tinggal di dalam firmanNya, dengan tidak "...lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung." (Yosua 1:8).
Firman Tuhan berfungsi sebagai cermin bagi kita untuk mengoreksi diri dan berbenah. "...jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin." (Yakobus 1:23). Dengan bercermin kita akan tahu bahwa di dalam diri kita mungkin masih ada ketidakberesan atau kotoran yang melekat yang harus segera dibersihkan. "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran." (2 Timotius 3:16). Firman itu laksana api dan palu yang siap untuk menghanguskan, memurnikan dan menghancurkan yang keras. Tuhan berkata, "Bukankah firman-Ku seperti api, demikianlah firman TUHAN dan seperti palu yang menghancurkan bukit batu?" (Yeremia 23:29). Proses itu memang sakit, makanya tidak mudah seseorang bersikap 'legowo' (rela, ikhlas) untuk ditegur, dikoreksi dan ditelanjangi dosa-dosanya.
Mari sadari proses itu bertujuan membentuk karakter kita lebih baik dan makin serupa dengan Kristus.
Jadikan firman Tuhan menu setiap hari supaya kerohanian kita kuat dan sehat!
Tuesday, December 17, 2013
FIRMAN TUHAN BAGI ORANG PERCAYA (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Desember 2013 -
Baca: Mazmur 1:1-6
"...yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam." mazmur 1:2
Makanan adalah salah satu kebutuhan utama manusia, selain sandang dan juga papan. Tubuh jasmani kita setiap hari membutuhkan makanan dan juga asupan gizi yang cukup supaya kuat dan kesehatannya tetap terjaga. Jika kita tidak makan, tubuh jasmani kita pasti akan lemah dan tidak bertenaga. Sama seperti tubuh jasmani, tubuh rohani pun membutuhkan firman Tuhan sebagai makanan rohani setiap hari agar kerohaniannya terus bertumbuh makin hari makin kuat.
Firman Tuhan diibaratkan seperti air susu murni yang dibutuhkan oleh seorang bayi. Susu adalah makanan utama bagi bayi yang baru lahir supaya ia mengalami pertumbuhan. "...jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan," (1 Petrus 2:2). Namun tidak mungkin kita terus-terusan menjadi bayi atau kanak-kanak rohani, karena kekristenan kita harus terus bertumbuh, semakin hari harus semakin dewasa di dalam Tuhan. Kita pun perlu menyantap makanan yang keras, sebab "...makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat." (Ibrani 5:14). Namun masih banyak orang Kristen yang tidak suka dengan 'makanan keras', maunya 'susu' saja seperti bayi. Buktinya? Ketika menerima teguran sedikit, kita mudah ngambek; tertempelak firman Tuhan yang keras, kita pun langsung marah kepada hamba Tuhan, lalu mogok tidak mau ke gereja. Bertambahnya usia atau lamanya kita mengikut Tuhan seharusnya membuat kedewasaan kita di dalam Tuhan juga makin bertambah.
Di samping itu firman Tuhan berfungsi juga sebagi pelita yang dapat menerangi langkah hidup kita. Hal ini diakui oleh Daud, "Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku." (Mazmur 119:105). Karena diterangi firman Tuhan langkah kaki kita tetap terarah, tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri, tidak terpelecok, serta kita dapat menahan kaki kita terhadap segala jalan kejahatan sehingga kelakuan kita tetap terjaga bersih. Keberadaan kita di tengah dunia adalah sebagai anak-anak terang, "Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang," (Efesus 5:8b). (Bersambung)
Baca: Mazmur 1:1-6
"...yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam." mazmur 1:2
Makanan adalah salah satu kebutuhan utama manusia, selain sandang dan juga papan. Tubuh jasmani kita setiap hari membutuhkan makanan dan juga asupan gizi yang cukup supaya kuat dan kesehatannya tetap terjaga. Jika kita tidak makan, tubuh jasmani kita pasti akan lemah dan tidak bertenaga. Sama seperti tubuh jasmani, tubuh rohani pun membutuhkan firman Tuhan sebagai makanan rohani setiap hari agar kerohaniannya terus bertumbuh makin hari makin kuat.
Firman Tuhan diibaratkan seperti air susu murni yang dibutuhkan oleh seorang bayi. Susu adalah makanan utama bagi bayi yang baru lahir supaya ia mengalami pertumbuhan. "...jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan," (1 Petrus 2:2). Namun tidak mungkin kita terus-terusan menjadi bayi atau kanak-kanak rohani, karena kekristenan kita harus terus bertumbuh, semakin hari harus semakin dewasa di dalam Tuhan. Kita pun perlu menyantap makanan yang keras, sebab "...makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat." (Ibrani 5:14). Namun masih banyak orang Kristen yang tidak suka dengan 'makanan keras', maunya 'susu' saja seperti bayi. Buktinya? Ketika menerima teguran sedikit, kita mudah ngambek; tertempelak firman Tuhan yang keras, kita pun langsung marah kepada hamba Tuhan, lalu mogok tidak mau ke gereja. Bertambahnya usia atau lamanya kita mengikut Tuhan seharusnya membuat kedewasaan kita di dalam Tuhan juga makin bertambah.
Di samping itu firman Tuhan berfungsi juga sebagi pelita yang dapat menerangi langkah hidup kita. Hal ini diakui oleh Daud, "Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku." (Mazmur 119:105). Karena diterangi firman Tuhan langkah kaki kita tetap terarah, tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri, tidak terpelecok, serta kita dapat menahan kaki kita terhadap segala jalan kejahatan sehingga kelakuan kita tetap terjaga bersih. Keberadaan kita di tengah dunia adalah sebagai anak-anak terang, "Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang," (Efesus 5:8b). (Bersambung)
Monday, December 16, 2013
KEMENANGAN BAGI ORANG PERCAYA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Desember 2013 -
Baca: Yosua 5:13-15
"Bukan, tetapi akulah Panglima Balatentara TUHAN. Sekarang aku datang." Yosua 5:14
Bagi bangsa Israel, kota Yerikho adalah salah satu penghalang untuk mencapai tanah Perjanjian. Yerikho adalah gambaran masalah yang besar. Pada waktu itu Yosua sedang berada dekat kota itu. Dengan kata lain Yosua sedang dekat dengan permasalahan.
Meski berada dalam masalah besar Yosua tidak berkecil hati dan takut, mata rohaninya tetap tertuju kepada Tuhan. Dengan penuh keyakinan ia berpegang kepada janji Tuhan: "Setiap tempat yang akan diinjak oleh telapak kakimu Kuberikan kepada kamu, seperti yang telah Kujanjikan kepada Musa." (Yosua 1:3). Saat berada di dekat Yerikho (masalah) ini Yosua justru mengalami perkara-perkara yang ajaib, di mana ia bertemu dengan Panglima Balatentara Tuhan. "Lalu sujudlah Yosua dengan mukanya ke tanah, menyembah dan berkata kepadanya: 'Apakah yang akan dikatakan tuanku kepada hambanya ini?'" (ayat 14b). Yosua belajar untuk peka akan suara Tuhan, dan ia juga belajar taat melakukan kehendakNya. "'Tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat engkau berdiri itu kudus.' Dan Yosua berbuat demikian." (Yosua 5:15).
Ketika dalam permasalahan yang berat kita seringkali tidak peka akan suara Tuhan dan memilih untuk tidak taat kepadaNya karena kita merasa bahwa perintah Tuhan itu tidak masuk di akal dan aneh. Telinga kita pun tidak kita arahkan kepada Tuhan, tapi kepada suara Iblis yang membuat kita makin takut, kuatir dan cemas, padahal Tuhan telah berjanji, "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." (Ibrani 13:5b). Dalam keadaan yang demikian akhirnya ada banyak orang memilih untuk meninggalkan Tuhan Yesus dan menggadaikan keselamatan demi mendapatkan materi/kekayaan yang berlimpah, jabatan, pasangan hidup atau pertolongan instan dari kuasa-kuasa gelap. Padahal kita tahu bahwa semua yang ada di dunia ini adalah sementara belaka. Apa pun bentuknya, perintah Tuhan itu demi kebaikan kita. Ketika Yosua taat melakukan apa yang diperintahkan Tuhan, janji Tuhan itu pun digenapiNya. Yerikho akhirnya dapat ditaklukkan, artinya kemenangan besar menjadi milik Yosua dan bangsa Israel.
Dibutuhkan ketekunan, karena sedikit waktu lagi Tuhan pasti akan memberikan kemenangan dan mujizatNya bagi kita, asal kita tetap taat kepadaNya!
Baca: Yosua 5:13-15
"Bukan, tetapi akulah Panglima Balatentara TUHAN. Sekarang aku datang." Yosua 5:14
Bagi bangsa Israel, kota Yerikho adalah salah satu penghalang untuk mencapai tanah Perjanjian. Yerikho adalah gambaran masalah yang besar. Pada waktu itu Yosua sedang berada dekat kota itu. Dengan kata lain Yosua sedang dekat dengan permasalahan.
Meski berada dalam masalah besar Yosua tidak berkecil hati dan takut, mata rohaninya tetap tertuju kepada Tuhan. Dengan penuh keyakinan ia berpegang kepada janji Tuhan: "Setiap tempat yang akan diinjak oleh telapak kakimu Kuberikan kepada kamu, seperti yang telah Kujanjikan kepada Musa." (Yosua 1:3). Saat berada di dekat Yerikho (masalah) ini Yosua justru mengalami perkara-perkara yang ajaib, di mana ia bertemu dengan Panglima Balatentara Tuhan. "Lalu sujudlah Yosua dengan mukanya ke tanah, menyembah dan berkata kepadanya: 'Apakah yang akan dikatakan tuanku kepada hambanya ini?'" (ayat 14b). Yosua belajar untuk peka akan suara Tuhan, dan ia juga belajar taat melakukan kehendakNya. "'Tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat engkau berdiri itu kudus.' Dan Yosua berbuat demikian." (Yosua 5:15).
Ketika dalam permasalahan yang berat kita seringkali tidak peka akan suara Tuhan dan memilih untuk tidak taat kepadaNya karena kita merasa bahwa perintah Tuhan itu tidak masuk di akal dan aneh. Telinga kita pun tidak kita arahkan kepada Tuhan, tapi kepada suara Iblis yang membuat kita makin takut, kuatir dan cemas, padahal Tuhan telah berjanji, "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." (Ibrani 13:5b). Dalam keadaan yang demikian akhirnya ada banyak orang memilih untuk meninggalkan Tuhan Yesus dan menggadaikan keselamatan demi mendapatkan materi/kekayaan yang berlimpah, jabatan, pasangan hidup atau pertolongan instan dari kuasa-kuasa gelap. Padahal kita tahu bahwa semua yang ada di dunia ini adalah sementara belaka. Apa pun bentuknya, perintah Tuhan itu demi kebaikan kita. Ketika Yosua taat melakukan apa yang diperintahkan Tuhan, janji Tuhan itu pun digenapiNya. Yerikho akhirnya dapat ditaklukkan, artinya kemenangan besar menjadi milik Yosua dan bangsa Israel.
Dibutuhkan ketekunan, karena sedikit waktu lagi Tuhan pasti akan memberikan kemenangan dan mujizatNya bagi kita, asal kita tetap taat kepadaNya!
Sunday, December 15, 2013
KUNCI MENGALAMI PEMULIHAN (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Desember 2013 -
Baca: Yoel 2:18-27
"Aku akan memulihkan kepadamu tahun-tahun yang hasilnya dimakan habis oleh belalang pindahan, belalang pelompat, belalang pelahap dan belalang pengerip, tentara-Ku yang besar yang Kukirim ke antara kamu." Yoel 2:25
Alkitab menyatakan bahwa jiwa yang hancur, hati yang patah dan remuk tidak pernah dipandang hina oleh Tuhan (baca Mazmur 51:19). Sebaliknya Tuhan sangat membenci orang yang suka meninggikan diri, angkuh dan sombong seperti yang diperbuat oleh seorang Farisi saat berdoa (baca Lukas 18:9-14). Kesombongan adalah salah satu penyebab Tuhan memalingkan mukaNya terhadap seseorang, padahal yang meninggikan diri juga sulit mengakui segala kelemahan dan dosa-dosanya. Jika demikian, sampai kapan pun kita tidak akan pernah menemukan pemulihan. "Manusia yang sombong akan direndahkan, dan orang yang angkuh akan ditundukkan;" (Yesaya 2:11). Jadi "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati." (Yakobus 4:6).
Yang kedua, kita harus memiliki hubungan yang karib dengan Tuhan. Banyak orang Kristen yang tekun berdoa ketika dalam masalah saja, namun saat segala sesuatunya berjalan baik dan lancar mereka tidak lagi sungguh-sungguh mencari Tuhan. Tuhan mau kita berdoa dengan tiada berkeputusan dan tidak jemu-jemu di segala keadaan. Itulah jawaban mengapa kita jarang beroleh jawaban atas doa-doa kita, yaitu karena kita tidak tekun berdoa. Mencari Tuhan harus menjadi fokus utama dalam kehidupan kita, "...sebab tidak Kautinggalkan orang yang mencari Engkau, ya TUHAN." (Mazmur 9:11), oleh karena itu, "Carilah TUHAN dan kekuatan-Nya, carilah wajah-Nya selalu!" (Mazmur 105:4). Jangan hanya menginginkan berkatNya saja, sementara kita tidak mau mencari wajah-nya. "Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?" (Lukas 18:7).
Selanjutnya, kita harus bertobat dengan sungguh: meninggalkan kehidupan lama dan hidup sebagai manusia baru (baca 2 Korintus 5:17), artinya tidak lagi hidup menurut keinginan daging, tetapi menurut pimpinan Roh Kudus.
Tuhan pasti pulihkan hidup kita asal kita melakukan apa yang Tuhan kehendaki!
Baca: Yoel 2:18-27
"Aku akan memulihkan kepadamu tahun-tahun yang hasilnya dimakan habis oleh belalang pindahan, belalang pelompat, belalang pelahap dan belalang pengerip, tentara-Ku yang besar yang Kukirim ke antara kamu." Yoel 2:25
Alkitab menyatakan bahwa jiwa yang hancur, hati yang patah dan remuk tidak pernah dipandang hina oleh Tuhan (baca Mazmur 51:19). Sebaliknya Tuhan sangat membenci orang yang suka meninggikan diri, angkuh dan sombong seperti yang diperbuat oleh seorang Farisi saat berdoa (baca Lukas 18:9-14). Kesombongan adalah salah satu penyebab Tuhan memalingkan mukaNya terhadap seseorang, padahal yang meninggikan diri juga sulit mengakui segala kelemahan dan dosa-dosanya. Jika demikian, sampai kapan pun kita tidak akan pernah menemukan pemulihan. "Manusia yang sombong akan direndahkan, dan orang yang angkuh akan ditundukkan;" (Yesaya 2:11). Jadi "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati." (Yakobus 4:6).
Yang kedua, kita harus memiliki hubungan yang karib dengan Tuhan. Banyak orang Kristen yang tekun berdoa ketika dalam masalah saja, namun saat segala sesuatunya berjalan baik dan lancar mereka tidak lagi sungguh-sungguh mencari Tuhan. Tuhan mau kita berdoa dengan tiada berkeputusan dan tidak jemu-jemu di segala keadaan. Itulah jawaban mengapa kita jarang beroleh jawaban atas doa-doa kita, yaitu karena kita tidak tekun berdoa. Mencari Tuhan harus menjadi fokus utama dalam kehidupan kita, "...sebab tidak Kautinggalkan orang yang mencari Engkau, ya TUHAN." (Mazmur 9:11), oleh karena itu, "Carilah TUHAN dan kekuatan-Nya, carilah wajah-Nya selalu!" (Mazmur 105:4). Jangan hanya menginginkan berkatNya saja, sementara kita tidak mau mencari wajah-nya. "Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?" (Lukas 18:7).
Selanjutnya, kita harus bertobat dengan sungguh: meninggalkan kehidupan lama dan hidup sebagai manusia baru (baca 2 Korintus 5:17), artinya tidak lagi hidup menurut keinginan daging, tetapi menurut pimpinan Roh Kudus.
Tuhan pasti pulihkan hidup kita asal kita melakukan apa yang Tuhan kehendaki!
Saturday, December 14, 2013
KUNCI MENGALAMI PEMULIHAN (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Desember 2013 -
Baca: Mazmur 126:1-6
"Pulihkanlah keadaan kami, ya TUHAN, seperti memulihkan batang air kering di Tanah Negeb!" Mazmur 126:4
Kita harus percaya bahwa di dalam Tuhan ada berkat, pertolongan, kesembuhan dan juga pemulihan di segala aspek kehidupan kita. Tuhan Yesus sendiri berkata, "Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan." (Yohanes 10:10b). Namun untuk mengalami berkat dan pemulihan Tuhan ada syaratnya, sebagaimana yang disampaikan Tuhan kepada bangsa Israel, "dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka." (2 Tawarikh 7:14).
Inilah yang Tuhan kehendaki untuk kita perbuat supaya beroleh pemulihan: pertama, kita harus merendahkan diri di hadapan Tuhan dan mengakui dosa-dosa kita. Alkitab menyatakan dengan jelas bahwa "...barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan." (Matius 23:12). Merendahkan diri memiliki arti yang berbeda dari rendah diri atau minder. Merendahkan diri merupakan lawan kata dari meninggikan diri; merendahkan diri berarti membiarkan diri kita berada di tempat yang lebih rendah dari orang lain, di mana kita bersikap apa adanya, terbuka dengan kelemahan kita. Merendahkan diri di hadapan Tuhan berarti menyadari akan kekurangan, keterbatasan dan ketergantungan kita sepenuhnya kepada Tuhan; kita sadar bahwa di luar Tuhan kita tidak bisa berbuat apa-apa (baca Yohanes 15:5). Juga berarti menyadari akan keberadaan kita sebagai orang berdosa dan memohon pengampunanNya. Dan "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1 Yohanes 1:9). Merendahkan diri di hadapan Tuhan disebut pula sebagai orang yang rendah hati dan "...orang yang rendah hati dikasihani-Nya." (Amsal 3:34). Oleh karena itu marilah kita berkata jujur kepada Tuhan, mengakui segala dosa dan pelanggaran yang telah kita perbuat, maka Dia akan mengampuni dan memulihkan kita.
Merendahkan diri di hadapan Tuhan dan mengakui dosa adalah awal menuju kepada pemulihan! (Bersambung)
Baca: Mazmur 126:1-6
"Pulihkanlah keadaan kami, ya TUHAN, seperti memulihkan batang air kering di Tanah Negeb!" Mazmur 126:4
Kita harus percaya bahwa di dalam Tuhan ada berkat, pertolongan, kesembuhan dan juga pemulihan di segala aspek kehidupan kita. Tuhan Yesus sendiri berkata, "Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan." (Yohanes 10:10b). Namun untuk mengalami berkat dan pemulihan Tuhan ada syaratnya, sebagaimana yang disampaikan Tuhan kepada bangsa Israel, "dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka." (2 Tawarikh 7:14).
Inilah yang Tuhan kehendaki untuk kita perbuat supaya beroleh pemulihan: pertama, kita harus merendahkan diri di hadapan Tuhan dan mengakui dosa-dosa kita. Alkitab menyatakan dengan jelas bahwa "...barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan." (Matius 23:12). Merendahkan diri memiliki arti yang berbeda dari rendah diri atau minder. Merendahkan diri merupakan lawan kata dari meninggikan diri; merendahkan diri berarti membiarkan diri kita berada di tempat yang lebih rendah dari orang lain, di mana kita bersikap apa adanya, terbuka dengan kelemahan kita. Merendahkan diri di hadapan Tuhan berarti menyadari akan kekurangan, keterbatasan dan ketergantungan kita sepenuhnya kepada Tuhan; kita sadar bahwa di luar Tuhan kita tidak bisa berbuat apa-apa (baca Yohanes 15:5). Juga berarti menyadari akan keberadaan kita sebagai orang berdosa dan memohon pengampunanNya. Dan "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1 Yohanes 1:9). Merendahkan diri di hadapan Tuhan disebut pula sebagai orang yang rendah hati dan "...orang yang rendah hati dikasihani-Nya." (Amsal 3:34). Oleh karena itu marilah kita berkata jujur kepada Tuhan, mengakui segala dosa dan pelanggaran yang telah kita perbuat, maka Dia akan mengampuni dan memulihkan kita.
Merendahkan diri di hadapan Tuhan dan mengakui dosa adalah awal menuju kepada pemulihan! (Bersambung)
Friday, December 13, 2013
RANCANGAN TUHAN BAGI KITA (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Desember 2013 -
Baca: Kejadian 2:1-25
"Selanjutnya TUHAN Allah membuat taman di Eden, di sebelah timur; disitulah ditempatkan-Nya manusia yang dibentuk-Nya itu." Kejadian 2:8
Rancangan Tuhan bagi kita selanjutnya adalah untuk berkuasa. "...berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." (Kejadian 1:28). Kuasa untuk menaklukkan segala kedagingan; menaklukkan segala pikiran negatif; menaklukkan kegagalan, kemiskinan, sakit penyakit; menaklukkan segala tipu muslihat Iblis; menaklukkan segala rintangan yang menghalangi langkah kita untuk meraih kemenangan. Firman Tuhan menegaskan bahwa kita ini dirancang untuk menjadi pemenang dan bukan pecundang. "Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita." (Roma 8:37), karena Roh yang ada di dalam kita itu lebih besar daripada roh yang ada di dalam dunia ini (baca 1 Yohanes 4:4), yaitu "...roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban." (2 Timotius 1:7).
Di samping itu Tuhan merancang kita untuk bekerja dan melayani Dia. Dikatakan, "TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu." (Kejadian 2:15). Ketika Adam diciptakan, Tuhan menempatkan dia di taman Eden. Tuhan memberikan tugas kepadanya untuk mengusahakan dan merawat taman itu. Kata 'mengusahakan dan memelihara' memiliki arti melakukan pekerjaan. Jadi Tuhan menghendaki Adam bekerja, bukan bermalas-malasan atau berpangku tangan saja. Demikian pula kita ini dirancang Tuhan untuk bekerja bagi Dia. Bahkan rasul Paulus dengan keras mengatakan, "...jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan." (2 Tesalonika 3:10). Yakobus pun menambahkan bahwa, "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati." (Yakobus 2:17).
Tidak ada alasan bagi kita untuk tidak bekerja bagi Tuhan, karena Tuhan telah memberikan kepada kita talenta dan karunia yang berbeda-beda. Jadi "Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja." (Yohanes 9:4).
Rancangan Tuhan bagi kita sungguh luar biasa, jangan sia-siakan waktu yang ada!
Baca: Kejadian 2:1-25
"Selanjutnya TUHAN Allah membuat taman di Eden, di sebelah timur; disitulah ditempatkan-Nya manusia yang dibentuk-Nya itu." Kejadian 2:8
Rancangan Tuhan bagi kita selanjutnya adalah untuk berkuasa. "...berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." (Kejadian 1:28). Kuasa untuk menaklukkan segala kedagingan; menaklukkan segala pikiran negatif; menaklukkan kegagalan, kemiskinan, sakit penyakit; menaklukkan segala tipu muslihat Iblis; menaklukkan segala rintangan yang menghalangi langkah kita untuk meraih kemenangan. Firman Tuhan menegaskan bahwa kita ini dirancang untuk menjadi pemenang dan bukan pecundang. "Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita." (Roma 8:37), karena Roh yang ada di dalam kita itu lebih besar daripada roh yang ada di dalam dunia ini (baca 1 Yohanes 4:4), yaitu "...roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban." (2 Timotius 1:7).
Di samping itu Tuhan merancang kita untuk bekerja dan melayani Dia. Dikatakan, "TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu." (Kejadian 2:15). Ketika Adam diciptakan, Tuhan menempatkan dia di taman Eden. Tuhan memberikan tugas kepadanya untuk mengusahakan dan merawat taman itu. Kata 'mengusahakan dan memelihara' memiliki arti melakukan pekerjaan. Jadi Tuhan menghendaki Adam bekerja, bukan bermalas-malasan atau berpangku tangan saja. Demikian pula kita ini dirancang Tuhan untuk bekerja bagi Dia. Bahkan rasul Paulus dengan keras mengatakan, "...jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan." (2 Tesalonika 3:10). Yakobus pun menambahkan bahwa, "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati." (Yakobus 2:17).
Tidak ada alasan bagi kita untuk tidak bekerja bagi Tuhan, karena Tuhan telah memberikan kepada kita talenta dan karunia yang berbeda-beda. Jadi "Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja." (Yohanes 9:4).
Rancangan Tuhan bagi kita sungguh luar biasa, jangan sia-siakan waktu yang ada!
Thursday, December 12, 2013
RANCANGAN TUHAN BAGI KITA (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Desember 2013 -
Baca: Kejadian 1:1-31
"Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi." Kejadian 1:26
Keberadaan kita di bumi ini bukanlah hasil evolusi, melainkan dirancang dan diciptakan oleh Tuhan. Bahkan kita adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia melebihi ciptaan-ciptaan Tuhan lainnya, karena kita diciptakan serupa dan segambar dengan Dia. Jadi kita ada bukan karena kebetulan, di balik itu semua Tuhan memiliki rancangan yang indah dan luar biasa atas hidup kita.
Adapun rancangan Tuhan dalam hidup kita adalah: Pertama, untuk memperoleh berkat Tuhan. Tertulis: "Allah memberkati mereka," (ayat 28). Jika keadaan kita sepertinya belum berubah dan belum mengalami berkat-berkat Tuhan, jangan kecewa. Kita harus dengan iman berkata bahwa hidup kita pasti diberkati Tuhan. Memang, akibat dosa, manusia hidup di bawah kutuk, tapi Tuhan Yesus datang ke dunia untuk mengubah kutuk itu menjadi berkat. Ia datang untuk memulihkan segala sesuatu yang telah rusak. "Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: 'Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!'" (Galatia 3:13). Tuhan Yesus sendiri menegaskan, "Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan." (Yohanes 10:10b).
Kedua, untuk beranak cucu dan hidup produktif. "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi..." (ayat 28). Kata 'produktif' di sini bukan hanya dalam hal keturunan, tetapi juga menghasilkan hal-hal yang baik bagi Tuhan sesuai dengan talenta dan karunia yang Dia berikan. "Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya." (Efesus 2:10). Tuhan menghendaki kita menghasilkan keturunan-keturunan yang berkarakter Ilahi; dan melalui pekerjaan baik yang kita lakukan, kehidupan kita akan menjadi berkat dan kesaksian bagi dunia. Inilah kehendak Tuhan bagi kita, karena keberadaan kita di tengah-tengah dunia adalah sebagai terang dunia dan garam dunia (baca Matius 5:13-16). Kalau garam itu menjadi tawar, bukankah ia tidak berguna lagi, selain dibuang? (Bersambung)
Baca: Kejadian 1:1-31
"Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi." Kejadian 1:26
Keberadaan kita di bumi ini bukanlah hasil evolusi, melainkan dirancang dan diciptakan oleh Tuhan. Bahkan kita adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia melebihi ciptaan-ciptaan Tuhan lainnya, karena kita diciptakan serupa dan segambar dengan Dia. Jadi kita ada bukan karena kebetulan, di balik itu semua Tuhan memiliki rancangan yang indah dan luar biasa atas hidup kita.
Adapun rancangan Tuhan dalam hidup kita adalah: Pertama, untuk memperoleh berkat Tuhan. Tertulis: "Allah memberkati mereka," (ayat 28). Jika keadaan kita sepertinya belum berubah dan belum mengalami berkat-berkat Tuhan, jangan kecewa. Kita harus dengan iman berkata bahwa hidup kita pasti diberkati Tuhan. Memang, akibat dosa, manusia hidup di bawah kutuk, tapi Tuhan Yesus datang ke dunia untuk mengubah kutuk itu menjadi berkat. Ia datang untuk memulihkan segala sesuatu yang telah rusak. "Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: 'Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!'" (Galatia 3:13). Tuhan Yesus sendiri menegaskan, "Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan." (Yohanes 10:10b).
Kedua, untuk beranak cucu dan hidup produktif. "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi..." (ayat 28). Kata 'produktif' di sini bukan hanya dalam hal keturunan, tetapi juga menghasilkan hal-hal yang baik bagi Tuhan sesuai dengan talenta dan karunia yang Dia berikan. "Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya." (Efesus 2:10). Tuhan menghendaki kita menghasilkan keturunan-keturunan yang berkarakter Ilahi; dan melalui pekerjaan baik yang kita lakukan, kehidupan kita akan menjadi berkat dan kesaksian bagi dunia. Inilah kehendak Tuhan bagi kita, karena keberadaan kita di tengah-tengah dunia adalah sebagai terang dunia dan garam dunia (baca Matius 5:13-16). Kalau garam itu menjadi tawar, bukankah ia tidak berguna lagi, selain dibuang? (Bersambung)
Wednesday, December 11, 2013
BERUBAH DAN BERBUAH (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Desember 2013 -
Baca: Roma 7:1-12
"Sebab itu, saudara-saudaraku, kamu juga telah mati bagi hukum Taurat oleh tubuh Kristus, supaya kamu menjadi milik orang lain, yaitu milik Dia, yang telah dibangkitkan dari antara orang mati, agar kita berbuah bagi Allah." Roma 7:4
Buah merupakan indikator sebuah pohon sehat. Setiap pohon sehat pasti akan menghasilkan buah pada waktunya. Sebaliknya pohon yang tidak sehat sulit sekali untuk berbuah. Demikian pula orang percaya yang 'sehat' rohaninya pasti menghasilkan buah-buah sesuai pertobatannya. Buah-buah yang dimaksudkan adalah buah-buah Roh, yaitu "...kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu." (Galatia 5:22-23a). Sedangkan di dalam diri orang Kristen yang 'sakit' rohaninya mustahil ada buah-buah Roh.
Keberadaan kita ini diibaratkan sebuah ranting dan Tuhan Yesus adalah pokok anggurnya. Tuhan berkata, "Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah." (Yohanes 15:2). Dikatakan bahwa ranting yang tidak berbuah akan dipotongNya dan kemudian dicampakkan ke dalam api dan dibakar. Itulah akhir dari pohon yang tidak menghasilkan buah. Demikian pula perumpamaan tentang pohon ara yang tidak berbuah: sudah tiga tahun lamanya si pemilik kebun tidak menemukan buah pada pohon aranya sehingga ia pun memerintahkan pengurus kebunnya untuk menebang pohon itu dengan berkata, "Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma!" (baca Lukas 13:6-9).
Setiap orang percaya tidak bisa menghindarkan diri dari proses 'berubah dan berbuah' ini. Mengapa demikian? Karena hidup yang berubah dan berbuah adalah syarat untuk mengalami penggenapan janji Tuhan dalam hidup kita. Kadangkala kita merasa bahwa janji Tuhan itu sangat jauh dari kehidupan kita; dan kita pun berpikir bahwa Tuhan itu ingkar akan janji-janjiNya. Tidak sama sekali! Tak satu pun janji Tuhan yang tidak ditepatiNya. Pada saat yang tepat pasti digenapiNya!
Sebelum Tuhan menggenapi janjiNya Ia terlebih dahulu memproses dan membentuk kita supaya kita benar-benar menjadi orang Kristen yang makin hari makin dewasa di dalam Dia, sehingga kehidupan kita pun menjadi kesaksian yang memuliakan namaNya.
Baca: Roma 7:1-12
"Sebab itu, saudara-saudaraku, kamu juga telah mati bagi hukum Taurat oleh tubuh Kristus, supaya kamu menjadi milik orang lain, yaitu milik Dia, yang telah dibangkitkan dari antara orang mati, agar kita berbuah bagi Allah." Roma 7:4
Buah merupakan indikator sebuah pohon sehat. Setiap pohon sehat pasti akan menghasilkan buah pada waktunya. Sebaliknya pohon yang tidak sehat sulit sekali untuk berbuah. Demikian pula orang percaya yang 'sehat' rohaninya pasti menghasilkan buah-buah sesuai pertobatannya. Buah-buah yang dimaksudkan adalah buah-buah Roh, yaitu "...kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu." (Galatia 5:22-23a). Sedangkan di dalam diri orang Kristen yang 'sakit' rohaninya mustahil ada buah-buah Roh.
Keberadaan kita ini diibaratkan sebuah ranting dan Tuhan Yesus adalah pokok anggurnya. Tuhan berkata, "Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah." (Yohanes 15:2). Dikatakan bahwa ranting yang tidak berbuah akan dipotongNya dan kemudian dicampakkan ke dalam api dan dibakar. Itulah akhir dari pohon yang tidak menghasilkan buah. Demikian pula perumpamaan tentang pohon ara yang tidak berbuah: sudah tiga tahun lamanya si pemilik kebun tidak menemukan buah pada pohon aranya sehingga ia pun memerintahkan pengurus kebunnya untuk menebang pohon itu dengan berkata, "Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma!" (baca Lukas 13:6-9).
Setiap orang percaya tidak bisa menghindarkan diri dari proses 'berubah dan berbuah' ini. Mengapa demikian? Karena hidup yang berubah dan berbuah adalah syarat untuk mengalami penggenapan janji Tuhan dalam hidup kita. Kadangkala kita merasa bahwa janji Tuhan itu sangat jauh dari kehidupan kita; dan kita pun berpikir bahwa Tuhan itu ingkar akan janji-janjiNya. Tidak sama sekali! Tak satu pun janji Tuhan yang tidak ditepatiNya. Pada saat yang tepat pasti digenapiNya!
Sebelum Tuhan menggenapi janjiNya Ia terlebih dahulu memproses dan membentuk kita supaya kita benar-benar menjadi orang Kristen yang makin hari makin dewasa di dalam Dia, sehingga kehidupan kita pun menjadi kesaksian yang memuliakan namaNya.
Tuesday, December 10, 2013
BERUBAH DAN BERBUAH (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Desember 2013 -
Baca: Mazmur 92:1-15
"Pada masa tua pun mereka masih berbuah, menjadi gemuk dan segar, untuk memberitakan, bahwa TUHAN itu benar, bahwa Ia gunung batuku dan tidak ada kecurangan pada-Nya." Mazmur 92:15
Tuhan memanggil dan menyelamatkan kita dengan tujuan supaya kita memiliki kehidupan yang berbeda dari orang-orang dunia. Dengan demikian kebenaran kita itu berdampak dan menjadi kesaksian bagi kemuliaan namaNya.
Kita dapat dikatakan 'berbeda' bila ada perubahan hidup yang benar-benar nampak dan bisa dilihat oleh orang lain dengan ditandai buah-buah Roh. "Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan." (Matius 3:8). Berubah dan berbuah merupakan kehendak Tuhan bagi setiap orang percaya. Inilah kehendak Tuhan itu: "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:2), dan "Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku." (Yohanes 15:8).
Mengapa setiap orang percaya harus berubah dan berbuah? Seorang Kristen dapat dikatakan berubah apabila karakternya juga berubah. "Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu." (1 Korintus 13:11). Berubah berarti bergerak menuju ke arah Kristus dengan meninggalkan sifat kanak-kanak dan bertumbuh menjadi dewasa rohani. Bukankah masih banyak orang Kristen yang sudah bertahun-tahun mengikut Tuhan dan ditinjau dari sudut umur pun sudah dewasa (tua), namun mereka tetap saja memiliki kerohanian yang kerdil? "Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras. Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil." (Ibrani 5:12-13).
Jangan terus menjadi bayi atau kanak-kanak rohani! Jadilah orang Kristen yang makin hari makin dewasa. Perubahan karakter adalah salah satu tandanya. (Bersambung)
Baca: Mazmur 92:1-15
"Pada masa tua pun mereka masih berbuah, menjadi gemuk dan segar, untuk memberitakan, bahwa TUHAN itu benar, bahwa Ia gunung batuku dan tidak ada kecurangan pada-Nya." Mazmur 92:15
Tuhan memanggil dan menyelamatkan kita dengan tujuan supaya kita memiliki kehidupan yang berbeda dari orang-orang dunia. Dengan demikian kebenaran kita itu berdampak dan menjadi kesaksian bagi kemuliaan namaNya.
Kita dapat dikatakan 'berbeda' bila ada perubahan hidup yang benar-benar nampak dan bisa dilihat oleh orang lain dengan ditandai buah-buah Roh. "Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan." (Matius 3:8). Berubah dan berbuah merupakan kehendak Tuhan bagi setiap orang percaya. Inilah kehendak Tuhan itu: "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:2), dan "Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku." (Yohanes 15:8).
Mengapa setiap orang percaya harus berubah dan berbuah? Seorang Kristen dapat dikatakan berubah apabila karakternya juga berubah. "Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu." (1 Korintus 13:11). Berubah berarti bergerak menuju ke arah Kristus dengan meninggalkan sifat kanak-kanak dan bertumbuh menjadi dewasa rohani. Bukankah masih banyak orang Kristen yang sudah bertahun-tahun mengikut Tuhan dan ditinjau dari sudut umur pun sudah dewasa (tua), namun mereka tetap saja memiliki kerohanian yang kerdil? "Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras. Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil." (Ibrani 5:12-13).
Jangan terus menjadi bayi atau kanak-kanak rohani! Jadilah orang Kristen yang makin hari makin dewasa. Perubahan karakter adalah salah satu tandanya. (Bersambung)
Monday, December 9, 2013
MENANTIKAN JANJI TUHAN: Menjaga Perbuatan!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Desember 2013 -
Baca: Amsal 4:1-27
"Janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, jauhkanlah kakimu dari kejahatan." Amsal 4:27
Saat dilanda persoalan atau pergumulan yang hebat banyak dari kita yang cenderung mengalami kemerosotan rohani. Kita tidak mampu lagi menjaga kualitas hidup rohani kita. Semakin besar masalah menerpa bukannya makin mendekat kepada Tuhan, tapi kita semakin menjauh. Bahkan kita menunjukkan sikap yang memberontak kepada Tuhan dengan mengomel, mengumpat, kecewa, jengkel, marah dan menyalahkan Tuhan. Hal ini pun berimbas pada keseharian kita: malas berdoa, malas baca Alkitab, malas beribadah. Kemudian kita mencoba menyelesaikan permasalahan dengan kekuatan sendiri, mencari pertolongan kepada manusia, dan akhirnya kembali kepada kehidupan lama. Kita tidak lagi hidup menurut pimpinan Roh Kudus, melainkan menuruti keinginan daging. Alkitab menegaskan, "Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya." (Galatia 5:24).
Kalau kita kembali kepada kehidupan lama, siapa yang diuntungkan? Iblis! Ia (Iblis) akan lebih mudah menyerang kehidupan kita sehingga kita makin terpuruk dan jatuh. Karena itu dalam menantikan janji Tuhan kerohanian kita jangan sampai loyo dan semangat melayani Tuhan jangan mengendor. Dalam Roma 12:11 dikatakan, "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan." Sesulit apa pun situasinya mari tetap mengutamakan Tuhan dan melayani Dia dengan sepenuh hati. Janganlah seperti Esau yang rela menjual hak kesulungannya demi sepiring makanan (baca Ibrani 12:16-17). Akhirnya penyesalan pun tiada guna. Jangan pula seperti para pengikut Daud saat Ziklag terbakar, yang hendak melempari Daud dengan batu. Namun Daud dalam keadaan terjepit dan pergumulan yang berat dapat menjaga sikap dan perilakunya dengan menguatkan kepercayaannya kepada Tuhan (baca 1 Samuel 30:6).
Daud melakukan tindakan yang benar: datang kepada Tuhan dan menyerahkan segala permasalahan kepadaNya. Ia tidak bertindak mengandalkan kekuatannya sendiri.
Masa-masa penantian adalah masa yang sangat menentukan, karena itu jagalah perilaku dan tetap hidup benar di hadapan Tuhan supaya janjiNya dinyatakan bagi kita tepat pada waktuNya.
Baca: Amsal 4:1-27
"Janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, jauhkanlah kakimu dari kejahatan." Amsal 4:27
Saat dilanda persoalan atau pergumulan yang hebat banyak dari kita yang cenderung mengalami kemerosotan rohani. Kita tidak mampu lagi menjaga kualitas hidup rohani kita. Semakin besar masalah menerpa bukannya makin mendekat kepada Tuhan, tapi kita semakin menjauh. Bahkan kita menunjukkan sikap yang memberontak kepada Tuhan dengan mengomel, mengumpat, kecewa, jengkel, marah dan menyalahkan Tuhan. Hal ini pun berimbas pada keseharian kita: malas berdoa, malas baca Alkitab, malas beribadah. Kemudian kita mencoba menyelesaikan permasalahan dengan kekuatan sendiri, mencari pertolongan kepada manusia, dan akhirnya kembali kepada kehidupan lama. Kita tidak lagi hidup menurut pimpinan Roh Kudus, melainkan menuruti keinginan daging. Alkitab menegaskan, "Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya." (Galatia 5:24).
Kalau kita kembali kepada kehidupan lama, siapa yang diuntungkan? Iblis! Ia (Iblis) akan lebih mudah menyerang kehidupan kita sehingga kita makin terpuruk dan jatuh. Karena itu dalam menantikan janji Tuhan kerohanian kita jangan sampai loyo dan semangat melayani Tuhan jangan mengendor. Dalam Roma 12:11 dikatakan, "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan." Sesulit apa pun situasinya mari tetap mengutamakan Tuhan dan melayani Dia dengan sepenuh hati. Janganlah seperti Esau yang rela menjual hak kesulungannya demi sepiring makanan (baca Ibrani 12:16-17). Akhirnya penyesalan pun tiada guna. Jangan pula seperti para pengikut Daud saat Ziklag terbakar, yang hendak melempari Daud dengan batu. Namun Daud dalam keadaan terjepit dan pergumulan yang berat dapat menjaga sikap dan perilakunya dengan menguatkan kepercayaannya kepada Tuhan (baca 1 Samuel 30:6).
Daud melakukan tindakan yang benar: datang kepada Tuhan dan menyerahkan segala permasalahan kepadaNya. Ia tidak bertindak mengandalkan kekuatannya sendiri.
Masa-masa penantian adalah masa yang sangat menentukan, karena itu jagalah perilaku dan tetap hidup benar di hadapan Tuhan supaya janjiNya dinyatakan bagi kita tepat pada waktuNya.
Sunday, December 8, 2013
MENANTIKAN JANJI TUHAN: Menjaga Ucapan (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Desember 2013 -
Baca: Mazmur 39:1-14
"Aku hendak menjaga diri, supaya jangan aku berdosa dengan lidahku;" Mazmur 39:2
Ketika apa yang kita harapkan tidak menjadi kenyataan seringkali yang keluar dari mulut kita adalah kata-kata negatif sebagai ungkapan rasa kesal, kecewa dan marah. Berhati-hatilah, sebab ucapan kita ibarat benih, suatu saat akan tumbuh, berkembang dan menghasilkan buah. Ada tertulis: "Perut orang dikenyangkan oleh hasil mulutnya, ia dikenyangkan oleh hasil bibirnya." (Amsal 18:20). Pilihan ada pada kita: memperkatakan yang baik atau buruk. Bila sampai hari ini kita belum melihat apa yang baik janganlah bersungut-sungut atau mengomel, tetap perkatakan yang positif, ucapkanlah berkat, maka suatu saat berkat atau hal-hal positif itu akan benar-benar terjadi dalam hidup kita. Ada kalimat bijak: 'Your word will save your world!' Artinya perkataan kita dapat menyelamatkan dunia, perkataan kita dapat membentuk hidup kita. Jika kita memperkatakan yang positif, maka yang positif ini akan mempengaruhi pikiran dan tindakan kita. Begitu pula sebaliknya! Karena itu "Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang." (Kolose 4:6).
Sebagai orang percaya kita memiliki kuasa perkataan yaitu perkataan di dalam nama Yesus. Itu bukanlah perkataan biasa, melainkan perkataan yang mengandung kuasa dahsyat bila diucapkan dengan iman, "... bahwasanya seperti yang kamu katakan di hadapan-Ku, demikianlah akan Kulakukan kepadamu." (Bilangan 14:28). Ini berarti Tuhan akan mengerjakan apa yang kita perkatakan. Jika Tuhan yang melakukan, tidak ada yang mustahil, karena Ia sanggup menjadikan yang tidak ada menjadi ada. Namun kadang yang kita lihat dan alami justru sebaliknya, yaitu kesulitan demi kesulitan. Jangan berkecil hati, percayalah dan terus perkatakanlah, maka seperti Tuhan menggenapi janjiNya kepada Yusuf, hal yang sama akan dilakukanNya bagi kita.
Sebesar apa pun persoalan kita hari-hari ini jangan sampai menyurutkan iman kita sehingga kita tidak berani berkata-kata positif. Perkatakan firman setiap hari, maka kuasa Tuhan akan bekerja dalam hidup kita. Sesuatu yang luar biasa pasti akan terjadi!
"...tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya." Markus 11:23
Baca: Mazmur 39:1-14
"Aku hendak menjaga diri, supaya jangan aku berdosa dengan lidahku;" Mazmur 39:2
Ketika apa yang kita harapkan tidak menjadi kenyataan seringkali yang keluar dari mulut kita adalah kata-kata negatif sebagai ungkapan rasa kesal, kecewa dan marah. Berhati-hatilah, sebab ucapan kita ibarat benih, suatu saat akan tumbuh, berkembang dan menghasilkan buah. Ada tertulis: "Perut orang dikenyangkan oleh hasil mulutnya, ia dikenyangkan oleh hasil bibirnya." (Amsal 18:20). Pilihan ada pada kita: memperkatakan yang baik atau buruk. Bila sampai hari ini kita belum melihat apa yang baik janganlah bersungut-sungut atau mengomel, tetap perkatakan yang positif, ucapkanlah berkat, maka suatu saat berkat atau hal-hal positif itu akan benar-benar terjadi dalam hidup kita. Ada kalimat bijak: 'Your word will save your world!' Artinya perkataan kita dapat menyelamatkan dunia, perkataan kita dapat membentuk hidup kita. Jika kita memperkatakan yang positif, maka yang positif ini akan mempengaruhi pikiran dan tindakan kita. Begitu pula sebaliknya! Karena itu "Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang." (Kolose 4:6).
Sebagai orang percaya kita memiliki kuasa perkataan yaitu perkataan di dalam nama Yesus. Itu bukanlah perkataan biasa, melainkan perkataan yang mengandung kuasa dahsyat bila diucapkan dengan iman, "... bahwasanya seperti yang kamu katakan di hadapan-Ku, demikianlah akan Kulakukan kepadamu." (Bilangan 14:28). Ini berarti Tuhan akan mengerjakan apa yang kita perkatakan. Jika Tuhan yang melakukan, tidak ada yang mustahil, karena Ia sanggup menjadikan yang tidak ada menjadi ada. Namun kadang yang kita lihat dan alami justru sebaliknya, yaitu kesulitan demi kesulitan. Jangan berkecil hati, percayalah dan terus perkatakanlah, maka seperti Tuhan menggenapi janjiNya kepada Yusuf, hal yang sama akan dilakukanNya bagi kita.
Sebesar apa pun persoalan kita hari-hari ini jangan sampai menyurutkan iman kita sehingga kita tidak berani berkata-kata positif. Perkatakan firman setiap hari, maka kuasa Tuhan akan bekerja dalam hidup kita. Sesuatu yang luar biasa pasti akan terjadi!
"...tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya." Markus 11:23
Saturday, December 7, 2013
MENANTIKAN JANJI TUHAN: Menjaga Ucapan (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Desember 2013 -
Baca: Habakuk 3:1-19
"namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku." Habakuk 3:18
Setiap kita pasti mengharapkan janji-janji Tuhan yang tertulis dalam Alkitab tergenapi dalam hidup kita meski hal itu membutuhkan proses penantian; dalam menantikan janji Tuhan tersebut mungkin kita mengalami pergumulan yang tidak mudah: masalah, kesesakan, situasi, keadaan sulit acapkali melemahkan iman dan membuat kita kehilangan fokus, padahal kita butuh iman yang teguh dan juga tindakan sebagai langkah iman.
Habakuk mengalami situasi yang buruk dan berada di tengah-tengah keadaan yang tidak pasti, di mana pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang. Secara manusia tidak ada harapan! Jadi sebenarnya Habakuk punya alasan untuk menjadi lemah, kecewa dan putus asa, namun ia tetap menaruh pengharapan kepada Tuhan. Hal yang sama dilakukan Daud saat Ziklag terbakar, di mana ia tetap "...menguatkan kepercayaannya kepada TUHAN, Allahnya." (1 Samuel 30:6b).
Kita harus menyadari bahwa untuk dapat menerima janji Tuhan dibutuhkan tindakan dari pihak kita, sebab "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati." (Yakobus 2:17), karena "...iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna." (Yakobus 2:22). Maka kita harus melakukan sesuatu yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Mungkin saja keadaan di sekitar kita begitu buruk, tidak ada sesuatu pun yang baik nampaknya, tapi kita harus tetap percaya kepada Tuhan dan melangkah dengan iman.
Kita pun harus bisa menjaga sikap kita sembari menantikan janji Tuhan tersebut, antara lain menjaga lidah atau ucapan kita. Lidah memegang peranan yang sangat penting dalam hidup seseorang, "...walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar." (Yakobus 3:5a). Banyak orang Kristen tidak menyadari akan hal ini. Akibatnya kita mudah sekali memperkatakan hal-hal yang buruk dan negatif. Alkitab dengan tegas menyatakan, "Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya." (Amsal 18:21). (Bersambung)
Baca: Habakuk 3:1-19
"namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku." Habakuk 3:18
Setiap kita pasti mengharapkan janji-janji Tuhan yang tertulis dalam Alkitab tergenapi dalam hidup kita meski hal itu membutuhkan proses penantian; dalam menantikan janji Tuhan tersebut mungkin kita mengalami pergumulan yang tidak mudah: masalah, kesesakan, situasi, keadaan sulit acapkali melemahkan iman dan membuat kita kehilangan fokus, padahal kita butuh iman yang teguh dan juga tindakan sebagai langkah iman.
Habakuk mengalami situasi yang buruk dan berada di tengah-tengah keadaan yang tidak pasti, di mana pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang. Secara manusia tidak ada harapan! Jadi sebenarnya Habakuk punya alasan untuk menjadi lemah, kecewa dan putus asa, namun ia tetap menaruh pengharapan kepada Tuhan. Hal yang sama dilakukan Daud saat Ziklag terbakar, di mana ia tetap "...menguatkan kepercayaannya kepada TUHAN, Allahnya." (1 Samuel 30:6b).
Kita harus menyadari bahwa untuk dapat menerima janji Tuhan dibutuhkan tindakan dari pihak kita, sebab "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati." (Yakobus 2:17), karena "...iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna." (Yakobus 2:22). Maka kita harus melakukan sesuatu yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Mungkin saja keadaan di sekitar kita begitu buruk, tidak ada sesuatu pun yang baik nampaknya, tapi kita harus tetap percaya kepada Tuhan dan melangkah dengan iman.
Kita pun harus bisa menjaga sikap kita sembari menantikan janji Tuhan tersebut, antara lain menjaga lidah atau ucapan kita. Lidah memegang peranan yang sangat penting dalam hidup seseorang, "...walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar." (Yakobus 3:5a). Banyak orang Kristen tidak menyadari akan hal ini. Akibatnya kita mudah sekali memperkatakan hal-hal yang buruk dan negatif. Alkitab dengan tegas menyatakan, "Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya." (Amsal 18:21). (Bersambung)
Friday, December 6, 2013
RAHASIA HIDUP DANIEL (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Desember 2013 -
Baca: Daniel 2:1-49
"Lalu raja memuliakan Daniel: dianugerahinyalah dengan banyak pemberian yang besar, dan dibuatnya dia menjadi penguasa atas seluruh wilayah Babel dan menjadi kepala semua orang bijaksana di Babel." Daniel 2:48
Rahasia hidup Daniel kedua adalah memiliki pergaulan yang baik. Ia tidak sembarangan bergaul dan sangat selektif memiliki teman, sebab ia sadar bahwa "Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik." (1 Korintus 15:33). Karena itulah Daniel membangun hubungan dengan teman-teman yang sama-sama takut akan Tuhan dan memiliki kerohanian yang baik pula, sehingga mereka dapat saling mendukung, menasihati, mengingatkan dan menguatkan. "Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya." (Amsal 27:17). Berhati-hatilah dalam bergaul! Dengan siapa kita bergaul dan siapa teman-teman di sekitar kita sangat mempengaruhi pola pikir dan juga menentukan perjalanan hidup kita, akan seperti apa kita dikemudian hari, sebab "Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang." (Amsal 13:20). Daniel pun memilih Hananya, Misael dan Azarya sebagai sahabat-sahabatnya.
Hal ketiga adalah Daniel berkomitmen untuk memelihara kehidupan doanya setiap hari. Ia senantiasa menyediakan waktu khusus untuk Tuhan tiga kali sehari berlutut, berdoa dan memuji-muji Tuhan. Tertulis: "Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya." (Daniel 6:11). Sebagai pejabat pemerintahan tentunya Daniel punya banyak aktivitas dan kesibukan; meski demikian ia tidak pernah lalai menyediakan waktu untuk bersekutu dengan Tuhan. Di segala keadaan Daniel tetap tekun berdoa. Hal ini menunjukkan bahwa ia senantiasa mengandalkan Tuhan dan melibatkan Dia di segala aspek hidupnya.
"Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?" (Lukas 18:7). Itulah sebabnya apa saja yang dikerjakan Daniel senantiasa berhasil dan beruntung, karena tangan Tuhan selalu campur tangan.
"Dan Daniel ini mempunyai kedudukan tinggi pada zaman pemerintahan Darius dan pada zaman pemerintahan Koresh, orang Persia itu." Daniel 6:29
Baca: Daniel 2:1-49
"Lalu raja memuliakan Daniel: dianugerahinyalah dengan banyak pemberian yang besar, dan dibuatnya dia menjadi penguasa atas seluruh wilayah Babel dan menjadi kepala semua orang bijaksana di Babel." Daniel 2:48
Rahasia hidup Daniel kedua adalah memiliki pergaulan yang baik. Ia tidak sembarangan bergaul dan sangat selektif memiliki teman, sebab ia sadar bahwa "Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik." (1 Korintus 15:33). Karena itulah Daniel membangun hubungan dengan teman-teman yang sama-sama takut akan Tuhan dan memiliki kerohanian yang baik pula, sehingga mereka dapat saling mendukung, menasihati, mengingatkan dan menguatkan. "Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya." (Amsal 27:17). Berhati-hatilah dalam bergaul! Dengan siapa kita bergaul dan siapa teman-teman di sekitar kita sangat mempengaruhi pola pikir dan juga menentukan perjalanan hidup kita, akan seperti apa kita dikemudian hari, sebab "Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang." (Amsal 13:20). Daniel pun memilih Hananya, Misael dan Azarya sebagai sahabat-sahabatnya.
Hal ketiga adalah Daniel berkomitmen untuk memelihara kehidupan doanya setiap hari. Ia senantiasa menyediakan waktu khusus untuk Tuhan tiga kali sehari berlutut, berdoa dan memuji-muji Tuhan. Tertulis: "Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya." (Daniel 6:11). Sebagai pejabat pemerintahan tentunya Daniel punya banyak aktivitas dan kesibukan; meski demikian ia tidak pernah lalai menyediakan waktu untuk bersekutu dengan Tuhan. Di segala keadaan Daniel tetap tekun berdoa. Hal ini menunjukkan bahwa ia senantiasa mengandalkan Tuhan dan melibatkan Dia di segala aspek hidupnya.
"Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?" (Lukas 18:7). Itulah sebabnya apa saja yang dikerjakan Daniel senantiasa berhasil dan beruntung, karena tangan Tuhan selalu campur tangan.
"Dan Daniel ini mempunyai kedudukan tinggi pada zaman pemerintahan Darius dan pada zaman pemerintahan Koresh, orang Persia itu." Daniel 6:29
Thursday, December 5, 2013
RAHASIA HIDUP DANIEL (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Desember 2013 -
Baca: Daniel 1:1-21
"Dalam tiap-tiap hal yang memerlukan kebijaksanaan dan pengertian, yang ditanyakan raja kepada mereka, didapatinya bahwa mereka sepuluh kali lebih cerdas dari pada semua orang berilmu dan semua ahli jampi di seluruh kerajaannya." Daniel 1:20
Hari ini kita belajar dari seorang muda yang mampu 'mengalahkan' dunia. Daniel adalah orang muda yang memiliki roh luar biasa dan memiliki kualitas hidup di atas rata-rata. Dalam bahasa Ibrani nama 'Daniel' memiliki arti 'Tuhanlah hakimku'. Kata 'hakim' sendiri memiliki makna yang sangat luar biasa, suatu gambaran tentang kebijaksanaan yang di dalamnya terkandung hikmat, kekudusan, intelektual dan juga integritas. Daniel adalah salah seorang dari orang-orang muda pilihan yang ditangkap dan dibawa oleh Nebukadnezar, raja Babel, pada waktu Yerusalem runtuh. "...orang-orang muda yang tidak ada sesuatu cela, yang berperawakan baik, yang memahami berbagai-bagai hikmat, berpengetahuan banyak dan yang mempunyai pengertian tentang ilmu, yakni orang-orang yang cakap untuk bekerja dalam istana raja, supaya mereka diajarkan tulisan dan bahasa orang Kasdim." (Daniel 1:4). Di negeri Babel, oleh pemimpin pegawai istana, nama Daniel diganti menjadi Beltsazar.
Meski berada di negeri pembuangan, grafik kehidupan Daniel bukannya makin merosot, justru sebaliknya makin hari makin naik seperti janji firmanNya, "TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun," (Ulangan 28:13). Keberhasilan Daniel didapat bukan karena melakukan kecurangan, suap atau kompromi, tapi karena ia memiliki kualitas hidup yang 'berbeda' dari orang lain. Inilah yang dilakukan Daniel: pertama, ia berkomitmen untuk hidup kudus. Bukanlah perkara yang mudah bagi anak muda untuk tidak menajiskan diri dari perkara-perkara duniawi. "Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja; dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tak usah menajiskan dirinya." (Daniel 1:8).
Daniel bersikap tegas dan tidak mau berkompromi sedikit pun dengan dosa dan tetap berkomitmen untuk menjaga kekudusan hidupnya. Apa kuncinya? "Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu. (Mazmur 119:9). (Bersambung)
Baca: Daniel 1:1-21
"Dalam tiap-tiap hal yang memerlukan kebijaksanaan dan pengertian, yang ditanyakan raja kepada mereka, didapatinya bahwa mereka sepuluh kali lebih cerdas dari pada semua orang berilmu dan semua ahli jampi di seluruh kerajaannya." Daniel 1:20
Hari ini kita belajar dari seorang muda yang mampu 'mengalahkan' dunia. Daniel adalah orang muda yang memiliki roh luar biasa dan memiliki kualitas hidup di atas rata-rata. Dalam bahasa Ibrani nama 'Daniel' memiliki arti 'Tuhanlah hakimku'. Kata 'hakim' sendiri memiliki makna yang sangat luar biasa, suatu gambaran tentang kebijaksanaan yang di dalamnya terkandung hikmat, kekudusan, intelektual dan juga integritas. Daniel adalah salah seorang dari orang-orang muda pilihan yang ditangkap dan dibawa oleh Nebukadnezar, raja Babel, pada waktu Yerusalem runtuh. "...orang-orang muda yang tidak ada sesuatu cela, yang berperawakan baik, yang memahami berbagai-bagai hikmat, berpengetahuan banyak dan yang mempunyai pengertian tentang ilmu, yakni orang-orang yang cakap untuk bekerja dalam istana raja, supaya mereka diajarkan tulisan dan bahasa orang Kasdim." (Daniel 1:4). Di negeri Babel, oleh pemimpin pegawai istana, nama Daniel diganti menjadi Beltsazar.
Meski berada di negeri pembuangan, grafik kehidupan Daniel bukannya makin merosot, justru sebaliknya makin hari makin naik seperti janji firmanNya, "TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun," (Ulangan 28:13). Keberhasilan Daniel didapat bukan karena melakukan kecurangan, suap atau kompromi, tapi karena ia memiliki kualitas hidup yang 'berbeda' dari orang lain. Inilah yang dilakukan Daniel: pertama, ia berkomitmen untuk hidup kudus. Bukanlah perkara yang mudah bagi anak muda untuk tidak menajiskan diri dari perkara-perkara duniawi. "Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja; dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tak usah menajiskan dirinya." (Daniel 1:8).
Daniel bersikap tegas dan tidak mau berkompromi sedikit pun dengan dosa dan tetap berkomitmen untuk menjaga kekudusan hidupnya. Apa kuncinya? "Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu. (Mazmur 119:9). (Bersambung)
Wednesday, December 4, 2013
ORANG PERCAYA: Mengalahkan Dunia (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Desember 2013 -
Baca: Yesaya 42:1-9
"Aku ini, TUHAN, telah memanggil engkau untuk maksud penyelamatan, telah memegang tanganmu; Aku telah membentuk engkau dan memberi engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia, menjadi terang untuk bangsa-bangsa," Yesaya 42:6
Ada tertulis: "...iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna." (Yakobus 2:22). Jadi "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati." (Yakobus 2:17). Ini menunjukkan ada harga yang harus kita bayar untuk bisa mengalahkan dunia dan menjadi orang-orang yang berdampak. Pertanyaannya: "Siapakah kita menjadi perhatian dunia?" Kita bisa mengalahkan dan bahkan mengubah dunia di mana pun kita berada, tempat di mana kita berinteraksi langsung. Inilah yang dimaksud "...kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." (Kisah 1:8). Jadi kita tidak harus menjangkau tempat yang jauh-jauh, namun di lingkungan terdekat sudahkah kita menjadi berkat?
Siap atau tidak siap, mau tidak mau, Tuhan ingin kita menjadi berkat supaya melalui perbuatan kita namaNya dipermuliakan. "Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Matius 5:16). Kalau yang kita lakukan itu tidak baik, lebih jelek atau 'setali tiga uang' dengan orang-orang yang tidak mengenal Tuhan, apa istimewanya kita? Pasti orang dunia tidak akan mau melihat kita. Satu-satunya jalan adalah memiliki kehidupan dan karya yang lebih baik dari orang dunia, barulah mereka akan tertarik membicarakan kita, melihat kita dan akhirnya datang kepada kita.
Akhirnya, bagaimana kita bersikap dan bertindak akan menentukan 'kualitas dan posisi' kita di mata dunia. Karena itu kita harus mengarahkan iman kita kepada Tuhan, mengisi pikiran dengan hal-hal yang positif. "...semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu." (Filipi 4:8), dan praktekkan iman itu dalam perbuatan nyata.
Orang Kristen yang benar mampu mengalahkan dunia dengan iman dan perbuatannya!
Baca: Yesaya 42:1-9
"Aku ini, TUHAN, telah memanggil engkau untuk maksud penyelamatan, telah memegang tanganmu; Aku telah membentuk engkau dan memberi engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia, menjadi terang untuk bangsa-bangsa," Yesaya 42:6
Ada tertulis: "...iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna." (Yakobus 2:22). Jadi "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati." (Yakobus 2:17). Ini menunjukkan ada harga yang harus kita bayar untuk bisa mengalahkan dunia dan menjadi orang-orang yang berdampak. Pertanyaannya: "Siapakah kita menjadi perhatian dunia?" Kita bisa mengalahkan dan bahkan mengubah dunia di mana pun kita berada, tempat di mana kita berinteraksi langsung. Inilah yang dimaksud "...kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." (Kisah 1:8). Jadi kita tidak harus menjangkau tempat yang jauh-jauh, namun di lingkungan terdekat sudahkah kita menjadi berkat?
Siap atau tidak siap, mau tidak mau, Tuhan ingin kita menjadi berkat supaya melalui perbuatan kita namaNya dipermuliakan. "Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Matius 5:16). Kalau yang kita lakukan itu tidak baik, lebih jelek atau 'setali tiga uang' dengan orang-orang yang tidak mengenal Tuhan, apa istimewanya kita? Pasti orang dunia tidak akan mau melihat kita. Satu-satunya jalan adalah memiliki kehidupan dan karya yang lebih baik dari orang dunia, barulah mereka akan tertarik membicarakan kita, melihat kita dan akhirnya datang kepada kita.
Akhirnya, bagaimana kita bersikap dan bertindak akan menentukan 'kualitas dan posisi' kita di mata dunia. Karena itu kita harus mengarahkan iman kita kepada Tuhan, mengisi pikiran dengan hal-hal yang positif. "...semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu." (Filipi 4:8), dan praktekkan iman itu dalam perbuatan nyata.
Orang Kristen yang benar mampu mengalahkan dunia dengan iman dan perbuatannya!
Tuesday, December 3, 2013
ORANG PERCAYA: Mengalahkan Dunia (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Desember 2013 -
Baca: 1 Yohanes 5:1-5
"sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita." 1 Yohanes 5:4
Ada banyak orang Kristen yang terheran-heran dan kasak-kusuk ketika melihat rekan sesama orang Kristen melakukan pekerjaan dengan sangat baik, rajin, jujur, disiplin, tekun sehingga menjadi orang yang berhasil bukan hanya dalam bidang konvensional saja, dalam hal pelayanan pun dipakai Tuhan secara luar biasa. Aneh bukan?!! Sesungguhnya itu adalah hal yang wajar. Sebaliknya jika ada orang Kristen yang malas, yang melakukan pekerjaan dengan sangat buruk, pelayanannya amburadul dan tidak bisa menjadi kesaksian yang baik, kita menganggapnya sebagai hal yang lumrah dan biasa. Inilah yang seharusnya membuat kita terkejut dan terheran-heran.
Sejak semula Tuhan memiliki rancangan luar biasa bagi setiap orang percaya. "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." (Yeremia 29:11). Kita dirancang Tuhan untuk menjadi pribadi luar biasa dan berbeda dari orang-orang di luar Tuhan. Bukan menjadi looser, tapi winner. Perlu kita sadari bahwa di dalam diri setiap orang percaya terdapat potensi Ilahi, suatu benih luar biasa yang merupakan modal bagi kita untuk menjadi pribadi luar biasa dan memiliki kehidupan yang luar biasa pula. Benih itu adalah iman kita. Iman inilah yang memampukan kita untuk 'mengalahkan' dunia. Tapi ingat, benih tidak akan tumbuh dan menghasilkan buah yang lebat jika ia dibiarkan begitu saja. Jadi benih itu harus ditumbuhkan terlebih dahulu: dirawat, diberi pupuk, diairi, dibersihkan ranting-rantingnya. Karena itulah keberadaan kita di tengah dunia ini harus berdampak positif. Dengan kata lain kita harus bisa menjadi berkat dan kesaksian yang baik bagi orang-orang di luar Tuhan, bukan batu sandungan.
Bila sampai saat ini kita belum bisa mengalahkan dunia, melainkan hanya menjadi pribadi yang biasa-biasa saja, bukan pribadi yang luar biasa, pasti ada yang salah dalam diri kita, artinya masalahnya ada pada diri kita sendiri. Seringkali kita menyalahkan orang lain, menyalahkan keadaan yang ada, bahkan kita complain dan berani menyalahkan Tuhan. (Bersambung)
Baca: 1 Yohanes 5:1-5
"sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita." 1 Yohanes 5:4
Ada banyak orang Kristen yang terheran-heran dan kasak-kusuk ketika melihat rekan sesama orang Kristen melakukan pekerjaan dengan sangat baik, rajin, jujur, disiplin, tekun sehingga menjadi orang yang berhasil bukan hanya dalam bidang konvensional saja, dalam hal pelayanan pun dipakai Tuhan secara luar biasa. Aneh bukan?!! Sesungguhnya itu adalah hal yang wajar. Sebaliknya jika ada orang Kristen yang malas, yang melakukan pekerjaan dengan sangat buruk, pelayanannya amburadul dan tidak bisa menjadi kesaksian yang baik, kita menganggapnya sebagai hal yang lumrah dan biasa. Inilah yang seharusnya membuat kita terkejut dan terheran-heran.
Sejak semula Tuhan memiliki rancangan luar biasa bagi setiap orang percaya. "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." (Yeremia 29:11). Kita dirancang Tuhan untuk menjadi pribadi luar biasa dan berbeda dari orang-orang di luar Tuhan. Bukan menjadi looser, tapi winner. Perlu kita sadari bahwa di dalam diri setiap orang percaya terdapat potensi Ilahi, suatu benih luar biasa yang merupakan modal bagi kita untuk menjadi pribadi luar biasa dan memiliki kehidupan yang luar biasa pula. Benih itu adalah iman kita. Iman inilah yang memampukan kita untuk 'mengalahkan' dunia. Tapi ingat, benih tidak akan tumbuh dan menghasilkan buah yang lebat jika ia dibiarkan begitu saja. Jadi benih itu harus ditumbuhkan terlebih dahulu: dirawat, diberi pupuk, diairi, dibersihkan ranting-rantingnya. Karena itulah keberadaan kita di tengah dunia ini harus berdampak positif. Dengan kata lain kita harus bisa menjadi berkat dan kesaksian yang baik bagi orang-orang di luar Tuhan, bukan batu sandungan.
Bila sampai saat ini kita belum bisa mengalahkan dunia, melainkan hanya menjadi pribadi yang biasa-biasa saja, bukan pribadi yang luar biasa, pasti ada yang salah dalam diri kita, artinya masalahnya ada pada diri kita sendiri. Seringkali kita menyalahkan orang lain, menyalahkan keadaan yang ada, bahkan kita complain dan berani menyalahkan Tuhan. (Bersambung)
Monday, December 2, 2013
MENGASIHI TUHAN: Banyak Keuntungan!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Desember 2013 -
Baca: 1 Korintus 2:6-16
"Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." 1 Korintus 2:9
Bisakah kita disebut mengasihi Tuhan bila kita sendiri tidak bisa mengasihi orang lain, hati kita dipenuhi dengan kebencian, kepahitan, dendam, sakit hati dan tidak mau mengampuni? Tertulis: "Jikalau seorang berkata: 'Aku mengasihi Allah,' dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya." (1 Yohanes 4:20-21). Artinya, orang Kristen hanya akan dapat mengasihi saudara-saudaranya seiman dengan benar setelah ia lebih dahulu mengasihi Tuhan dengan benar. Mustahil mengasihi Tuhan dengan benar bila masih membenci saudara seiman lainnya.
Ada banyak keuntungan jika kita mengasihi Tuhan dengan sungguh: 1. Tidak hidup dalam ketakutan. "Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih." (1 Yohanes 4:18). Semakin besar kasih kita kepada Tuhan semakin hilang pula rasa takut yang menyerang kita. Sebaliknya semakin kita memusatkan pikiran kepada perkara-perkara duniawi ini kita akan sangat mudah dikuasai oleh ketakutan. Karena itu Tuhan mengingatkan kita untuk tidak takut, meainkan makin percaya dan mengasihi Dia lebih lagi. Inilah janjiNya, "Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya. Sebab itu janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit." (Matius 10:30-31). Ia menegaskan, "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." (Ibrani 13:5b). 2. Mampu mengatasi semua persoalan. Tuhan berkata, "Kemalangan orang benar banyak, tetapi TUHAN melepaskan dia dari semuanya itu;" (Mazmur 34:20).
Orang benar adalah orang yang melakukan kehendak Tuhan dan mengasihiNya. Terhadap orang benar Tuhan akan menyatakan kasih, pemeliharaan dan pertolonganNya.
Jika Tuhan di pihak kita, kita akan tampil sebagai pemenang karena Dia turut bekerja dalam perkara hidup kita.
Baca: 1 Korintus 2:6-16
"Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." 1 Korintus 2:9
Bisakah kita disebut mengasihi Tuhan bila kita sendiri tidak bisa mengasihi orang lain, hati kita dipenuhi dengan kebencian, kepahitan, dendam, sakit hati dan tidak mau mengampuni? Tertulis: "Jikalau seorang berkata: 'Aku mengasihi Allah,' dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya." (1 Yohanes 4:20-21). Artinya, orang Kristen hanya akan dapat mengasihi saudara-saudaranya seiman dengan benar setelah ia lebih dahulu mengasihi Tuhan dengan benar. Mustahil mengasihi Tuhan dengan benar bila masih membenci saudara seiman lainnya.
Ada banyak keuntungan jika kita mengasihi Tuhan dengan sungguh: 1. Tidak hidup dalam ketakutan. "Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih." (1 Yohanes 4:18). Semakin besar kasih kita kepada Tuhan semakin hilang pula rasa takut yang menyerang kita. Sebaliknya semakin kita memusatkan pikiran kepada perkara-perkara duniawi ini kita akan sangat mudah dikuasai oleh ketakutan. Karena itu Tuhan mengingatkan kita untuk tidak takut, meainkan makin percaya dan mengasihi Dia lebih lagi. Inilah janjiNya, "Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya. Sebab itu janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit." (Matius 10:30-31). Ia menegaskan, "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." (Ibrani 13:5b). 2. Mampu mengatasi semua persoalan. Tuhan berkata, "Kemalangan orang benar banyak, tetapi TUHAN melepaskan dia dari semuanya itu;" (Mazmur 34:20).
Orang benar adalah orang yang melakukan kehendak Tuhan dan mengasihiNya. Terhadap orang benar Tuhan akan menyatakan kasih, pemeliharaan dan pertolonganNya.
Jika Tuhan di pihak kita, kita akan tampil sebagai pemenang karena Dia turut bekerja dalam perkara hidup kita.
Sunday, December 1, 2013
MENGASIHI TUHAN: Melakukan KehendakNya!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Desember 2013 -
Baca: Matius 22:34-40
"Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu." Matius 22:37
Waktu bergulir begitu cepatnya, tiada terasa kaki kita telah memasuki bulan penghujung di tahun 2013. Masihkah kita secara konsisten mengasihi Tuhan?
Adalah mudah bagi setiap orang Kristen untuk mengatakan bahwa dirinya mengasihi Tuhan. Namun dalam prakteknya tidaklah semudah yang dikatakan. Mengasihi Tuhan harus diwujudkan dengan perbuatan atau tindakan nyata. Tuhan berkata, "Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Akupun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya." (Yohanes 14:21). Tanda utama yang membuktikan bahwa seseorang mengasihi Tuhan adalah ketika ia hidup dalam ketaatan. Karena itu setiap anak Tuhan harus giat mengembangkan hubungan secara pribadi dengan Tuhan. Membangun keintiman dengan Tuhan adalah langkah awal untuk mengasihi Tuhan. Semakin kita intim dengan Tuhan semakin kita mengenal PribadiNya dan semakin kita dikenal oleh Tuhan, seperti tertulis, "Tetapi orang yang mengasihi Allah, ia dikenal oleh Allah." (1 Korintus 8:3). Namun ada tercatat demikian: "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!" (Matius 7:21-23). Orang yang bernubuat, mengusir setan dan mengadakan mujizat bukanlah orang Kristen biasa atau jemaat awam, tapi sudah terlibat dalam pelayanan atau hamba Tuhan yang memiliki 'jam terbang' pelayanan sangat tinggi. Tapi Tuhan menegaskan bahwa Ia tidak mengenal mereka.
Ternyata keaktifan seseorang dalam melayani pekerjaan Tuhan tidak menjamin bahwa ia dikenal oleh Tuhan secara pribadi, bila ia sendiri tidak hidup dalam ketaatan dan melakukan kehendakNya. (Bersambung)
Baca: Matius 22:34-40
"Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu." Matius 22:37
Waktu bergulir begitu cepatnya, tiada terasa kaki kita telah memasuki bulan penghujung di tahun 2013. Masihkah kita secara konsisten mengasihi Tuhan?
Adalah mudah bagi setiap orang Kristen untuk mengatakan bahwa dirinya mengasihi Tuhan. Namun dalam prakteknya tidaklah semudah yang dikatakan. Mengasihi Tuhan harus diwujudkan dengan perbuatan atau tindakan nyata. Tuhan berkata, "Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Akupun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya." (Yohanes 14:21). Tanda utama yang membuktikan bahwa seseorang mengasihi Tuhan adalah ketika ia hidup dalam ketaatan. Karena itu setiap anak Tuhan harus giat mengembangkan hubungan secara pribadi dengan Tuhan. Membangun keintiman dengan Tuhan adalah langkah awal untuk mengasihi Tuhan. Semakin kita intim dengan Tuhan semakin kita mengenal PribadiNya dan semakin kita dikenal oleh Tuhan, seperti tertulis, "Tetapi orang yang mengasihi Allah, ia dikenal oleh Allah." (1 Korintus 8:3). Namun ada tercatat demikian: "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!" (Matius 7:21-23). Orang yang bernubuat, mengusir setan dan mengadakan mujizat bukanlah orang Kristen biasa atau jemaat awam, tapi sudah terlibat dalam pelayanan atau hamba Tuhan yang memiliki 'jam terbang' pelayanan sangat tinggi. Tapi Tuhan menegaskan bahwa Ia tidak mengenal mereka.
Ternyata keaktifan seseorang dalam melayani pekerjaan Tuhan tidak menjamin bahwa ia dikenal oleh Tuhan secara pribadi, bila ia sendiri tidak hidup dalam ketaatan dan melakukan kehendakNya. (Bersambung)
Saturday, November 30, 2013
MULTIPLIKASI BERKAT YUSUF
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 November 2013 -
Baca: Kejadian 41:37-57
"Sebelum datang tahun kelaparan itu, lahirlah bagi Yusuf dua orang anak laki-laki, yang dilahirkan oleh Asnat, anak Potifera, imam di On." Kejadian 41:50
Jika memperhatikan kisah perjalanan hidup Yusuf yang penuh liku dan diwarnai banyak penderitaan, serta kemudian ada happy ending yang dialaminya, pemazmur berkata, "Kemalangan orang benar banyak, tetapi TUHAN melepaskan dia dari semuanya itu;" (Mazmur 34:20). Yusuf mengalami kebahagiaan di akhir hidupnya. "Dari dalam gelap akan terbit terang!" (2 Korintus 4:6).
Sejak masih tinggal di rumah Yusuf sudah harus mengalami penderitaan oleh karena mimpi-mimpinya dan perlakuan istimewa ayahnya, yang membuat saudara-saudaranya membenci dan berkeinginan membunuhnya. Yusuf pun dibuang ke dalam sumur kering kemudian dijual ke Mesir kepada Potifar. Berakhirkah penderitaan Yusuf? Tidak. Di rumah Potifar Yusuf difitnah secara keji oleh isteri Potifar sehingga ia harus dijebloskan ke dalam penjara. Di dalam penjara inilah Yusuf bertemu dengan juru roti dan juru minuman Firaun yang juga sama-sama dipenjara, dan Yusuf mengartikan mimpi kedua hamba Firaun tersebut. Suatu kali bermimpilah Firaun dan tidak ada seorang pun orang berilmu di Mesir yang sanggup mengartikan mimpi tersebut. Atas informasi juru minuman sampailah Yusuf di istana Firaun. Dengan hikmat Tuhan Yusuf mengartikan mimpi Firaun sang raja hingga akhirnya ia diangkat sebagai penguasa di tanah Mesir.
Kasih dan kemurahan Tuhan tidak berhenti sampai di situ. Saat berada di Mesir lahirlah dua anak laki-laki bagi Yusuf: "Yusuf memberi nama Manasye kepada anak sulungnya itu, sebab katanya: 'Allah telah membuat aku lupa sama sekali kepada kesukaranku dan kepada rumah bapaku.' Dan kepada anaknya yang kedua diberinya nama Efraim, sebab katanya: 'Allah membuat aku mendapat anak dalam negeri kesengsaraanku.'" (Kejadian 41:51-52). Kebaikan dan kemurahan yang diterima dari Tuhan membuatnya lupa atas segala kesukaran dan kesengsaraan di masa lalu. Yusuf mengalami multiplikasi berkat dalam hidupnya. Mimpi yang dialami Yusuf benar-benar menjadi kenyataan. Itu adalah upah ketekunan, kesabaran dan ketaatannya kepada Tuhan.
Seberat apa pun keadaan kita tetaplah kuat dan belajarlah untuk selalu taat, sebab "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya," Pengkotbah 3:11
Baca: Kejadian 41:37-57
"Sebelum datang tahun kelaparan itu, lahirlah bagi Yusuf dua orang anak laki-laki, yang dilahirkan oleh Asnat, anak Potifera, imam di On." Kejadian 41:50
Jika memperhatikan kisah perjalanan hidup Yusuf yang penuh liku dan diwarnai banyak penderitaan, serta kemudian ada happy ending yang dialaminya, pemazmur berkata, "Kemalangan orang benar banyak, tetapi TUHAN melepaskan dia dari semuanya itu;" (Mazmur 34:20). Yusuf mengalami kebahagiaan di akhir hidupnya. "Dari dalam gelap akan terbit terang!" (2 Korintus 4:6).
Sejak masih tinggal di rumah Yusuf sudah harus mengalami penderitaan oleh karena mimpi-mimpinya dan perlakuan istimewa ayahnya, yang membuat saudara-saudaranya membenci dan berkeinginan membunuhnya. Yusuf pun dibuang ke dalam sumur kering kemudian dijual ke Mesir kepada Potifar. Berakhirkah penderitaan Yusuf? Tidak. Di rumah Potifar Yusuf difitnah secara keji oleh isteri Potifar sehingga ia harus dijebloskan ke dalam penjara. Di dalam penjara inilah Yusuf bertemu dengan juru roti dan juru minuman Firaun yang juga sama-sama dipenjara, dan Yusuf mengartikan mimpi kedua hamba Firaun tersebut. Suatu kali bermimpilah Firaun dan tidak ada seorang pun orang berilmu di Mesir yang sanggup mengartikan mimpi tersebut. Atas informasi juru minuman sampailah Yusuf di istana Firaun. Dengan hikmat Tuhan Yusuf mengartikan mimpi Firaun sang raja hingga akhirnya ia diangkat sebagai penguasa di tanah Mesir.
Kasih dan kemurahan Tuhan tidak berhenti sampai di situ. Saat berada di Mesir lahirlah dua anak laki-laki bagi Yusuf: "Yusuf memberi nama Manasye kepada anak sulungnya itu, sebab katanya: 'Allah telah membuat aku lupa sama sekali kepada kesukaranku dan kepada rumah bapaku.' Dan kepada anaknya yang kedua diberinya nama Efraim, sebab katanya: 'Allah membuat aku mendapat anak dalam negeri kesengsaraanku.'" (Kejadian 41:51-52). Kebaikan dan kemurahan yang diterima dari Tuhan membuatnya lupa atas segala kesukaran dan kesengsaraan di masa lalu. Yusuf mengalami multiplikasi berkat dalam hidupnya. Mimpi yang dialami Yusuf benar-benar menjadi kenyataan. Itu adalah upah ketekunan, kesabaran dan ketaatannya kepada Tuhan.
Seberat apa pun keadaan kita tetaplah kuat dan belajarlah untuk selalu taat, sebab "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya," Pengkotbah 3:11
Friday, November 29, 2013
MENCARI TUHAN: Ada Kehidupan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 November 2013 -
Baca: Yesaya 55:1-13
"Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!" yesaya 55:6
Renungan kita hari ini menegur dan mengingatkan kita agar tidak menyia-nyiakan waktu. Kesempatan yang ada mari kita gunakan untuk terus menerus mencari Tuhan. Mencari Tuhan adalah sebuah keputusan penting bagi orang percaya, terlebih saat kita berada dalam situasi-situasi yang sulit. Ketika jalan yang kita tempuh terbentur tembok yang tebal alias jalan buntu, sedangkan berbagai upaya telah kita lakukan dan kesemuanya berujung kepada kegagalan, tiada jalan lain selain kita harus datang kepada Tuhan dan mencari wajahNya. Mencari Tuhan berarti menyadari akan keterbatasan dan ketidakberdayaan kita, lalu dengan penuh kerendahan hati mencariNya. Mencari Tuhan juga berarti berharap dan mengandalkan Dia saja.
Mengapa kita harus mencari Tuhan? Karena Dia adalah sumber pertolongan sejati. Sementara segala hal yang ada di dunia ini tak bisa memberikan jawaban dan jaminan yang pasti bagi kita. Karena itu jangan sekali-kali kita menggantungkan harapan pada uang, kekayaan, jabatan, pengalaman, kepintaran atau kemampuan, semuanya adalah sia-sia. Gantungkan harapan sepenuhnya kepada Tuhan sebab Dia selalu punya jalan ajaib untuk menolong kita. Dia tidak pernah kehabisan cara melepaskan kita dari berbagai masalah. "Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu." (Yesaya 55:9). Apa yang didapatkan bila bersungguh hati mencari Tuhan? "...kamu yang mencari Allah, biarlah hatimu hidup kembali!" (Yesaya 55:9). Juga melalui nabi Amos Tuhan mengingatkan bangsa Israel agar mereka mencari Dia, "Carilah Aku, maka kamu akan hidup!" (Amos 5:4, 6a).
Perjalanan hidup bangsa Israel hendaknya menjadi pelajaran berharga bagi kita yang hidup di zaman sekarang ini. Ketika mereka mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh ada keamanan, perlindungan dan kemenangan. Namun, ketika mereka meninggalkan Tuhan, berkompromi dengan dosa dan mencari pertolongan kepada ilah lain, kekalahan demi kekalahan harus mereka alami.
"Orang yang mengenal nama-Mu percaya kepada-Mu, sebab tidak Kautinggalkan orang yang mencari Engkau, ya Tuhan."
Baca: Yesaya 55:1-13
"Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!" yesaya 55:6
Renungan kita hari ini menegur dan mengingatkan kita agar tidak menyia-nyiakan waktu. Kesempatan yang ada mari kita gunakan untuk terus menerus mencari Tuhan. Mencari Tuhan adalah sebuah keputusan penting bagi orang percaya, terlebih saat kita berada dalam situasi-situasi yang sulit. Ketika jalan yang kita tempuh terbentur tembok yang tebal alias jalan buntu, sedangkan berbagai upaya telah kita lakukan dan kesemuanya berujung kepada kegagalan, tiada jalan lain selain kita harus datang kepada Tuhan dan mencari wajahNya. Mencari Tuhan berarti menyadari akan keterbatasan dan ketidakberdayaan kita, lalu dengan penuh kerendahan hati mencariNya. Mencari Tuhan juga berarti berharap dan mengandalkan Dia saja.
Mengapa kita harus mencari Tuhan? Karena Dia adalah sumber pertolongan sejati. Sementara segala hal yang ada di dunia ini tak bisa memberikan jawaban dan jaminan yang pasti bagi kita. Karena itu jangan sekali-kali kita menggantungkan harapan pada uang, kekayaan, jabatan, pengalaman, kepintaran atau kemampuan, semuanya adalah sia-sia. Gantungkan harapan sepenuhnya kepada Tuhan sebab Dia selalu punya jalan ajaib untuk menolong kita. Dia tidak pernah kehabisan cara melepaskan kita dari berbagai masalah. "Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu." (Yesaya 55:9). Apa yang didapatkan bila bersungguh hati mencari Tuhan? "...kamu yang mencari Allah, biarlah hatimu hidup kembali!" (Yesaya 55:9). Juga melalui nabi Amos Tuhan mengingatkan bangsa Israel agar mereka mencari Dia, "Carilah Aku, maka kamu akan hidup!" (Amos 5:4, 6a).
Perjalanan hidup bangsa Israel hendaknya menjadi pelajaran berharga bagi kita yang hidup di zaman sekarang ini. Ketika mereka mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh ada keamanan, perlindungan dan kemenangan. Namun, ketika mereka meninggalkan Tuhan, berkompromi dengan dosa dan mencari pertolongan kepada ilah lain, kekalahan demi kekalahan harus mereka alami.
"Orang yang mengenal nama-Mu percaya kepada-Mu, sebab tidak Kautinggalkan orang yang mencari Engkau, ya Tuhan."
Thursday, November 28, 2013
MENEMPUH JALAN YANG BENAR (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 November 2013 -
Baca: Mazmur 119:1-32
"Aku telah memilih jalan kebenaran, telah menempatkan hukum-hukum-Mu di hadapanku." Mazmur 119:30
Tak seorang pun dari kita ingin mengalami kegagalan, berantakan, amburadul dan pada akhirnya mengalami kebinasaan. Kita semua pasti ingin berhasil, diberkati dan menuju kepada kehidupan kekal. Inilah jalan yang telah ditempuh oleh pemazmur (ayat nas) yaitu memilih jalan kebenaran dengan menempatkan firman Tuhan sebagai pedoman hidupnya.
Adapun jalan kebenaran itu adalah Tuhan Yesus. Dia berkata, "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." (Yohanes 14:6). Percaya dan beriman kepada Tuhan Yesus adalah langkah awal dan merupakan fondasi hidup orang percaya. Inilah kunci hidup berkemenangan dan berkelimpahan: "Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan." (Yohanes 10:10). Alkitab menyatakan, "...siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17). Jadi keberadaan orang Kristen adalah ciptaan baru, yaitu sebagai manusia baru. Karena itu jangan lagi kembali kepada kehidupan yang lama atau menempuh jalan yang salah. Kalau kita kembali ke 'manusia lama' berarti langkah kita menuju ke jalan yang menurun, artinya kehancuran dan kebinasaan sedang menanti! Kita harus memiliki tekad seperti rasul Paulus: "...aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku," (Filipi 3:13). Mari kenakan 'manusia baru' setiap hari dengan hidup menurut pimpinan Roh Kudus. "Jika engkau baik-baik mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan dengan setia segala perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka TUHAN, Allahmu, akan mengangkat engkau di atas segala bangsa di bumi. TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun," (Ulangan 28:1, 13).
Masa depan yang penuh harapan, keberhasilan, kemenangan dan hidup yang berkelimpahan akan menjadi kenyataan asal kita mau menempuh jalan yang benar yaitu jalan sesuai dengan kebenaran firman Tuhan.
"Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu." Amsal 3:6
Baca: Mazmur 119:1-32
"Aku telah memilih jalan kebenaran, telah menempatkan hukum-hukum-Mu di hadapanku." Mazmur 119:30
Tak seorang pun dari kita ingin mengalami kegagalan, berantakan, amburadul dan pada akhirnya mengalami kebinasaan. Kita semua pasti ingin berhasil, diberkati dan menuju kepada kehidupan kekal. Inilah jalan yang telah ditempuh oleh pemazmur (ayat nas) yaitu memilih jalan kebenaran dengan menempatkan firman Tuhan sebagai pedoman hidupnya.
Adapun jalan kebenaran itu adalah Tuhan Yesus. Dia berkata, "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." (Yohanes 14:6). Percaya dan beriman kepada Tuhan Yesus adalah langkah awal dan merupakan fondasi hidup orang percaya. Inilah kunci hidup berkemenangan dan berkelimpahan: "Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan." (Yohanes 10:10). Alkitab menyatakan, "...siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17). Jadi keberadaan orang Kristen adalah ciptaan baru, yaitu sebagai manusia baru. Karena itu jangan lagi kembali kepada kehidupan yang lama atau menempuh jalan yang salah. Kalau kita kembali ke 'manusia lama' berarti langkah kita menuju ke jalan yang menurun, artinya kehancuran dan kebinasaan sedang menanti! Kita harus memiliki tekad seperti rasul Paulus: "...aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku," (Filipi 3:13). Mari kenakan 'manusia baru' setiap hari dengan hidup menurut pimpinan Roh Kudus. "Jika engkau baik-baik mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan dengan setia segala perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka TUHAN, Allahmu, akan mengangkat engkau di atas segala bangsa di bumi. TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun," (Ulangan 28:1, 13).
Masa depan yang penuh harapan, keberhasilan, kemenangan dan hidup yang berkelimpahan akan menjadi kenyataan asal kita mau menempuh jalan yang benar yaitu jalan sesuai dengan kebenaran firman Tuhan.
"Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu." Amsal 3:6