Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Januari 2011 -
Baca: Ibrani 4:1-13
"Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita." Ibrani 4:12
Di dalam firman Tuhan yang kita baca setiap hari terkandung hikmat yang akan menjadi seperti tongkat pengukur bagi kita. Segala sesuatu yang kita perbuat dalam hidup ini akan diukur dan dinilai: sudah sesuaikah hidup kita dengan firman Tuhan atau selaras dengan kehendakNya?
Firman Tuhan punya cara tersendiri untuk mengoreksi, menegur serta membongkar kedagingan kita, karena "...firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun;" Semakin kita banyak membaca dan merenugkan firman Tuhan, kita akan semakin memiliki kepekaan dan semakin mampu membedakan manakah yang sesuai dengan kehendak Tuhan dan mana yang tidak. Firman Tuhan akan membantu kita untuk bisa membedakan apakah motivasi kita itu benar atau sudah melenceng jauh. Alkitab jelas menyatakan: "Segala hal yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik." (2 Timotius 3:16-17). Jadi firmanNya akan menunjukkan tindakan kita yang salah dan mengajarkan bagaimana bertindak dan hidup benar bagi Tuhan dan juga kepada orang lain.
Ketika seseorang membuat komitmen untuk hidup oleh firman, ia pasti akan berbeda dari orang-orang yang ada di sekelilingnya. Hidup berbeda dari dunia itulah yang memang dikehendaki Tuhan bagi orang percaya. Karena itulah Tuhan memerintahkan kita untuk tetap tinggal di dalam firmanNya dan itu adalah tanda bahwa kita murid-muridNya (baca Yohanes 8:31-32). Semakin kita tinggal tetap di dalam firmanNya semakin kita mengetahui kebenaranNya, dan kebenaran itu yang akan memerdekakan kita. Firman Tuhan bukanlah seperti sebuah cerita fiksi yang bila habis dibaca satu atau dua kali kita letakkan atau simpan bukunya. Firman Tuhan itu hidup dan berkuasa mengubah hidup kita. Kita harus membuat keputusan untuk hidup dalam firman di segala aspek kehidupan kita, artinya rela untuk taat dan menyesuaikan hidup dengan firman.
Janji firmanNya pasti juga akan tergenapi di dalam kita!
Monday, January 31, 2011
Sunday, January 30, 2011
PENTINGKAH FIRMAN TUHAN BAGI SAUDARA? (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Januari 2011 -
Baca: Yeremia 15:15-21
"Apabila aku bertemu dengan perkataan-perkataan-Mu, maka aku menikmatinya; firman-Mu itu menjadi kegirangan bagiku, dan menjadi kesukaan hatiku,..." Yeremia 15:16
Berapa kali Saudara makan dalam sehari? Pada umumnya kita makan tiga kali sehari: pagi, siang dan malam. Lalu ada pertanyaan lain: berapa kali saudara membaca Alkitab dalam sehari? Ada yang menjawab 2x, pada saat pagi sebelum melakukan aktivitas dan pada malam hari menjelang tidur. Namun tidak sedikit orang Kristen yang mengaku jarang sekali baca Alkitab, hanya kalau sempat saja, atau kalau tidak capai dan macam-macam lagi alasan.
Perhatikan apa yang dikatakan Tuhan Yesus, "Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." (Matius 4:4). Hal ini menunjukkan bahwa firman Tuhan itu harus menjadi bagian penting dalam kehidupan kita orang percaya. Makanan jasmani sangat dibutuhkan oleh tubuh jasmani kita, sedangkan tubuh rohani kita juga sangat membutuhkan makanan supaya tetap kuat dan tidak mati. Firman Tuhan adalah makanan pokok bagi manusia rohani kita. Jadi, firman Tuhan itu harus menjadi kebutuhan utama kita setiap hari dan menjadi sesuatu yang harus kita kejar dan upayakan, sebagaimana kita berjuang mati-matian mengejar harta, pendidikan, jabatan, pekerjaan dan semacamnya yang kita anggap begitu berharga dan bernilai dalam kehidupan jasmani kita.
Salomo berkata, "jikalau engkau mencarinya seperti mencari perak, dan mengejarnya seperti mengejar harta terpendam, maka engkau akan memperoleh pengertian tentang takut akan Tuhan dan mendapat pengenalan akan Allah." (Amsal 2:4-5). Jadi kita harus bertekad untuk hidup oleh firman dan mengejar firman itu setiap hari. Ketika kita mencari firman Tuhan sebagai hikmat kita setiap hari, Tuhan sanggup mengerjakan kehendakNya dalam hidup kita. Namun masih jarang ditemukan orang Kristen yang membaca Alkitab setiap hari secara konsisten, yang ada ialah cenderung mengabaikan firman tersebut dan lebih asyik menghabiskan waktu di depan televisi atau membaca surat kabar, padahal setiap ayat demi ayat dalam Alkitab itu terkandung hikmat dan kuasa, "...karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya,...Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman," (Roma 1:16-17).
Mulai hari ini mari belajar untuk menghargai firman Tuhan dan jangan sekali-kali meremehkannya!
Baca: Yeremia 15:15-21
"Apabila aku bertemu dengan perkataan-perkataan-Mu, maka aku menikmatinya; firman-Mu itu menjadi kegirangan bagiku, dan menjadi kesukaan hatiku,..." Yeremia 15:16
Berapa kali Saudara makan dalam sehari? Pada umumnya kita makan tiga kali sehari: pagi, siang dan malam. Lalu ada pertanyaan lain: berapa kali saudara membaca Alkitab dalam sehari? Ada yang menjawab 2x, pada saat pagi sebelum melakukan aktivitas dan pada malam hari menjelang tidur. Namun tidak sedikit orang Kristen yang mengaku jarang sekali baca Alkitab, hanya kalau sempat saja, atau kalau tidak capai dan macam-macam lagi alasan.
Perhatikan apa yang dikatakan Tuhan Yesus, "Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." (Matius 4:4). Hal ini menunjukkan bahwa firman Tuhan itu harus menjadi bagian penting dalam kehidupan kita orang percaya. Makanan jasmani sangat dibutuhkan oleh tubuh jasmani kita, sedangkan tubuh rohani kita juga sangat membutuhkan makanan supaya tetap kuat dan tidak mati. Firman Tuhan adalah makanan pokok bagi manusia rohani kita. Jadi, firman Tuhan itu harus menjadi kebutuhan utama kita setiap hari dan menjadi sesuatu yang harus kita kejar dan upayakan, sebagaimana kita berjuang mati-matian mengejar harta, pendidikan, jabatan, pekerjaan dan semacamnya yang kita anggap begitu berharga dan bernilai dalam kehidupan jasmani kita.
Salomo berkata, "jikalau engkau mencarinya seperti mencari perak, dan mengejarnya seperti mengejar harta terpendam, maka engkau akan memperoleh pengertian tentang takut akan Tuhan dan mendapat pengenalan akan Allah." (Amsal 2:4-5). Jadi kita harus bertekad untuk hidup oleh firman dan mengejar firman itu setiap hari. Ketika kita mencari firman Tuhan sebagai hikmat kita setiap hari, Tuhan sanggup mengerjakan kehendakNya dalam hidup kita. Namun masih jarang ditemukan orang Kristen yang membaca Alkitab setiap hari secara konsisten, yang ada ialah cenderung mengabaikan firman tersebut dan lebih asyik menghabiskan waktu di depan televisi atau membaca surat kabar, padahal setiap ayat demi ayat dalam Alkitab itu terkandung hikmat dan kuasa, "...karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya,...Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman," (Roma 1:16-17).
Mulai hari ini mari belajar untuk menghargai firman Tuhan dan jangan sekali-kali meremehkannya!
Saturday, January 29, 2011
JEHOVAH JIREH: Tuhan yang Menyediakan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Januari 2011 -
Baca: Kejadian 22:1-19
"Dan Abraham menamai tempat itu: 'Tuhan menyediakan'; sebab itu sampai sekarang dikatakan orang: 'Di atas gunung Tuhan, akan disediakan'." Kejadian 22:14
Ada banyak nama Allah di dalam Alkitab, di mana nama itu bukan sekedar nama yang diberikan oleh orang, tapi merupakan penggambaran Allah tentang diriNya sendiri. Nama-nama tersebut menyatakan aspek-aspek sifatNya. Di antaranya adalah: Elohim, dipakai untuk menggambarkan Dia sebagai Allah seluruh bumi (baca Yesaya 54:5); El-Shaddai, menggambarkan Allah sebagai yang Mahakuasa; Jehovah Nissi, Tuhan adalah panji-panjiku; Jehovah Shalom, Tuhan itu damai sejahtera dan sebagainya.
Ada nama Allah yang mungkin sering disebut oleh banyak orang percaya yaitu Jehovah Jireh yang artinya Tuhan menyediakan. Nama tersebut untuk pertama kalinya disebut oleh Abraham di atas gunung Moria saat dia hendak mengorbankan anak yang dikasihinya, Ishak, kepada Tuhan. Begitu tahu bahwa Abraham taat melakukan apa yang diperintahkanNya, berfirmanlah Dia melalui malaikat, "Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku." (Kejadian 22:12). Kemudian Tuhan menyediakan seekor domba sebagai pengganti untuk dikorbankan. Dari sinilah muncul nama Jehovah Jireh yang berarti Tuhan menyediakan. Sesungguhnya, bila kita mencermati kisah dalam Kejadian pasal 22 ini, kata 'Tuhan menyediakan' lahir sesudah Abraham melakukan apa yang diperintahkan Tuhan kepadanya; ada tindakan iman yaitu rela menyerahkan harta miliknya yang paling berharga dalam hidupnya, yaitu Ishak.
Seperti bapa sayang kepada anaknya, Tuhan pun juga sangat mengasihi kita sebagai anak-anakNya. Dia pun akan menyediakan apa yang kita butuhkan. Tuhan berkata, "Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai." (Matius 6:25a). Seringkali kita menuntut Tuhan untuk menyediakan apa pun yang kita perlukan tapi kita tidak mau menyerahkan apa yang berharga dalam hidup kita, entah itu berupa waktu, tenaga, pikiran, bahkan harta kita untuk Dia.
Jika kita mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan mau melakukan semua yang diperintahkanNya, apa pun yang kita perlukan pasti disediakan, karena Dia adalah Jehovah Jireh.
Baca: Kejadian 22:1-19
"Dan Abraham menamai tempat itu: 'Tuhan menyediakan'; sebab itu sampai sekarang dikatakan orang: 'Di atas gunung Tuhan, akan disediakan'." Kejadian 22:14
Ada banyak nama Allah di dalam Alkitab, di mana nama itu bukan sekedar nama yang diberikan oleh orang, tapi merupakan penggambaran Allah tentang diriNya sendiri. Nama-nama tersebut menyatakan aspek-aspek sifatNya. Di antaranya adalah: Elohim, dipakai untuk menggambarkan Dia sebagai Allah seluruh bumi (baca Yesaya 54:5); El-Shaddai, menggambarkan Allah sebagai yang Mahakuasa; Jehovah Nissi, Tuhan adalah panji-panjiku; Jehovah Shalom, Tuhan itu damai sejahtera dan sebagainya.
Ada nama Allah yang mungkin sering disebut oleh banyak orang percaya yaitu Jehovah Jireh yang artinya Tuhan menyediakan. Nama tersebut untuk pertama kalinya disebut oleh Abraham di atas gunung Moria saat dia hendak mengorbankan anak yang dikasihinya, Ishak, kepada Tuhan. Begitu tahu bahwa Abraham taat melakukan apa yang diperintahkanNya, berfirmanlah Dia melalui malaikat, "Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku." (Kejadian 22:12). Kemudian Tuhan menyediakan seekor domba sebagai pengganti untuk dikorbankan. Dari sinilah muncul nama Jehovah Jireh yang berarti Tuhan menyediakan. Sesungguhnya, bila kita mencermati kisah dalam Kejadian pasal 22 ini, kata 'Tuhan menyediakan' lahir sesudah Abraham melakukan apa yang diperintahkan Tuhan kepadanya; ada tindakan iman yaitu rela menyerahkan harta miliknya yang paling berharga dalam hidupnya, yaitu Ishak.
Seperti bapa sayang kepada anaknya, Tuhan pun juga sangat mengasihi kita sebagai anak-anakNya. Dia pun akan menyediakan apa yang kita butuhkan. Tuhan berkata, "Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai." (Matius 6:25a). Seringkali kita menuntut Tuhan untuk menyediakan apa pun yang kita perlukan tapi kita tidak mau menyerahkan apa yang berharga dalam hidup kita, entah itu berupa waktu, tenaga, pikiran, bahkan harta kita untuk Dia.
Jika kita mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan mau melakukan semua yang diperintahkanNya, apa pun yang kita perlukan pasti disediakan, karena Dia adalah Jehovah Jireh.
Friday, January 28, 2011
JANGAN ADA BERHALA DI HIDUPMU!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Januari 2011 -
Baca: Kisah Para Rasul 17:16-34
"Sementara Paulus menantikan mereka di Atena, sangat sedih hatinya karena ia melihat, bahwa kota itu penuh dengan patung-patung berhala." Kisah 17:16
Dalam tour pelayanannya sampailah rasul Paulus di Atena dan betapa sedih hatinya ketika melihat bahwa kota itu penuh dengan patung-patung berhala. Itulah sebabnya Paulus menegur orang-orang di kota itu, "Hai orang-orang Atena, aku lihat, bahwa dalam segala hal kamu sangat beribadah kepada dewa-dewa. Sebab ketika aku berjalan-jalan di kotamu dan melihat-lihat barang-barang pujaanmu, aku tidak dikenal. Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu." (Ayat 22-23). Teguran Paulus itu pun membuat banyak orang menjadi marah dan juga mengejeknya.
Menyembah berhala adalah salah satu siasat Iblis supaya manusia terpisah dari Tuhan, mencari jalan ke luar dan kesenangan hidup dengan kecenderungan mengambil jalan pintas. Kita pasti tahu isi 10 hukum Tuhan, bahkan mungkin sudah sangat hafal. Salah satunya adalah "Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya," (Ulangan 5:7, 9a). Artinya kita tidak boleh menyembah apa pun selain Tuhan. Bukankah sampai hari ini masih banyak orang Kristen yang tidak sepenuhnya menyembah Tuhan? Ada berhala kuno dan modern. Yang termasuk jenis berhala kuno: jimat, takhayul, patung, gambar-gambar atau benda-benda lainnya yang dikeramatkan. Mungkin kita berkata, "Aku tidak punya jimat dan tidak menyembah patung kok." Namun perhatikan, ada pula berhala modern: hobi, uang, karir dan lain-lain. Ketika kita lebih mengutamakan perkara di dunia ini lebih daripada Tuhan, ini juga disebut berhala. Jadi berhala bukan hanya berwujud benda atau patung saja. Dalam Kejadian 35:2 dikatakan, "Jauhkanlah dewa-dewa asing yang ada di tengah-tengah kamu, tahirkanlah dirimu..." Artinya Tuhan tidak senang jika kita memberhalakan suatu apa pun itu.
Seringkali kita tidak sadar kalau kita memiliki berhala dalam hidup kita. Tuhan sangat pencemburu! Jika saat ini kita masih memiliki benda-benda atau hal-hal seperti itu, segeralah musnahkan itu semua dari kehidupan Saudara, karena hal itu merupakan kebencian Tuhan.
Utamakan Tuhan lebih dari segalanya, karena hanya Dia yang berkuasa, suci, kudus dan layak untuk disembah dan diagungkan, tidak ada yang lain.
Baca: Kisah Para Rasul 17:16-34
"Sementara Paulus menantikan mereka di Atena, sangat sedih hatinya karena ia melihat, bahwa kota itu penuh dengan patung-patung berhala." Kisah 17:16
Dalam tour pelayanannya sampailah rasul Paulus di Atena dan betapa sedih hatinya ketika melihat bahwa kota itu penuh dengan patung-patung berhala. Itulah sebabnya Paulus menegur orang-orang di kota itu, "Hai orang-orang Atena, aku lihat, bahwa dalam segala hal kamu sangat beribadah kepada dewa-dewa. Sebab ketika aku berjalan-jalan di kotamu dan melihat-lihat barang-barang pujaanmu, aku tidak dikenal. Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu." (Ayat 22-23). Teguran Paulus itu pun membuat banyak orang menjadi marah dan juga mengejeknya.
Menyembah berhala adalah salah satu siasat Iblis supaya manusia terpisah dari Tuhan, mencari jalan ke luar dan kesenangan hidup dengan kecenderungan mengambil jalan pintas. Kita pasti tahu isi 10 hukum Tuhan, bahkan mungkin sudah sangat hafal. Salah satunya adalah "Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya," (Ulangan 5:7, 9a). Artinya kita tidak boleh menyembah apa pun selain Tuhan. Bukankah sampai hari ini masih banyak orang Kristen yang tidak sepenuhnya menyembah Tuhan? Ada berhala kuno dan modern. Yang termasuk jenis berhala kuno: jimat, takhayul, patung, gambar-gambar atau benda-benda lainnya yang dikeramatkan. Mungkin kita berkata, "Aku tidak punya jimat dan tidak menyembah patung kok." Namun perhatikan, ada pula berhala modern: hobi, uang, karir dan lain-lain. Ketika kita lebih mengutamakan perkara di dunia ini lebih daripada Tuhan, ini juga disebut berhala. Jadi berhala bukan hanya berwujud benda atau patung saja. Dalam Kejadian 35:2 dikatakan, "Jauhkanlah dewa-dewa asing yang ada di tengah-tengah kamu, tahirkanlah dirimu..." Artinya Tuhan tidak senang jika kita memberhalakan suatu apa pun itu.
Seringkali kita tidak sadar kalau kita memiliki berhala dalam hidup kita. Tuhan sangat pencemburu! Jika saat ini kita masih memiliki benda-benda atau hal-hal seperti itu, segeralah musnahkan itu semua dari kehidupan Saudara, karena hal itu merupakan kebencian Tuhan.
Utamakan Tuhan lebih dari segalanya, karena hanya Dia yang berkuasa, suci, kudus dan layak untuk disembah dan diagungkan, tidak ada yang lain.
Thursday, January 27, 2011
JANGAN BERHENTI BERDOA!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Januari 2011 -
Baca: 1 Petrus 4:7-11
"Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa." 1 Petrus 4:7
Rasul Petrus mengingatkan kita bahwa kesudahan segala sesuatu sudah dekat, oleh karena itu kita harus banyak berdoa. Bagi orang percaya, kehidupan setiap hari adalah doa. Tiap detik, tiap menit, tiap jam, tiap waktu, setiap hari kita harus berada dalam 'roh doa'. Kita berdoa bukan hanya pada waktu-waktu tertentu saja, tetapi sepanjang hari. Ingatlah bahwa kita sedang berada di penghujung zaman. Perhatikan peristiwa-peristiwa yang terjadi saat ini! Jadi, berdoa adalah suatu keharusan bagi kehidupan orang Kristen. Menghadapi masa-masa sukar saat ini tidak ada jalan lain selain harus mencari Tuhan! "Carilah Tuhan dan kekuatan-Nya, carilah wajah-Nya selalu!" (1 Tawarikh 16:11), "...sebab tidak Kautinggalkan orang yang mencari Engkau, ya Tuhan." (Mazmur 9:11b).
Mari kita belajar dari Daniel, seorang yang tekun berdoa. "Dalam kamar atasnya ada tingkatp-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya." (Daniel 6:11b). Selama bertahun-tahun ia tertawan di kerajaan lain, namun Daniel tidak putus asa atau berubah sikap tidak lagi setia kepada Tuhan; ia tetap menjaga hubungannya dengan Tuhan melalui doa yang ia lakukan tiga kali sehari. Meski sepertinya waktu demi waktu, tahun demi tahun yang ia lewati tidak menunjukkan sesuatu pun terjadi, Alkitab jelas menyatakan bahwa kehidiupan doa Daniel tidak terpengaruh oleh situasi yang ada. Nyata sekali ada dampak yang luar biasa dari kehidupan doanya: Daniel tampil sebagai seorang muda yang istimewa dan memiliki roh yang luar biasa sehingga raja pun memberikan kepadanya jabatan yang tinggi (baca Daniel 6:29), sebab tidak ditemukan sesuatu yang buruk dalam kehidupan Daniel.
Kesetiaan Daniel dalam hal doa bukan tanpa ujian, justru tantangan yang harus ia hadapi sangat berat; tapi dia tidak pernah berkompromi. Karena ketegasannya terhadap dosa, Daniel dimasukkan ke dalam gua singa yang tampaknya menjadi akhir dari segalanya. Namun justru hal itu menjadi kesempatan bagi Tuhan untuk menunjukkan kuasaNya!
Mari kita bangun roh kita melalui doa, karena dengan berdoa kita sedang melibatkan Tuhan dalam kehidupan kita dan pada saatNya Dia pasti menyatakan kuasaNya atas kita.
Baca: 1 Petrus 4:7-11
"Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa." 1 Petrus 4:7
Rasul Petrus mengingatkan kita bahwa kesudahan segala sesuatu sudah dekat, oleh karena itu kita harus banyak berdoa. Bagi orang percaya, kehidupan setiap hari adalah doa. Tiap detik, tiap menit, tiap jam, tiap waktu, setiap hari kita harus berada dalam 'roh doa'. Kita berdoa bukan hanya pada waktu-waktu tertentu saja, tetapi sepanjang hari. Ingatlah bahwa kita sedang berada di penghujung zaman. Perhatikan peristiwa-peristiwa yang terjadi saat ini! Jadi, berdoa adalah suatu keharusan bagi kehidupan orang Kristen. Menghadapi masa-masa sukar saat ini tidak ada jalan lain selain harus mencari Tuhan! "Carilah Tuhan dan kekuatan-Nya, carilah wajah-Nya selalu!" (1 Tawarikh 16:11), "...sebab tidak Kautinggalkan orang yang mencari Engkau, ya Tuhan." (Mazmur 9:11b).
Mari kita belajar dari Daniel, seorang yang tekun berdoa. "Dalam kamar atasnya ada tingkatp-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya." (Daniel 6:11b). Selama bertahun-tahun ia tertawan di kerajaan lain, namun Daniel tidak putus asa atau berubah sikap tidak lagi setia kepada Tuhan; ia tetap menjaga hubungannya dengan Tuhan melalui doa yang ia lakukan tiga kali sehari. Meski sepertinya waktu demi waktu, tahun demi tahun yang ia lewati tidak menunjukkan sesuatu pun terjadi, Alkitab jelas menyatakan bahwa kehidiupan doa Daniel tidak terpengaruh oleh situasi yang ada. Nyata sekali ada dampak yang luar biasa dari kehidupan doanya: Daniel tampil sebagai seorang muda yang istimewa dan memiliki roh yang luar biasa sehingga raja pun memberikan kepadanya jabatan yang tinggi (baca Daniel 6:29), sebab tidak ditemukan sesuatu yang buruk dalam kehidupan Daniel.
Kesetiaan Daniel dalam hal doa bukan tanpa ujian, justru tantangan yang harus ia hadapi sangat berat; tapi dia tidak pernah berkompromi. Karena ketegasannya terhadap dosa, Daniel dimasukkan ke dalam gua singa yang tampaknya menjadi akhir dari segalanya. Namun justru hal itu menjadi kesempatan bagi Tuhan untuk menunjukkan kuasaNya!
Mari kita bangun roh kita melalui doa, karena dengan berdoa kita sedang melibatkan Tuhan dalam kehidupan kita dan pada saatNya Dia pasti menyatakan kuasaNya atas kita.
Wednesday, January 26, 2011
ORANG BENAR TIDAK DITINGGALKAN TUHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Januari 2011 -
Baca: Mazmur 73:1-28
"Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain engkau tidak ada yang kuingini di bumi." Mazmur 73:25
Ketika mengalami masalah yang berat di dalam kehidupan kita, plus memperhatikan peristiwa-peristiwa buruk dan goncangan yang terjadi di sekitar kita, seringkali kita jadi lemah dan tidak bisa melihat kebaikan-kebaikan Tuhan; namun pemazmur mengingatkan kita, "Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya." (Mazmur 106:1). Tuhan menghendaki supaya kita senantiasa mengingat-ingat kebaikanNya dan mengucap syukur dalam segala hal, entah di kala suka maupun duka, sedih atau pun gembira.
Dalam pasal 73 ini terlihat betapa pemazmur mengalami pergumulan yang sangat berat dalam hidupnya. Awalnya ia merasa kecewa dan cemburu bila melihat orang-orang di luar Tuhan karena hidup mereka seperti selalu mujur, berbahagia, tanpa penderitaan atau pun kesusahan, padahal mereka menentang Tuhan dan hidup jauh dari kehendakNya. Sebaliknya, pemazmur yang selalu berusaha hidup benar dan menjaga hati agar tetap bersih justru harus mengalami ujian demi ujian: "...sepanjang hari aku kena tulah, dan kena hukum setiap pagi." (Mazmur 73:14). Pemazmur pun merasa percuma mempertahankan hidup benar.
Bukankah pergumulan semacam ini seringkali dialami oleh banyak orang percaya? Mari kita perhatikan janji firman Tuhan: "Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia." (Yakobus 1:12). Tuhan tidak pernah membiarkan kita bergumul sendirian. Adalah tidak sia-sia kita hidup benar di hadapan Tuhan, karena "Mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar," (Mazmur 34:16a). Pada saatnya orang-orang fasik akan menuai apa yang telah mereka perbuat. Orang-orang benar akan melihat kesudahan orang-orang fasik. Ada penghukuman bagi orang-orang fasik (Mazmur 73:18-20).
Apa pun keadaannya, biarlah kita senantiasa menjaga hubungan kita dengan Tuhan. Saat kita makin melekat pada Tuhan bukan berarti keadaan kita langsung berubah seketika, tetapi justru kita sendiri yang akan diubahkan oleh Tuhan. Kita akan diangkat masuk ke dalam kemuliaanNya. Oleh karena itu jangan pernah iri hati kepada keberhasilan orang-orang di luar Tuhan. Percayalah!
Berkat telah Tuhan sediakan bagi yang setia kepadaNya.
Baca: Mazmur 73:1-28
"Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain engkau tidak ada yang kuingini di bumi." Mazmur 73:25
Ketika mengalami masalah yang berat di dalam kehidupan kita, plus memperhatikan peristiwa-peristiwa buruk dan goncangan yang terjadi di sekitar kita, seringkali kita jadi lemah dan tidak bisa melihat kebaikan-kebaikan Tuhan; namun pemazmur mengingatkan kita, "Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya." (Mazmur 106:1). Tuhan menghendaki supaya kita senantiasa mengingat-ingat kebaikanNya dan mengucap syukur dalam segala hal, entah di kala suka maupun duka, sedih atau pun gembira.
Dalam pasal 73 ini terlihat betapa pemazmur mengalami pergumulan yang sangat berat dalam hidupnya. Awalnya ia merasa kecewa dan cemburu bila melihat orang-orang di luar Tuhan karena hidup mereka seperti selalu mujur, berbahagia, tanpa penderitaan atau pun kesusahan, padahal mereka menentang Tuhan dan hidup jauh dari kehendakNya. Sebaliknya, pemazmur yang selalu berusaha hidup benar dan menjaga hati agar tetap bersih justru harus mengalami ujian demi ujian: "...sepanjang hari aku kena tulah, dan kena hukum setiap pagi." (Mazmur 73:14). Pemazmur pun merasa percuma mempertahankan hidup benar.
Bukankah pergumulan semacam ini seringkali dialami oleh banyak orang percaya? Mari kita perhatikan janji firman Tuhan: "Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia." (Yakobus 1:12). Tuhan tidak pernah membiarkan kita bergumul sendirian. Adalah tidak sia-sia kita hidup benar di hadapan Tuhan, karena "Mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar," (Mazmur 34:16a). Pada saatnya orang-orang fasik akan menuai apa yang telah mereka perbuat. Orang-orang benar akan melihat kesudahan orang-orang fasik. Ada penghukuman bagi orang-orang fasik (Mazmur 73:18-20).
Apa pun keadaannya, biarlah kita senantiasa menjaga hubungan kita dengan Tuhan. Saat kita makin melekat pada Tuhan bukan berarti keadaan kita langsung berubah seketika, tetapi justru kita sendiri yang akan diubahkan oleh Tuhan. Kita akan diangkat masuk ke dalam kemuliaanNya. Oleh karena itu jangan pernah iri hati kepada keberhasilan orang-orang di luar Tuhan. Percayalah!
Berkat telah Tuhan sediakan bagi yang setia kepadaNya.
Tuesday, January 25, 2011
BELAS KASIH KEPADA ORANG MISKIN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Januari 2011 -
Baca: Galatia 2:1-10
"hanya kami harus tetap mengingat orang-orang miskin dan memang itulah yang sungguh-sungguh kuusahakan melakukannya." Galatia 2:10
Di dalam Yakobus 1:27 dikatakan, "Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia." Ibadah kita kepada Tuhan tidak hanya cukup terlihat aktif menghadiri kebaktian-kebaktian, terlibat pelayanan di gereja dengan baju seragam yang eyecatching, melalui suara kita yang indah saat memuji-muji Tuhan atau melalui doa-doa yang kita panjatkan dengan bahasa begitu indah sehingga menggetarkan hati setiap orang yang mendengarnya, tetapi ibadah juga merupakan sebuah tindakan kasih kita dalam bentuk nyata. Banyak di antara kita tampak seperti angels saat berada di gereja, tapi sepulang dari ibadah kita cuek dan don't care terhadap orang lain. Kasih kita kepada Tuhan hanya dalam bentuk kata-kata tetapi harus juga dalam perbuatan nyata yang kita tunjukkan kepada saudara kita yang miskin. Inilah kesempatan kita untuk menyatakan kasih.
Banyak anggota jemaat di Gereja kita hidup dalam kekurangan: para janda, atau anak yatim piatu, terlantar dan kesulitan biaya untuk sekolah dan lain-lain. Mereka sangat membutuhkan uluran tangan kasih kita. Inilah yang disampaikan Rasul Paulus kepada jemaat di Galatia agar mereka juga mau memperhatikan dan membantu orang-orang miskin dalam tindakan nyata. Kita harus menyatakan kasih kita kepada Tuhan melalui perbuatan kasih dalam bentuk amal dan sedekah. Firman Tuhan jelas menyatakan bahwa apa yang kita lakukan kepada orang miskin dan berkekurangan adalah bukti bahwa kita mengasihi Tuhan, dan itu sama dengan kita melakukannya untuk Tuhan. Tuhan Yesus berkata, "...sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku." (Matius 25:40, 45).
Ini suatu peringatan bagi orang-orang Kristen yang berlimpah secara materi supaya mereka "...berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi" (1 Timotius 6:18). Ingat, iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati!
"Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi Tuhan, yang akan membalas perbuatannya itu." Amsal 19:17
Baca: Galatia 2:1-10
"hanya kami harus tetap mengingat orang-orang miskin dan memang itulah yang sungguh-sungguh kuusahakan melakukannya." Galatia 2:10
Di dalam Yakobus 1:27 dikatakan, "Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia." Ibadah kita kepada Tuhan tidak hanya cukup terlihat aktif menghadiri kebaktian-kebaktian, terlibat pelayanan di gereja dengan baju seragam yang eyecatching, melalui suara kita yang indah saat memuji-muji Tuhan atau melalui doa-doa yang kita panjatkan dengan bahasa begitu indah sehingga menggetarkan hati setiap orang yang mendengarnya, tetapi ibadah juga merupakan sebuah tindakan kasih kita dalam bentuk nyata. Banyak di antara kita tampak seperti angels saat berada di gereja, tapi sepulang dari ibadah kita cuek dan don't care terhadap orang lain. Kasih kita kepada Tuhan hanya dalam bentuk kata-kata tetapi harus juga dalam perbuatan nyata yang kita tunjukkan kepada saudara kita yang miskin. Inilah kesempatan kita untuk menyatakan kasih.
Banyak anggota jemaat di Gereja kita hidup dalam kekurangan: para janda, atau anak yatim piatu, terlantar dan kesulitan biaya untuk sekolah dan lain-lain. Mereka sangat membutuhkan uluran tangan kasih kita. Inilah yang disampaikan Rasul Paulus kepada jemaat di Galatia agar mereka juga mau memperhatikan dan membantu orang-orang miskin dalam tindakan nyata. Kita harus menyatakan kasih kita kepada Tuhan melalui perbuatan kasih dalam bentuk amal dan sedekah. Firman Tuhan jelas menyatakan bahwa apa yang kita lakukan kepada orang miskin dan berkekurangan adalah bukti bahwa kita mengasihi Tuhan, dan itu sama dengan kita melakukannya untuk Tuhan. Tuhan Yesus berkata, "...sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku." (Matius 25:40, 45).
Ini suatu peringatan bagi orang-orang Kristen yang berlimpah secara materi supaya mereka "...berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi" (1 Timotius 6:18). Ingat, iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati!
"Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi Tuhan, yang akan membalas perbuatannya itu." Amsal 19:17
Monday, January 24, 2011
ORANG MUDA YANG TAKUT AKAN TUHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Januari 2011 -
Baca: Amsal 22:1-16
"Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu." Amsal 22:6
Memperhatikan perkembangan zaman yang pesat saat ini, hampir semua orangtua was-was dengan apa yang mungkin diperbuat anak-anaknya: dengan siapa bergaul, apa yang dikerjakan sepulang sekolah bersama temanya, apa isi inbox di handphonenya, info apa yang di browse saat di warnet; semuanya benar-benar harus menjadi perhatian serius para orangtua. Tidak dapat dipungkiri, anak muda sekarang selalu up date terhadap tren yang ada, positif maupun negatif. Kita harus berhati-hati karena pengaruh pergaulan di luar rumah sangat kuat bagi anak muda. Terutama bagi anak-anak muda Kristen, perhatikan hidupmu dengan sungguh-sungguh. Jangan sampai engkau terjerumus kepada pergaulan sesat, sebab "Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik." (1 Korintus 15:33), dan masa depanmu dipengaruhi oleh apa yang kaulakukan pada masa muda.
Tuhan ingin agar anak-anak muda tetap berjalan dalam kebenaran. Pergaulan memang dibutuhkan, tetapi mereka harus tetap berada dalam pergaulan yang sehat dan positif. Dengan siapa anak muda bergaul, seperti itulah mereka akan terbentuk. Jika mereka bergaul dengan teman-teman yang cerdas, takut akan Tuhan, rajin beribadah, aktif pelayanan di gereja atau kegiatan positif lainnya seperti olah raga, maka anak muda itu akan menjadi seperti teman-temannya. Sebaliknya, jika anak muda bergaul dengan teman-teman yang punya kebiasaan buruk: merokok, suka bolos, nongkrong tiap malam, bergaul bebas, pemakai narkoba, maka tinggal menunggu waktu saja mereka akan menjadi sama dengan teman-temannya itu. Pengkotbah memperingatkan dengan keras, "Bersukarialah, hai pemuda, dalam kemudaanmu, biarlah hatimu bersuka pada masa mudamu, dan turutilah keinginan hatimu dan pandangan matamu, tetapi ketahuilah bahwa karena segala hal ini Allah akan membawa engkau ke pengadilan!" (Pengkotbah 11:9).
Supaya anak-anak muda kita memiliki rasa takut akan Tuhan kita harus menanamkan nilai-nilai kebenaran firman Tuhan sedari kecil, karena firman Tuhan adalah perisai dan filter paling ampuh untuk dapat tetap berada dalam pergaulan positif (baca Mazmur 119:9).
Mengajarkan firman Tuhan dan mengawasi pergaulannya adalah langkah awal membangun masa depan anak muda!
Baca: Amsal 22:1-16
"Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu." Amsal 22:6
Memperhatikan perkembangan zaman yang pesat saat ini, hampir semua orangtua was-was dengan apa yang mungkin diperbuat anak-anaknya: dengan siapa bergaul, apa yang dikerjakan sepulang sekolah bersama temanya, apa isi inbox di handphonenya, info apa yang di browse saat di warnet; semuanya benar-benar harus menjadi perhatian serius para orangtua. Tidak dapat dipungkiri, anak muda sekarang selalu up date terhadap tren yang ada, positif maupun negatif. Kita harus berhati-hati karena pengaruh pergaulan di luar rumah sangat kuat bagi anak muda. Terutama bagi anak-anak muda Kristen, perhatikan hidupmu dengan sungguh-sungguh. Jangan sampai engkau terjerumus kepada pergaulan sesat, sebab "Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik." (1 Korintus 15:33), dan masa depanmu dipengaruhi oleh apa yang kaulakukan pada masa muda.
Tuhan ingin agar anak-anak muda tetap berjalan dalam kebenaran. Pergaulan memang dibutuhkan, tetapi mereka harus tetap berada dalam pergaulan yang sehat dan positif. Dengan siapa anak muda bergaul, seperti itulah mereka akan terbentuk. Jika mereka bergaul dengan teman-teman yang cerdas, takut akan Tuhan, rajin beribadah, aktif pelayanan di gereja atau kegiatan positif lainnya seperti olah raga, maka anak muda itu akan menjadi seperti teman-temannya. Sebaliknya, jika anak muda bergaul dengan teman-teman yang punya kebiasaan buruk: merokok, suka bolos, nongkrong tiap malam, bergaul bebas, pemakai narkoba, maka tinggal menunggu waktu saja mereka akan menjadi sama dengan teman-temannya itu. Pengkotbah memperingatkan dengan keras, "Bersukarialah, hai pemuda, dalam kemudaanmu, biarlah hatimu bersuka pada masa mudamu, dan turutilah keinginan hatimu dan pandangan matamu, tetapi ketahuilah bahwa karena segala hal ini Allah akan membawa engkau ke pengadilan!" (Pengkotbah 11:9).
Supaya anak-anak muda kita memiliki rasa takut akan Tuhan kita harus menanamkan nilai-nilai kebenaran firman Tuhan sedari kecil, karena firman Tuhan adalah perisai dan filter paling ampuh untuk dapat tetap berada dalam pergaulan positif (baca Mazmur 119:9).
Mengajarkan firman Tuhan dan mengawasi pergaulannya adalah langkah awal membangun masa depan anak muda!
Sunday, January 23, 2011
KISAH YAIRUS: Pertolongan yang Sempat Tertunda
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Januari 2011 -
Baca: Markus 5:21-43
"Anakmu sudah mati, apa perlunya lagi engkau menyusah-nyusahkan Guru?" Markus 5:35
Alkitab menyatakan, "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." (Ibrani 11:1). Artinya kita percaya meski belum melihat hasil. Ketika kita beriman kepada Tuhan berarti kita percaya kepada Tuhan bahwa Dia berkuasa untuk melakukan mujizat. Beriman kepada Tuhan juga berarti kita memiliki penyerahan penuh kepada Dia. Berserah bukanlah suatu tindakan yang nekat, bukan pula suatu tindakan yang diambil karena kita sudah menemui jalan buntu. Akan tetapi, berserah adalah tindakan yang lahir dari pergumulan yang positif karena menyadari bahwa Tuhan tidak akan mengecewakan orang yang berharap kepadaNya. Tertulis: "Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita." (Roma 5:5). Penyerahan diri kepada Tuhan adalah sebuah keputusan yang beresiko.
Inilah yang dialami Yairus yang sedang terjepit pada suatu keadaan yang beresiko. Ketika anaknya sedang sakit keras dan hampir mati, Yairus justru mengambil keputusan beresiko dengan meninggalkan anaknya itu dan pergi mencari Yesus yang diyakini dapat menyembuhkan anaknya. Ketika sudah bertemu dengan Yesus dan hendak menuju rumahnya, di tengah jalan ada seorang wanita yang mengalami pendarahan selama 12 tahun sedang menjamah jubah Yesus, sehingga langkah Yesus pun jadi terhenti. Tentunya kejadian ini membuat Yairus bertambah panik karena keadaan anaknya sangat kritis. Meskipun demikian Yairus tetap setia menunggu, bukti bahwa ia sangat peduli akan penderitaan anaknya. Namun datang kabar dari keluarganya bahwa anaknya akhirnya mati. Maka bisa saja Yairus marah dan kecewa kepada Tuhan Yesus, karena Ia tidak dapat segera datang ke rumahnya. Tapi Yairus sama sekali tidak terpengaruh dengan berita buruk yang didengarnya (ayat nas), ia tetap berharap dan menantikan Yesus bertindak.
Seringkali berita-berita negatif membuat kita goyah dan tidak lagi berserah penuh kepada Tuhan. Maka karena kesabarannya menantikan Tuhan, keluarga Yairus mengalami mujizat yaitu anaknya disembuhkan.
Jangan berhenti berharap pada Tuhan; pada saat yang tepat Dia pasti bertindak. Sungguh, "Semua orang yang menantikan Engkau takkan mendapat malu;" (Mazmur 25:3a).
Baca: Markus 5:21-43
"Anakmu sudah mati, apa perlunya lagi engkau menyusah-nyusahkan Guru?" Markus 5:35
Alkitab menyatakan, "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." (Ibrani 11:1). Artinya kita percaya meski belum melihat hasil. Ketika kita beriman kepada Tuhan berarti kita percaya kepada Tuhan bahwa Dia berkuasa untuk melakukan mujizat. Beriman kepada Tuhan juga berarti kita memiliki penyerahan penuh kepada Dia. Berserah bukanlah suatu tindakan yang nekat, bukan pula suatu tindakan yang diambil karena kita sudah menemui jalan buntu. Akan tetapi, berserah adalah tindakan yang lahir dari pergumulan yang positif karena menyadari bahwa Tuhan tidak akan mengecewakan orang yang berharap kepadaNya. Tertulis: "Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita." (Roma 5:5). Penyerahan diri kepada Tuhan adalah sebuah keputusan yang beresiko.
Inilah yang dialami Yairus yang sedang terjepit pada suatu keadaan yang beresiko. Ketika anaknya sedang sakit keras dan hampir mati, Yairus justru mengambil keputusan beresiko dengan meninggalkan anaknya itu dan pergi mencari Yesus yang diyakini dapat menyembuhkan anaknya. Ketika sudah bertemu dengan Yesus dan hendak menuju rumahnya, di tengah jalan ada seorang wanita yang mengalami pendarahan selama 12 tahun sedang menjamah jubah Yesus, sehingga langkah Yesus pun jadi terhenti. Tentunya kejadian ini membuat Yairus bertambah panik karena keadaan anaknya sangat kritis. Meskipun demikian Yairus tetap setia menunggu, bukti bahwa ia sangat peduli akan penderitaan anaknya. Namun datang kabar dari keluarganya bahwa anaknya akhirnya mati. Maka bisa saja Yairus marah dan kecewa kepada Tuhan Yesus, karena Ia tidak dapat segera datang ke rumahnya. Tapi Yairus sama sekali tidak terpengaruh dengan berita buruk yang didengarnya (ayat nas), ia tetap berharap dan menantikan Yesus bertindak.
Seringkali berita-berita negatif membuat kita goyah dan tidak lagi berserah penuh kepada Tuhan. Maka karena kesabarannya menantikan Tuhan, keluarga Yairus mengalami mujizat yaitu anaknya disembuhkan.
Jangan berhenti berharap pada Tuhan; pada saat yang tepat Dia pasti bertindak. Sungguh, "Semua orang yang menantikan Engkau takkan mendapat malu;" (Mazmur 25:3a).
Saturday, January 22, 2011
KESABARAN: Salah Satu Kunci Kesuksesan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Januari 2011 -
Baca: Roma 12:9-21
"Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!" Roma 12:12
Menjadi orang yang sabar, bisa nggak ya? Pasti bisa. Harus kita akui bahwa kesabaran adalah salah satu karakter yang dapat menunjang kesuksesan seseorang, tapi tidak mudah untuk dimiliki. Bagi orang Kristen, memiliki kesabaran itu hukumnya adalah wajib, karena kesabaran adalah bagian dari buah-buah Roh. Kesabaran itu sebuah kekuatan, bahkan kekuatannya melebihi seorang pahlawan dan orang yang merebut kota (baca Amsal 16:32). Ibarat tanaman, kesabaran itu harus dirawat dan dipupuk setiap saat supaya dapat tumbuh dengan subur, dan pada saatnya berbuah lebat. Bila kita perhatikan, orang-orang yang sukses ternyata adalah orang-orang yang memiliki kesabaran. Tanpa kesabaran sulit untuk meraih kesuksesan. Banyak orang yang ingin berhasil dan sukses tapi tidak mau sabar dan tekun; maunya sukses secara cepat (instant), tidak mau menderita.
Kesabaran adalah kunci keberhasilan. Cobalah bertanyalah kepada orang-orang sukses di sekitar Saudara, mereka pasti akan mengakui bahwa tidak ada keberhasilan tanpa kesabaran, karena keberhasilan itu tidak didapat secara kebetulan, melainkan melalui proses tahap demi tahap serta direncanakan dengan penuh kesabaran. Kesabaran membuat seseorang memandang jauh ke depan. Kita harus sabar, karena kesabaran menolong kita dari hal-hal yang merugikan diri sendiri. Kesabaran menolong kita untuk tidak terlibat suatu masalah dengan orang lain seperti tertulis: "Si pemarah membangkitkan pertengkaran, tetapi orang yang sabar memadamkan perbantahan." (Amsal 15:18); Kesabaran menolong kita tetap kuat dalam menghadapi segala masalah dan tantangan yang ada.
Dalam pelayanan pemberitaan Injil, Paulus harus banyak mengalami ujian dan penderitaan, tapi dia tetap sabar menjalaninya. "Jika kami menderita, hal itu menjadi penghiburan dan keselamatan kamu; jika kami dihibur, maka hal itu adalah untuk penghiburan kamu, sehingga kamu beroleh kekuatan untuk dengan sabar menderita kesengsaraan yang sama seperti yang kami derita juga." (2 Korintus 1:6). Begitu pula untuk memperoleh jawaban doa dibutuhkan kesabaran untuk menunggu, karena waktu Tuhan bukanlah waktu kita.
Keberhasilan tidak didapat dengan instan, butuh proses yang panjang dan kesabaran.
Baca: Roma 12:9-21
"Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!" Roma 12:12
Menjadi orang yang sabar, bisa nggak ya? Pasti bisa. Harus kita akui bahwa kesabaran adalah salah satu karakter yang dapat menunjang kesuksesan seseorang, tapi tidak mudah untuk dimiliki. Bagi orang Kristen, memiliki kesabaran itu hukumnya adalah wajib, karena kesabaran adalah bagian dari buah-buah Roh. Kesabaran itu sebuah kekuatan, bahkan kekuatannya melebihi seorang pahlawan dan orang yang merebut kota (baca Amsal 16:32). Ibarat tanaman, kesabaran itu harus dirawat dan dipupuk setiap saat supaya dapat tumbuh dengan subur, dan pada saatnya berbuah lebat. Bila kita perhatikan, orang-orang yang sukses ternyata adalah orang-orang yang memiliki kesabaran. Tanpa kesabaran sulit untuk meraih kesuksesan. Banyak orang yang ingin berhasil dan sukses tapi tidak mau sabar dan tekun; maunya sukses secara cepat (instant), tidak mau menderita.
Kesabaran adalah kunci keberhasilan. Cobalah bertanyalah kepada orang-orang sukses di sekitar Saudara, mereka pasti akan mengakui bahwa tidak ada keberhasilan tanpa kesabaran, karena keberhasilan itu tidak didapat secara kebetulan, melainkan melalui proses tahap demi tahap serta direncanakan dengan penuh kesabaran. Kesabaran membuat seseorang memandang jauh ke depan. Kita harus sabar, karena kesabaran menolong kita dari hal-hal yang merugikan diri sendiri. Kesabaran menolong kita untuk tidak terlibat suatu masalah dengan orang lain seperti tertulis: "Si pemarah membangkitkan pertengkaran, tetapi orang yang sabar memadamkan perbantahan." (Amsal 15:18); Kesabaran menolong kita tetap kuat dalam menghadapi segala masalah dan tantangan yang ada.
Dalam pelayanan pemberitaan Injil, Paulus harus banyak mengalami ujian dan penderitaan, tapi dia tetap sabar menjalaninya. "Jika kami menderita, hal itu menjadi penghiburan dan keselamatan kamu; jika kami dihibur, maka hal itu adalah untuk penghiburan kamu, sehingga kamu beroleh kekuatan untuk dengan sabar menderita kesengsaraan yang sama seperti yang kami derita juga." (2 Korintus 1:6). Begitu pula untuk memperoleh jawaban doa dibutuhkan kesabaran untuk menunggu, karena waktu Tuhan bukanlah waktu kita.
Keberhasilan tidak didapat dengan instan, butuh proses yang panjang dan kesabaran.
Friday, January 21, 2011
YANG MENGHAMBAT JANJI TUHAN (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Januari 2011 -
Baca: 1 Petrus 3:8-12
"Ia harus menjauhi yang jahat dan melakukan yang baik, ia harus mencari perdamaian dan berusaha mendapatkannya." 1 Petrus 3:11
Setiap tindakan atau perbuatan adalah refleksi dari apa yag ada di dalam pikiran kita, buah dari pikiran. Oleh karena itu kita harus berhati-hati dalam mengisi perbendaharaan hati kita, sebab "...dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan." (Markus 7:21). Dalam Lukas 6:45a juga dikatakan bahwa, "Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat." Kita harus berusaha membangun karakter yang baik di dalam hidup ini bila kita rindu janji-janji Tuhan itu tergenapi. Mari kita isi hati dan pikiran kita dengan hal-hal yang baik dan itu bersumber dari firman Tuhan.
4. Putus asa. Orang yang mudah putus asa atau menyerah di tengah jalan pasti tidak akan pernah mencapai tujuan. Pada saat awal menerima panggilan dari Tuhan Musa sempat putus asa dan hampir menyerah pada keadaan. Tetapi Tuhan terus meyakinkan Musa bahwa Dia yang akan menyertai dan menuntunnya. Akhirnya Musa pun taat melakukan apa yang diperintahkan Tuhan. Bila melihat situasi yang ada dan besarnya masalah yang kita alami, banyak alasan bagi kita untuk berputus asa dan menyerah. Namun itu hanya akan membawa kita kepada kegagalan. Kita harus bangkit! Alkitab menegaskan bahwa "...dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita." (Roma 8:37). Tanpa ketekunan dan kesetiaan adalah mustahil bagi seseorang menikmati janji Tuhan.
5. Suka mendendam alias tidak bisa mengampuni. "...jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu." (Matius 6:15) dan dipastikan bahwa doa-doa kita tidak akan dijawab oleh Tuhan. Oleh karena itu buang semua kebencian dan rasa dendam yang ada di hati (baca Imamat 19:17-18). Tuhan menjanjikan suatu kehidupan yang penuh berkat dan berkemenangan bagi kita, namun kita pun harus memberikan respons yang benar melalui sikap dan perbuatan yang benar pula supaya janjiNya itu tergenapi.
Buang semua perkara yang negatif dan berubahlah mulai sekarang!
Baca: 1 Petrus 3:8-12
"Ia harus menjauhi yang jahat dan melakukan yang baik, ia harus mencari perdamaian dan berusaha mendapatkannya." 1 Petrus 3:11
Setiap tindakan atau perbuatan adalah refleksi dari apa yag ada di dalam pikiran kita, buah dari pikiran. Oleh karena itu kita harus berhati-hati dalam mengisi perbendaharaan hati kita, sebab "...dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan." (Markus 7:21). Dalam Lukas 6:45a juga dikatakan bahwa, "Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat." Kita harus berusaha membangun karakter yang baik di dalam hidup ini bila kita rindu janji-janji Tuhan itu tergenapi. Mari kita isi hati dan pikiran kita dengan hal-hal yang baik dan itu bersumber dari firman Tuhan.
4. Putus asa. Orang yang mudah putus asa atau menyerah di tengah jalan pasti tidak akan pernah mencapai tujuan. Pada saat awal menerima panggilan dari Tuhan Musa sempat putus asa dan hampir menyerah pada keadaan. Tetapi Tuhan terus meyakinkan Musa bahwa Dia yang akan menyertai dan menuntunnya. Akhirnya Musa pun taat melakukan apa yang diperintahkan Tuhan. Bila melihat situasi yang ada dan besarnya masalah yang kita alami, banyak alasan bagi kita untuk berputus asa dan menyerah. Namun itu hanya akan membawa kita kepada kegagalan. Kita harus bangkit! Alkitab menegaskan bahwa "...dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita." (Roma 8:37). Tanpa ketekunan dan kesetiaan adalah mustahil bagi seseorang menikmati janji Tuhan.
5. Suka mendendam alias tidak bisa mengampuni. "...jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu." (Matius 6:15) dan dipastikan bahwa doa-doa kita tidak akan dijawab oleh Tuhan. Oleh karena itu buang semua kebencian dan rasa dendam yang ada di hati (baca Imamat 19:17-18). Tuhan menjanjikan suatu kehidupan yang penuh berkat dan berkemenangan bagi kita, namun kita pun harus memberikan respons yang benar melalui sikap dan perbuatan yang benar pula supaya janjiNya itu tergenapi.
Buang semua perkara yang negatif dan berubahlah mulai sekarang!
Thursday, January 20, 2011
YANG MENGHAMBAT JANJI TUHAN (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Januari 2011 -
Baca: 1 Petrus 3:8-12
"Siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu." 1 Petrus 3:10
Tuhan berkata dalam firmanNya, "...Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." (Yeremia 29:11). Jelas sekali bahwa rancangan Tuhan dalam kehidupan orang percaya adalah keberhasilan, hari-hari baik dan masa depan yang penuh pengharapan. Tuhan telah menyediakan segalanya bagi kita: hikmat, berkat, perlindungan, kesembuhan, mujizat, pemeliharaan, penyertaan, anugerah dan juga pengampunan. Namun semuanya itu belumlah cukup, salah satu kunci yang menentukan untuk mendapatkan semua yang baik dari Tuhan adalah jika kita memiliki karakter yang baik. Tanpa karakter yang berkenan di hati Tuhan kita takkan menikmati janji Tuhan itu, "Sebab mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada permohonan mereka yang minta tolong, tetapi wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat." (1 Petrus 3:12).
Ada beberapa karakter yang seringkali menjadi penghambat berkat atau keberhasilan kita sebagai orang percaya, di antaranya adalah: 1. Hati yang tidak mau percaya. Ketidakpercayaan menjadi penghalang utama mengalami mujizat Tuhan. Jangan keraskan hatimu, percayalah kepada Tuhan sepenuhnya. Tuhan Yesus berkata, "Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!" (Markus 9:23). Banyak orang Kristen yang baru mau percaya bila sudah melihat bukti. Tetapi, mari kita belajar seperti Paulus, yang meski menghadapi banyak tantangan hidup tetap percaya kepada Tuhan. Paulus berkata, "sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat-" (2 Korintus 5:7).
2. Tidak bisa menguasai diri. Penguasaan diri itu penting, karena itu adalah salah satu buah-buah Roh. Jika tidak memiliki penguasaan diri kita "...seperti kota yang roboh temboknya." (Amsal 25:28), sehingga musuh (Iblis) akan mudah menyerang dan menjajah kita.
3. Suka berbohong atau dusta. Berbohong berarti melawan kebenaran dan "Orang yang dusta bibirnya dalah kekejian bagi Tuhan," (Amsal 12:22). Alkitab jelas menyatakan bahwa Iblis adalah pendusta dan bapa segala dusta (baca Yohanes 8:44). (Bersambung)
Baca: 1 Petrus 3:8-12
"Siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu." 1 Petrus 3:10
Tuhan berkata dalam firmanNya, "...Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." (Yeremia 29:11). Jelas sekali bahwa rancangan Tuhan dalam kehidupan orang percaya adalah keberhasilan, hari-hari baik dan masa depan yang penuh pengharapan. Tuhan telah menyediakan segalanya bagi kita: hikmat, berkat, perlindungan, kesembuhan, mujizat, pemeliharaan, penyertaan, anugerah dan juga pengampunan. Namun semuanya itu belumlah cukup, salah satu kunci yang menentukan untuk mendapatkan semua yang baik dari Tuhan adalah jika kita memiliki karakter yang baik. Tanpa karakter yang berkenan di hati Tuhan kita takkan menikmati janji Tuhan itu, "Sebab mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada permohonan mereka yang minta tolong, tetapi wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat." (1 Petrus 3:12).
Ada beberapa karakter yang seringkali menjadi penghambat berkat atau keberhasilan kita sebagai orang percaya, di antaranya adalah: 1. Hati yang tidak mau percaya. Ketidakpercayaan menjadi penghalang utama mengalami mujizat Tuhan. Jangan keraskan hatimu, percayalah kepada Tuhan sepenuhnya. Tuhan Yesus berkata, "Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!" (Markus 9:23). Banyak orang Kristen yang baru mau percaya bila sudah melihat bukti. Tetapi, mari kita belajar seperti Paulus, yang meski menghadapi banyak tantangan hidup tetap percaya kepada Tuhan. Paulus berkata, "sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat-" (2 Korintus 5:7).
2. Tidak bisa menguasai diri. Penguasaan diri itu penting, karena itu adalah salah satu buah-buah Roh. Jika tidak memiliki penguasaan diri kita "...seperti kota yang roboh temboknya." (Amsal 25:28), sehingga musuh (Iblis) akan mudah menyerang dan menjajah kita.
3. Suka berbohong atau dusta. Berbohong berarti melawan kebenaran dan "Orang yang dusta bibirnya dalah kekejian bagi Tuhan," (Amsal 12:22). Alkitab jelas menyatakan bahwa Iblis adalah pendusta dan bapa segala dusta (baca Yohanes 8:44). (Bersambung)
Wednesday, January 19, 2011
MENJADI SAHABAT TUHAN. MUNGKINKAH?
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Januari 2011 -
Baca: Yohanes 14:14-17
"Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Yohanes 15:14
Memiliki teman karib atau sahabat adalah mudah bagi orang yang berpangkat, terkenal dan juga kaya seperti tertulis: "Kekayaan menambah banyak sahabat, tetapi orang miskin ditinggalkan sahabatnya" (Amsal 19:4). Sebaliknya bagi kita yang susah, miskin, gagal dan terpuruk, sangat mudah ditinggalkan atau diabaikan teman dan sahabat. Kita merasa sangat rendah dan membayangkan betapa sulitnya orang mau menjadi sahabat kita, terlebih di zaman sekarang ini susah sekali menemukan a real friend, apalagi sahabat yang "...menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran." (Amsal 17:17). Banyak orang berprinsip: "Asal dia menguntungkan, saya mau jadi sahabatnya. Kalau tidak, I am so sorry, I say goodble!"
Mencari sahabat di antara sesama manusia saja begitu sulit, mana mungkin kita bisa mempercayai bahwa Tuhan Yesus, yang adalah Raja di atas segala raja, Tuhan di atas segala tuhan, mau memilih kita untuk menjadi sahabatNya. Siapakah kita ini? Tapi dari pembacaan firman hari ini Ia berkata, "Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku." (Yohanes 15:15). Tuhan menggambarkan hubunganNya dengan kita dalam tingkatan yang intim yaitu sebagai sahabat. Lagi-lagi, Dialah yang lebih dulu memilih kita sebagai sahabatNya, bukan kita. Suatu anugerah yang tak terkira, di mana Yesus Kristus telah memilih kita untuk menjadi sahabatNya.
Persahabataan akan terjalin karena di dalamnya ada kasih di antara dua pihak, ada take and give. Tuhan pun memiliki standar untuk menjalin persahabatan dengan kita. Itulah sebabnya Tuhan memberikan firmanNya dan hukum-hukumNya itu untuk kita. Syarat utama persahabaan dengan Tuhan adalah ketaatan kita terhadap firmanNya (ayat nas). Bersahabat dengan Tuhan berarti mau berjalan dalam terangNya senantiasa karena Ia adalah terang dunia, yang berarti langkah kita seiring dengan langkah Tuhan, berjalan ke mana pun Tuhan menuntun kita.
Sebaliknya jika kita tidak taat melakukan firmanNya, tidak karib dengan Dia dan tetap berjalan dalam kegelapan, kita tidak layak disebut sahabat Tuhan.
Baca: Yohanes 14:14-17
"Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Yohanes 15:14
Memiliki teman karib atau sahabat adalah mudah bagi orang yang berpangkat, terkenal dan juga kaya seperti tertulis: "Kekayaan menambah banyak sahabat, tetapi orang miskin ditinggalkan sahabatnya" (Amsal 19:4). Sebaliknya bagi kita yang susah, miskin, gagal dan terpuruk, sangat mudah ditinggalkan atau diabaikan teman dan sahabat. Kita merasa sangat rendah dan membayangkan betapa sulitnya orang mau menjadi sahabat kita, terlebih di zaman sekarang ini susah sekali menemukan a real friend, apalagi sahabat yang "...menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran." (Amsal 17:17). Banyak orang berprinsip: "Asal dia menguntungkan, saya mau jadi sahabatnya. Kalau tidak, I am so sorry, I say goodble!"
Mencari sahabat di antara sesama manusia saja begitu sulit, mana mungkin kita bisa mempercayai bahwa Tuhan Yesus, yang adalah Raja di atas segala raja, Tuhan di atas segala tuhan, mau memilih kita untuk menjadi sahabatNya. Siapakah kita ini? Tapi dari pembacaan firman hari ini Ia berkata, "Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku." (Yohanes 15:15). Tuhan menggambarkan hubunganNya dengan kita dalam tingkatan yang intim yaitu sebagai sahabat. Lagi-lagi, Dialah yang lebih dulu memilih kita sebagai sahabatNya, bukan kita. Suatu anugerah yang tak terkira, di mana Yesus Kristus telah memilih kita untuk menjadi sahabatNya.
Persahabataan akan terjalin karena di dalamnya ada kasih di antara dua pihak, ada take and give. Tuhan pun memiliki standar untuk menjalin persahabatan dengan kita. Itulah sebabnya Tuhan memberikan firmanNya dan hukum-hukumNya itu untuk kita. Syarat utama persahabaan dengan Tuhan adalah ketaatan kita terhadap firmanNya (ayat nas). Bersahabat dengan Tuhan berarti mau berjalan dalam terangNya senantiasa karena Ia adalah terang dunia, yang berarti langkah kita seiring dengan langkah Tuhan, berjalan ke mana pun Tuhan menuntun kita.
Sebaliknya jika kita tidak taat melakukan firmanNya, tidak karib dengan Dia dan tetap berjalan dalam kegelapan, kita tidak layak disebut sahabat Tuhan.
Tuesday, January 18, 2011
PERKATAAN KITA MASA DEPAN KITA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Januari 2011 -
Baca: Lukas 6:43-45
"Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik..." Lukas 6:45a
Penulis Amsal berkata, "Hidup dan mati dikuasai oleh lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya." (Amsal 18:21). Ini menandakan bahwa apa yang kita ucapkan, atau perkataan yang keluar dari mulut kita itu angat berdampak karena apa yang kita ucapkan dan kita percayai akan benar-benar terjadi. Tuhan Yesus berkata, "Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu." (Lukas 17:6)
Karena perkataan kita itu sangat penting, maka kita perlu memastikan bahwa apa yang kita ucapkan itu sesuai dengan apa yang Tuhan katakan melalui firmanNya. Memperkatakan firman Tuhan adalah cara yang sangat baik untuk membangun iman kita. Sebagai orang percaya, setiap kita memiliki kuasa atas kehidupan atau kematian, kemenangan atau kekalahan, berkat atau kutuk, melalui perkataan kita setiap hari. Mari perhatikan: apa yang senantiasa kita ucapkan atau gemakan akan sangat menentukan masa depan kita. Perkataan kita cerminan dari apa yang ada di dalam hati kita sendiri. Karena itu, kita harus mengisi perbendaharaan hati kita dengan hal-hal yang baik dan benar. "Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua orang yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji pikirkanlah semuanya itu." (Filipi 4:8).
Mengucapkan yang benar akan memberikan pengaruh yang baik dalam setiap area kehidupan kita. Karena itu kita harus menjaga perkataan iman kita, sebab iman dilepaskan melalui mulut atau ucapan kita dan itu sangat menentukan masa depan kita. Ketika Musa mengutus 12 orang untuk mengintai negeri Kanaan, hanya Yosua dan Kaleb yang memperkarakan hal-hal baik sebagai perkataan iman. Sedangkan 10 orang lainnya (mayoritas) memberikan laporan yang negatif atau buruk. Seluruh rakyat justru terpengaruh dengan laporan yang negatif itu sehingga mereka tawar hati dan menolak untuk memasuki negeri itu. Akibat dari ketidaktaatan itu Tuhan 'mendidik' mereka di padang gurun selama empat puluh tahun lamanya, sampai semua angkatan yang memberontak itu mati, kecuali Kaleb dan Yosua.
Bangsa Israel mengalami kegagalan karena lebih percaya pada perkataan-perkataan negatif.
Baca: Lukas 6:43-45
"Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik..." Lukas 6:45a
Penulis Amsal berkata, "Hidup dan mati dikuasai oleh lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya." (Amsal 18:21). Ini menandakan bahwa apa yang kita ucapkan, atau perkataan yang keluar dari mulut kita itu angat berdampak karena apa yang kita ucapkan dan kita percayai akan benar-benar terjadi. Tuhan Yesus berkata, "Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu." (Lukas 17:6)
Karena perkataan kita itu sangat penting, maka kita perlu memastikan bahwa apa yang kita ucapkan itu sesuai dengan apa yang Tuhan katakan melalui firmanNya. Memperkatakan firman Tuhan adalah cara yang sangat baik untuk membangun iman kita. Sebagai orang percaya, setiap kita memiliki kuasa atas kehidupan atau kematian, kemenangan atau kekalahan, berkat atau kutuk, melalui perkataan kita setiap hari. Mari perhatikan: apa yang senantiasa kita ucapkan atau gemakan akan sangat menentukan masa depan kita. Perkataan kita cerminan dari apa yang ada di dalam hati kita sendiri. Karena itu, kita harus mengisi perbendaharaan hati kita dengan hal-hal yang baik dan benar. "Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua orang yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji pikirkanlah semuanya itu." (Filipi 4:8).
Mengucapkan yang benar akan memberikan pengaruh yang baik dalam setiap area kehidupan kita. Karena itu kita harus menjaga perkataan iman kita, sebab iman dilepaskan melalui mulut atau ucapan kita dan itu sangat menentukan masa depan kita. Ketika Musa mengutus 12 orang untuk mengintai negeri Kanaan, hanya Yosua dan Kaleb yang memperkarakan hal-hal baik sebagai perkataan iman. Sedangkan 10 orang lainnya (mayoritas) memberikan laporan yang negatif atau buruk. Seluruh rakyat justru terpengaruh dengan laporan yang negatif itu sehingga mereka tawar hati dan menolak untuk memasuki negeri itu. Akibat dari ketidaktaatan itu Tuhan 'mendidik' mereka di padang gurun selama empat puluh tahun lamanya, sampai semua angkatan yang memberontak itu mati, kecuali Kaleb dan Yosua.
Bangsa Israel mengalami kegagalan karena lebih percaya pada perkataan-perkataan negatif.
Monday, January 17, 2011
MENGALAHKAN PENCOBAAN: Dengan Kuasa Firman
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Januari 2011 -
Baca: Lukas 4:1-13
"Sesudah Iblis mengakhiri semua pencobaan itu, ia mundur dari pada-Nya dan menunggu waktu yang baik." Lukas 4:13
Selama hidup di dunia ini kita akan terus diperhadapkan pada ujian dan pencobaan karena dunia di mana kita tinggal ini telah dikuasai oleh dosa, dan sudah sangat jelas bahwa sifat-sifat dosa itu sangat bertentangan dengan kehendak Tuhan. Itulah sebabnya setiap orang yang percaya harus terus berjuang melawan pencobaan dan godaan yang dipanahkan Iblis. Adalah tidak mudah menang melawan pencobaan-pencobaan yang menyerang kita, karena "...roh memang penurut, tetapi daging lemah." (Matius 26:41).
Mengapa kita harus diperhadapkan pada pencobaan-pencobaan? Ketahuilah bahwa Tuhan tidak pernah menjanjikan kehidupan orang percaya itu bebas dari segala pencobaan, tapi yang pasti Dia berjanji untuk selalu memberikan jalan keluar, sedangkan "Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya." (1 Korintus 10:13). Bagaimana supaya kita bisa menang melawan pencobaan dari Iblis? Cara terbaik adalah harus melekat pada Tuhan dan senantiasa tinggal di dalam firmanNya. Tuhan Yesus telah meninggalkan teladan yang luar biasa bagaimana melawan pencobaan. Ketika sedang dicobai Iblis, tak henti-hentinya Yesus menggunakan firman Allah sebagai pedang Roh untuk mematahkan setiap tipu muslihat Iblis. Sebagaimana tertulis, selama empat puluh hari Yesus berpuasa di padang gurun, di mana kesempatan ini tidak disia-siakan Iblis untuk mencobai Dia. Tiga kali Iblis berusaha untuk melemahkan Yesus dengan harapan Dia gagal menggenapi rencana Bapa dalam hidupNya, agar Dia berbalik dari jalan yang sudah ditentukan oleh BapaNya. Tiga kali pula Yesus membalas serangan Iblis itu dengan memperkatakan firman Tuhan, "Ada teretulis..." Dan akhirnya Yesus menang!
Firman itu hidup dan berkuasa karena itu adalah perkataan Allah sendiri! Kuasa itu semakin nyata bila kita memperkatakan firman itu dengan iman. Namun, mengapa kita sebagai orang Kristen malas membaca Alkitab?
Sebesar apa pun pencobaan yang menyerang kita, sepatah kata dari firman Tuhan yang kita ucapkan dengan iman akan sanggup mengalahkannya.
Baca: Lukas 4:1-13
"Sesudah Iblis mengakhiri semua pencobaan itu, ia mundur dari pada-Nya dan menunggu waktu yang baik." Lukas 4:13
Selama hidup di dunia ini kita akan terus diperhadapkan pada ujian dan pencobaan karena dunia di mana kita tinggal ini telah dikuasai oleh dosa, dan sudah sangat jelas bahwa sifat-sifat dosa itu sangat bertentangan dengan kehendak Tuhan. Itulah sebabnya setiap orang yang percaya harus terus berjuang melawan pencobaan dan godaan yang dipanahkan Iblis. Adalah tidak mudah menang melawan pencobaan-pencobaan yang menyerang kita, karena "...roh memang penurut, tetapi daging lemah." (Matius 26:41).
Mengapa kita harus diperhadapkan pada pencobaan-pencobaan? Ketahuilah bahwa Tuhan tidak pernah menjanjikan kehidupan orang percaya itu bebas dari segala pencobaan, tapi yang pasti Dia berjanji untuk selalu memberikan jalan keluar, sedangkan "Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya." (1 Korintus 10:13). Bagaimana supaya kita bisa menang melawan pencobaan dari Iblis? Cara terbaik adalah harus melekat pada Tuhan dan senantiasa tinggal di dalam firmanNya. Tuhan Yesus telah meninggalkan teladan yang luar biasa bagaimana melawan pencobaan. Ketika sedang dicobai Iblis, tak henti-hentinya Yesus menggunakan firman Allah sebagai pedang Roh untuk mematahkan setiap tipu muslihat Iblis. Sebagaimana tertulis, selama empat puluh hari Yesus berpuasa di padang gurun, di mana kesempatan ini tidak disia-siakan Iblis untuk mencobai Dia. Tiga kali Iblis berusaha untuk melemahkan Yesus dengan harapan Dia gagal menggenapi rencana Bapa dalam hidupNya, agar Dia berbalik dari jalan yang sudah ditentukan oleh BapaNya. Tiga kali pula Yesus membalas serangan Iblis itu dengan memperkatakan firman Tuhan, "Ada teretulis..." Dan akhirnya Yesus menang!
Firman itu hidup dan berkuasa karena itu adalah perkataan Allah sendiri! Kuasa itu semakin nyata bila kita memperkatakan firman itu dengan iman. Namun, mengapa kita sebagai orang Kristen malas membaca Alkitab?
Sebesar apa pun pencobaan yang menyerang kita, sepatah kata dari firman Tuhan yang kita ucapkan dengan iman akan sanggup mengalahkannya.
Sunday, January 16, 2011
PANGGILAN HIDUP ORANG KRISTEN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Januari 2011 -
Baca: 1 Timotius 6:11-16
"Turutilah perintah ini, dengan tidak bercacat dan tidak bercela, hingga pada saat Tuhan kita Yesus Kristus menyatakan diri-Nya." 1 Timotius 6:14
Tuhan memanggil kita untuk menjadi alat kemuliaaNya di bumi, artinya hidup kita harus mencerminkan kemuliaan Kristus dengan mempraktekkan firman dan tegas terhadap dosa, serta berani melawan semua hal yang bertentangan dengan firman Tuhan. Inilah yang disebut panggilan hidup Kristen sebagaimana disampaikan rasul Paulus kepada Timotius.
Hal-hal apa saja yang harus kita lakukan untuk memenuhi panggilan hidup kita sebagai seorang Kristen? Pertama, kita harus menjauhi keinginan-keinginan duniawi yang sia-sia, yaitu segala jenis ketamakan, cinta harta dan uang, percekcokan dan gosip (ayat 4-5). Kita harus menjauhi perbuatan-perbuatan daging yang merusak kehidupan rohani kita, seperti "...percabulan, kecemaran, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya." (Galatia 5:19-21a), karena keinginan-keinginan daging itu berlawanan dengan jiwa (baca 1 Petrus 2:11).
Rasul Paulus juga mengharapkan agar Timotius senantiasa mencukupkan diri dengan apa yang ada, tidak terfokus kepada materi atau hal-hal yang fana seperti yang dilakukan Paulus: "...aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan." (Filipi 4:11-12a), sebab di zaman sekarang ini banyak orang silau akan gemerlap dunia ini. Yang ada di pikiran adalah bagaimana memiliki harta kekayaan atau uang yang banyak. Tidak sedikit orang menjadi tamak dan individualistis, tidak peduli akan kesusahan atau kesulitan orang lain. Firman Tuhan menegaskan, "...akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka." (1 Timotius 6:11).
Kedua, kejarlah perkara-perkara rohani yaitu "...keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan." (1 Timotius 6:11). Paulus mengibaratkan hidup ini sebagai arena pertandingan iman. Jadi kita harus berjuang dan bertanding dengan sungguh-sungguh karena tantangan dan ujian yang ada di depan kita semakin berat. Dan itu adalah proses ujian iman bagi kita. Jangan tunda-tunda waktu lagi, mari kita kerjakan panggilan hidup kita.
Bagaimana kita menjalani hidup saat ini akan menentukan apa yang akan kita raih kelak!
Baca: 1 Timotius 6:11-16
"Turutilah perintah ini, dengan tidak bercacat dan tidak bercela, hingga pada saat Tuhan kita Yesus Kristus menyatakan diri-Nya." 1 Timotius 6:14
Tuhan memanggil kita untuk menjadi alat kemuliaaNya di bumi, artinya hidup kita harus mencerminkan kemuliaan Kristus dengan mempraktekkan firman dan tegas terhadap dosa, serta berani melawan semua hal yang bertentangan dengan firman Tuhan. Inilah yang disebut panggilan hidup Kristen sebagaimana disampaikan rasul Paulus kepada Timotius.
Hal-hal apa saja yang harus kita lakukan untuk memenuhi panggilan hidup kita sebagai seorang Kristen? Pertama, kita harus menjauhi keinginan-keinginan duniawi yang sia-sia, yaitu segala jenis ketamakan, cinta harta dan uang, percekcokan dan gosip (ayat 4-5). Kita harus menjauhi perbuatan-perbuatan daging yang merusak kehidupan rohani kita, seperti "...percabulan, kecemaran, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya." (Galatia 5:19-21a), karena keinginan-keinginan daging itu berlawanan dengan jiwa (baca 1 Petrus 2:11).
Rasul Paulus juga mengharapkan agar Timotius senantiasa mencukupkan diri dengan apa yang ada, tidak terfokus kepada materi atau hal-hal yang fana seperti yang dilakukan Paulus: "...aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan." (Filipi 4:11-12a), sebab di zaman sekarang ini banyak orang silau akan gemerlap dunia ini. Yang ada di pikiran adalah bagaimana memiliki harta kekayaan atau uang yang banyak. Tidak sedikit orang menjadi tamak dan individualistis, tidak peduli akan kesusahan atau kesulitan orang lain. Firman Tuhan menegaskan, "...akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka." (1 Timotius 6:11).
Kedua, kejarlah perkara-perkara rohani yaitu "...keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan." (1 Timotius 6:11). Paulus mengibaratkan hidup ini sebagai arena pertandingan iman. Jadi kita harus berjuang dan bertanding dengan sungguh-sungguh karena tantangan dan ujian yang ada di depan kita semakin berat. Dan itu adalah proses ujian iman bagi kita. Jangan tunda-tunda waktu lagi, mari kita kerjakan panggilan hidup kita.
Bagaimana kita menjalani hidup saat ini akan menentukan apa yang akan kita raih kelak!
Saturday, January 15, 2011
TUGAS DAN PEKERJAAN IBLIS: Menghancurkan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Januari 2011 -
Baca: 1 Tesalonika 2:13-20
"Sebab kami telah berniat untuk datang kepada kamu - aku, Paulus, malahan lebih dari sekali -, tetapi Iblis telah mencegah kami." 1 Tesalonika 2:18
Hidup Kristen tindaklah mudah karena setiap saat kita harus memiliki kesiapan untuk berperang. Tapi peperangan yang kita hadapi bukanlah peperangan secara fisik, melainkan peperangan rohani, "karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara." (Efesus 6:12). Kita tahu bahwa hari-hari ini adalah sangat jahat, di mana Iblis sedang berjuang keras untuk menipu, mengelabui dan menghancurkan manusia, karena memang dia (Iblis) adalah pendusta dan sangat ahli dalam hal menyamar. Oleh karenanya kita harus berjaga-jaga dan berdoa agar tidak terpedaya oleh tipu muslihat Iblis.
Tujuan utama Iblis adalah ingin memisahkan hidup manusia dari kasih Tuhan dan berusaha untuk mencuri firman dari kehidupan oang percaya. Seperti dalam perumpamaan tentang penabur, dikatakan bahwa "Orang-orang yang di pinggir jalan, tempat firman itu ditaburkan, ialah mereka yang mendengar firman, lalu datanglah Iblis dan mengambil firman yang baru ditaburkan di dalam mereka." (Markus 4:15). Tak bisa dibayangkan bila seseorang hidupnya menjauh dari Tuhan dan tidak lagi menjadikan firman Tuhan sebagai pegangan dalam hidup, pastilah ia akan hancur. Memang itulah yang diingini Iblis atas hidup manusia mengalami kehancuran dan kebinasaan kekal! Tidak hanya itu, Iblis juga berusaha untuk mendakwa orang-orang percaya, siang dan malam, sehingga kita pun mulai meragukan status kita sebagai anak-anak Tuhan. Akibatnya kita semakin bimbang dan tidak lagi percaya akan janji firmanNya. Ada masalah sedikit saja kita langsung bersungut-sungut, marah dan menyalahkan Tuhan, lalu meninggalkanNya.
Di akhir zaman ini, di mana kesulitan demi kesulitan terjadi, adalah waktu yang tidak disia-siakan Iblis. Ia akan menyamar sebagai dewa penolong bagi manusia dengan menawarkan hal-hal yang indah dan gemerlap dari dunia ini, termasuk di dalamnya harta dan pangkat, sehingga banyak orang berduyun-duyun datang untuk meminta pertolongan kepadanya sehingga pikiran manusia hanya terfokus hal-hal duniawi.
Mari kita berjaga-jaga dan berdoa setiap waktu, supaya kita tidak masuk dalam perangkap Iblis!
Baca: 1 Tesalonika 2:13-20
"Sebab kami telah berniat untuk datang kepada kamu - aku, Paulus, malahan lebih dari sekali -, tetapi Iblis telah mencegah kami." 1 Tesalonika 2:18
Hidup Kristen tindaklah mudah karena setiap saat kita harus memiliki kesiapan untuk berperang. Tapi peperangan yang kita hadapi bukanlah peperangan secara fisik, melainkan peperangan rohani, "karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara." (Efesus 6:12). Kita tahu bahwa hari-hari ini adalah sangat jahat, di mana Iblis sedang berjuang keras untuk menipu, mengelabui dan menghancurkan manusia, karena memang dia (Iblis) adalah pendusta dan sangat ahli dalam hal menyamar. Oleh karenanya kita harus berjaga-jaga dan berdoa agar tidak terpedaya oleh tipu muslihat Iblis.
Tujuan utama Iblis adalah ingin memisahkan hidup manusia dari kasih Tuhan dan berusaha untuk mencuri firman dari kehidupan oang percaya. Seperti dalam perumpamaan tentang penabur, dikatakan bahwa "Orang-orang yang di pinggir jalan, tempat firman itu ditaburkan, ialah mereka yang mendengar firman, lalu datanglah Iblis dan mengambil firman yang baru ditaburkan di dalam mereka." (Markus 4:15). Tak bisa dibayangkan bila seseorang hidupnya menjauh dari Tuhan dan tidak lagi menjadikan firman Tuhan sebagai pegangan dalam hidup, pastilah ia akan hancur. Memang itulah yang diingini Iblis atas hidup manusia mengalami kehancuran dan kebinasaan kekal! Tidak hanya itu, Iblis juga berusaha untuk mendakwa orang-orang percaya, siang dan malam, sehingga kita pun mulai meragukan status kita sebagai anak-anak Tuhan. Akibatnya kita semakin bimbang dan tidak lagi percaya akan janji firmanNya. Ada masalah sedikit saja kita langsung bersungut-sungut, marah dan menyalahkan Tuhan, lalu meninggalkanNya.
Di akhir zaman ini, di mana kesulitan demi kesulitan terjadi, adalah waktu yang tidak disia-siakan Iblis. Ia akan menyamar sebagai dewa penolong bagi manusia dengan menawarkan hal-hal yang indah dan gemerlap dari dunia ini, termasuk di dalamnya harta dan pangkat, sehingga banyak orang berduyun-duyun datang untuk meminta pertolongan kepadanya sehingga pikiran manusia hanya terfokus hal-hal duniawi.
Mari kita berjaga-jaga dan berdoa setiap waktu, supaya kita tidak masuk dalam perangkap Iblis!
Friday, January 14, 2011
KALEB: Kesetiaan yang Beroleh Upah
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Januari 2011 -
Baca: Yosua 14:10-15
"Jadi sekarang, sesungguhnya Tuhan telah memelihara hidupku, seperti yang dijanjikan-Nya." Yosua 14:10a
Banyak orang suka sekali membangga-banggakan dan memegahkan diri sendiri, entah itu tentang prestasinya, keberhasilan usahanya, keluarganya, harta kekayaannya, mobilnya yang mewah, anak-anaknya dan sebagainya. Firman Tuhan tegas menyatakan, "Manusia yang sombong akan direndahkan, dan orang yang angkuh akan ditundukkan;" (Yesaya 2:11-11a). Tidak seharusnya kita bermegah tentang diri kita sendiri, "tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah Tuhan yang menunjukkan kasih setia,..." (Yeremia 9:24).
Inilah yang dilakukan Kaleb: ia menceritakan tentang Tuhan, bukan keberhasilan dan kesuksesannya. Kaleb tidak membanggakan kehebatan masa lalunya, tapi ia senantiasa mengarahkan pandangannya pada kesetiaan dan kasih Tuhan dalam hidupnya. Selama 45 tahun Kaleb mengalamai pemeliharaan Tuhan, sejak ia masih muda hingga di masa tuanya. Kaleb berkata, "pada waktu ini aku masih sama kuat seperti pada waktu aku disuruh Musa; seperti kekuatanku pada waktu itu demikianlah kekuatanku sekarang untuk berperang dan untuk keluar masuk." (Yosua 14:11). Tuhan sangat menghargai orang yang senantiasa menceritakan pribadiNya. Memuliakan nama Tuhan dan menceritakan perbuatan-perbuatanNya yang besar adalah tugas dan komitmen kita sebagai orang percaya. Fokus hidup Kaleb mengacu pada janji Tuhan dan dia percaya bahwa "...Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan." (Roma 4:21). Yosua benar-benar bangga terhadap iman Kaleb, dan atas nama Tuhan Yosua memberkati Kaleb. Ini sebagai upah dari ketekunan dan kesetiaan Kaleb selama ini.
Kehidupan Kaleb ini menjadi sumber inspirasi bagi siapa pun kita. Usia bukanlah penghalang bagi seseorang untuk melayani Tuhan. Hal ini sudah ditunjukkan Kaleb; di usia yang tidak muda lagi ia tidak menjadi lemah melainkan tetap semangat melayani Tuhan. Jadi tidak ada batas usia atau istilah pensiun dalam hal melayani Tuhan. Oleh karena ketekunan dan kesetiaannya Tuhan juga menyatakan kasih setianya kepada Kaleb. Tuhan memberikan apa yang dijanjikanNya kepada Kaleb.
"Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah." (Kolose 3:24a), asal kita setia kepada Tuhan!
Baca: Yosua 14:10-15
"Jadi sekarang, sesungguhnya Tuhan telah memelihara hidupku, seperti yang dijanjikan-Nya." Yosua 14:10a
Banyak orang suka sekali membangga-banggakan dan memegahkan diri sendiri, entah itu tentang prestasinya, keberhasilan usahanya, keluarganya, harta kekayaannya, mobilnya yang mewah, anak-anaknya dan sebagainya. Firman Tuhan tegas menyatakan, "Manusia yang sombong akan direndahkan, dan orang yang angkuh akan ditundukkan;" (Yesaya 2:11-11a). Tidak seharusnya kita bermegah tentang diri kita sendiri, "tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah Tuhan yang menunjukkan kasih setia,..." (Yeremia 9:24).
Inilah yang dilakukan Kaleb: ia menceritakan tentang Tuhan, bukan keberhasilan dan kesuksesannya. Kaleb tidak membanggakan kehebatan masa lalunya, tapi ia senantiasa mengarahkan pandangannya pada kesetiaan dan kasih Tuhan dalam hidupnya. Selama 45 tahun Kaleb mengalamai pemeliharaan Tuhan, sejak ia masih muda hingga di masa tuanya. Kaleb berkata, "pada waktu ini aku masih sama kuat seperti pada waktu aku disuruh Musa; seperti kekuatanku pada waktu itu demikianlah kekuatanku sekarang untuk berperang dan untuk keluar masuk." (Yosua 14:11). Tuhan sangat menghargai orang yang senantiasa menceritakan pribadiNya. Memuliakan nama Tuhan dan menceritakan perbuatan-perbuatanNya yang besar adalah tugas dan komitmen kita sebagai orang percaya. Fokus hidup Kaleb mengacu pada janji Tuhan dan dia percaya bahwa "...Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan." (Roma 4:21). Yosua benar-benar bangga terhadap iman Kaleb, dan atas nama Tuhan Yosua memberkati Kaleb. Ini sebagai upah dari ketekunan dan kesetiaan Kaleb selama ini.
Kehidupan Kaleb ini menjadi sumber inspirasi bagi siapa pun kita. Usia bukanlah penghalang bagi seseorang untuk melayani Tuhan. Hal ini sudah ditunjukkan Kaleb; di usia yang tidak muda lagi ia tidak menjadi lemah melainkan tetap semangat melayani Tuhan. Jadi tidak ada batas usia atau istilah pensiun dalam hal melayani Tuhan. Oleh karena ketekunan dan kesetiaannya Tuhan juga menyatakan kasih setianya kepada Kaleb. Tuhan memberikan apa yang dijanjikanNya kepada Kaleb.
"Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah." (Kolose 3:24a), asal kita setia kepada Tuhan!
Thursday, January 13, 2011
EZRA: Kepercayaan Raja
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Januari 2011 -
Baca: Ezra 7:1-28a
"Ia (Ezra) adalah seorang ahli kitab, mahir dalam Taurat Musa yang diberikan Tuhan, Allah Israel." Ezra 7:6b
Siapakah Ezra? Dia adalah salah satu dari orang-orang Israel yang dibuang di Babel. Menjadi orang buangan tidak selamanya hopeless, ada saatnya di mana Tuhan sanggup mengangkat dan memulihkan, "Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang." (Amsal 23:18).
Ezra, dari seorang buangan menjadi orang kepercayaan raja. Ia dipercaya dan diutus oleh raja Artahsasta untuk membangun Bait Allah di Yerusalem. Apakah tidak ada orang lain yang lebih terhormat yang bisa diutus raja? Tentunya raja Artahsasta tidak salah pilih. Kalau tidak memiliki reputasi yang baik mustahil raja mengutus Ezra. Mengapa Ezra begitu istimewa di mata raja Artahsasta? Meski sebagai orang buangan di Babel ia memiliki kehidupan yang berbeda, seorang yang mengasihi Tuhan dengan segenap hati. Bahkan orang-orang di seluruh Babel mengenalnya sebagai orang yang ahli dalam hal Taurat Tuhan. Itulah sebabnya "...raja memberi dia segala yang diingininya, oleh karena tangan Tuhan, Allahnya, melindungi dia." (Ezra 7:6c).
Memiliki hidup yang berbeda seperti Ezra adalah kehendak Tuhan bagi orang percaya: "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:2). Ketika orang-orang buangan lain mungkin sedang merenungi nasib dan mengasihani diri sendiri, Ezra malah bertekun meneliti dan merenungkan Taurat Tuhan itu siang malam. Disebut sebagai ahli Taurat Tuhan karena ketekunannya meneliti Taurat itu (Ezra 7:11,12, 21). Tidak hanya itu, ia tekun mengajar dan mendidik orang-orang buangan di Babel tentang Taurat Tuhan. Ketika diutus ke Yerusalem ia pun membawa juga sebuah kitab Taurat sebagai sumber pengajaran iman. Kehidupan Ezra benar-benar menjadi berkat/kesaksian bagi bangsanya. Karena itu ia dipercaya melaksanakan mandat sang raja. Ezra juga menerima kuasa penatalayanan (Ezra 7:17) dan dapat mempertanggungjawabkan setiap tugas yang dipercayakan kepadanya.
Kisah ini menunjukkan bahwa Ezra seorang yang takut akan Tuhan; tidak hanya mahir tentang Taurat Tuhan secara teori, tapi juga setia melakukan Taurat Tuhan itu dalam kehidupannya sehari-hari.
Baca: Ezra 7:1-28a
"Ia (Ezra) adalah seorang ahli kitab, mahir dalam Taurat Musa yang diberikan Tuhan, Allah Israel." Ezra 7:6b
Siapakah Ezra? Dia adalah salah satu dari orang-orang Israel yang dibuang di Babel. Menjadi orang buangan tidak selamanya hopeless, ada saatnya di mana Tuhan sanggup mengangkat dan memulihkan, "Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang." (Amsal 23:18).
Ezra, dari seorang buangan menjadi orang kepercayaan raja. Ia dipercaya dan diutus oleh raja Artahsasta untuk membangun Bait Allah di Yerusalem. Apakah tidak ada orang lain yang lebih terhormat yang bisa diutus raja? Tentunya raja Artahsasta tidak salah pilih. Kalau tidak memiliki reputasi yang baik mustahil raja mengutus Ezra. Mengapa Ezra begitu istimewa di mata raja Artahsasta? Meski sebagai orang buangan di Babel ia memiliki kehidupan yang berbeda, seorang yang mengasihi Tuhan dengan segenap hati. Bahkan orang-orang di seluruh Babel mengenalnya sebagai orang yang ahli dalam hal Taurat Tuhan. Itulah sebabnya "...raja memberi dia segala yang diingininya, oleh karena tangan Tuhan, Allahnya, melindungi dia." (Ezra 7:6c).
Memiliki hidup yang berbeda seperti Ezra adalah kehendak Tuhan bagi orang percaya: "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:2). Ketika orang-orang buangan lain mungkin sedang merenungi nasib dan mengasihani diri sendiri, Ezra malah bertekun meneliti dan merenungkan Taurat Tuhan itu siang malam. Disebut sebagai ahli Taurat Tuhan karena ketekunannya meneliti Taurat itu (Ezra 7:11,12, 21). Tidak hanya itu, ia tekun mengajar dan mendidik orang-orang buangan di Babel tentang Taurat Tuhan. Ketika diutus ke Yerusalem ia pun membawa juga sebuah kitab Taurat sebagai sumber pengajaran iman. Kehidupan Ezra benar-benar menjadi berkat/kesaksian bagi bangsanya. Karena itu ia dipercaya melaksanakan mandat sang raja. Ezra juga menerima kuasa penatalayanan (Ezra 7:17) dan dapat mempertanggungjawabkan setiap tugas yang dipercayakan kepadanya.
Kisah ini menunjukkan bahwa Ezra seorang yang takut akan Tuhan; tidak hanya mahir tentang Taurat Tuhan secara teori, tapi juga setia melakukan Taurat Tuhan itu dalam kehidupannya sehari-hari.
Wednesday, January 12, 2011
SAUL: Merosot dan Hancur
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Januari 2011 -
Baca: 1 Samuel 28:1-20
"Dan Saul bertanya kepada Tuhan, tetapi Tuhan tidak menjawab dia, baik dengan mimpi, baik dengan Urim, baik dengan perantaraan para nabi." 1 Samuel 28:6
Tuhan menyediakan berkat dan pemulihan bagi anak-anakNya, dan secara terperinci berkat-berkat itu bisa kita baca dalam Ulangan 28:1-14, salah satunya adalah: "Tuhan akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun,..." (Ulangan 28:13). Banyak orang Kristen yang mengklaim janji Tuhan ini tanpa memperhatikan lebih dahulu kelanjutan ayatnya: "...apabila engkau mendengarkan perintah Tuhan, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia, dan apabila engkau tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri dari segala perintah yang kuberikan kepadamu pada hari ini, dengan mengikuti allah lain dan beribadah kepadanya." (Ulangan 28:13-14).
Saul adalah salah satu contoh orang yang justru menglami kemunduran atau kemerosotan dalam hidupnya. Sebelumnya, Saul adalah seorang raja Israel yang diurapi Tuhan. Tapi sayang, pemerintahannya tidak langgeng. Penyebabnya adalah ketidaktaatan Saul sendiri; ia telah menyimpang dari kehendak Tuhan sehingga Tuhan pun menolak dia sebagai raja, dan RohNya pun undur dari dia. Akibatnya tidak ada lagi penyertaan dan perlindungan Tuhan dalam kehidupan Saul. Terlebih lagi hati Saul telah berpaling dari Tuhan. Pada saat melihat bahwa tentara Filistin berkumpul di dekat Sunem untuk menyerang Israel, Saul menjadi sangat takut dan gemetar. Lalu ia berdoa dan bertanya kepada Tuhan tetapi Tuhan tidak menjawab. Saul menjadi sangat panik, apalagi Samuel sudah meninggal dunia sehingga tidak ada petunjuk dari Tuhan untuk menghadapi orang Filistin tersebut. Di tengah kekalutannya Saul mengambil jalan pintas dengan bertanya kepada dukun agar dipanggilkan arwah. Saul tidak sabar menantikan Tuhan bertindak. Jelas bahwa apa yang dilakukan Saul ini merupakan kekejian bagi Tuhan! Akibatnya, perlahan tapi pasti, hidup Saul semakin merosot dan menjadi hancur.
Bukankah banyak orang Kristen yang juga tidak sabar menantikan jawaban dari Tuhan dan mengambil jalan pintas mencari pertolongan kepada manusia (dukun atau paranormal)? Bila Saudara tidak ingin mengalami nasib tragis seperti Saul, mari segera bertobat!
Jangan sampai Tuhan murka, lalu Dia meninggalkan kita untuk selama-lamanya.
Baca: 1 Samuel 28:1-20
"Dan Saul bertanya kepada Tuhan, tetapi Tuhan tidak menjawab dia, baik dengan mimpi, baik dengan Urim, baik dengan perantaraan para nabi." 1 Samuel 28:6
Tuhan menyediakan berkat dan pemulihan bagi anak-anakNya, dan secara terperinci berkat-berkat itu bisa kita baca dalam Ulangan 28:1-14, salah satunya adalah: "Tuhan akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun,..." (Ulangan 28:13). Banyak orang Kristen yang mengklaim janji Tuhan ini tanpa memperhatikan lebih dahulu kelanjutan ayatnya: "...apabila engkau mendengarkan perintah Tuhan, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia, dan apabila engkau tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri dari segala perintah yang kuberikan kepadamu pada hari ini, dengan mengikuti allah lain dan beribadah kepadanya." (Ulangan 28:13-14).
Saul adalah salah satu contoh orang yang justru menglami kemunduran atau kemerosotan dalam hidupnya. Sebelumnya, Saul adalah seorang raja Israel yang diurapi Tuhan. Tapi sayang, pemerintahannya tidak langgeng. Penyebabnya adalah ketidaktaatan Saul sendiri; ia telah menyimpang dari kehendak Tuhan sehingga Tuhan pun menolak dia sebagai raja, dan RohNya pun undur dari dia. Akibatnya tidak ada lagi penyertaan dan perlindungan Tuhan dalam kehidupan Saul. Terlebih lagi hati Saul telah berpaling dari Tuhan. Pada saat melihat bahwa tentara Filistin berkumpul di dekat Sunem untuk menyerang Israel, Saul menjadi sangat takut dan gemetar. Lalu ia berdoa dan bertanya kepada Tuhan tetapi Tuhan tidak menjawab. Saul menjadi sangat panik, apalagi Samuel sudah meninggal dunia sehingga tidak ada petunjuk dari Tuhan untuk menghadapi orang Filistin tersebut. Di tengah kekalutannya Saul mengambil jalan pintas dengan bertanya kepada dukun agar dipanggilkan arwah. Saul tidak sabar menantikan Tuhan bertindak. Jelas bahwa apa yang dilakukan Saul ini merupakan kekejian bagi Tuhan! Akibatnya, perlahan tapi pasti, hidup Saul semakin merosot dan menjadi hancur.
Bukankah banyak orang Kristen yang juga tidak sabar menantikan jawaban dari Tuhan dan mengambil jalan pintas mencari pertolongan kepada manusia (dukun atau paranormal)? Bila Saudara tidak ingin mengalami nasib tragis seperti Saul, mari segera bertobat!
Jangan sampai Tuhan murka, lalu Dia meninggalkan kita untuk selama-lamanya.
Tuesday, January 11, 2011
YOSUA: Setia Kepada Tuhan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Januari 2011 -
Baca: Yosua 24:14-28
"Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan!" Yosua 24:15c
Siapakah Yosua? Tentu kita sudah tahu siapa itu Yosua. Guru-guru Sekolah Minggu pun sudah mengajarkan kepada anak didiknya tentang tokoh ini. Yosua adalah salah satu tokoh Alkitab yang luar biasa, berasal dari kaum keturunan orang benar.
Setelah kematian Musa Tuhan berfirman kepada Yosua, "Hamba-Ku Musa telah mati; sebab itu bersiaplah sekarang, seberangilah sungai Yordan ini, engkau dan seluruh bangsa ini, menuju negeri yang akan Kuberikan kepada mereka, kepada orang Israel itu." (Yosua 1:2). Mengapa Yosua dipilih Tuhan? Karena "...Yosua bin Nun penuh dengan roh kebijaksanaan, sebab Musa telah meletakkan tangannya ke atasnya. Sebab itu orang Israel mendengarkan dia dan melakukan seperti yang diperintahkan Tuhan kepada Musa." (Ulangan 34:9). Dalam Alkitab tercatat bahwa Yosua bin Nun berhasil membawa bangsa Israel masuk ke Tanah Perjanjian disertai mujizat Tuhan yang heran. Bahkan tembok Yerikho dapat diruntuhkan dengan caraNya yang sangat mustahil bagi manusia yaitu hanya dengan mengelilingi tembok itu selama enam hari. Lalu di hari yang ketujuh mereka mengelilingi tembok itu sambil bersorak sehingga runtuhlah tembok itu, sehingga bangsa Israel dapat masuk dan merebut kota itu. Bangsa Israel menang tanpa harus berperang karena Tuhan yang menyertainya.
Sebagai umat pilihan Tuhan kita pun bisa mengalami pertolongan dan mujizat seperti yang dialami Yosua. Bila Yosua dapat dipakai secara luar biasa, kita pun bisa dipakai Tuhan, asalkan hidup kita berkenan kepadaNya. Yosua tidak dengan serta merta dipilih Tuhan; ia harus melewati proses pembentukan didikan dari Tuhan. Kesetiaannya telah teruji benar; selama mendampingi Musa ia tidak pernah memberontak, tapi memiliki hati yang taat. Komitmennya untuk melayani Tuhan luar biasa sebagaimana yang dikatakanya di hadapan umat Israel, "Jauhlah dari pada kami meninggalkan Tuhan untuk beribadah kepada allah lain!" (Yosua 24:16).
Apakah kita setia seperti Yosua? Dalam segala hal Yosua senantiasa mengandalkan Tuhan. Itulah sebabnya langkah hidupnya selalu di tuntun Tuhan. Bahkan Tuhan berjanji, "Setiap tempat yang akan diinjak oleh telapak kakimu Kuberikan kepada kamu,..." (Yosua 1:3).
Alangkah bahagianya kehidupan orang yang berkenan di hadapan Tuhan, apa saja yang diperbuatnya dijadikan berhasil oleh Tuhan!
Baca: Yosua 24:14-28
"Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan!" Yosua 24:15c
Siapakah Yosua? Tentu kita sudah tahu siapa itu Yosua. Guru-guru Sekolah Minggu pun sudah mengajarkan kepada anak didiknya tentang tokoh ini. Yosua adalah salah satu tokoh Alkitab yang luar biasa, berasal dari kaum keturunan orang benar.
Setelah kematian Musa Tuhan berfirman kepada Yosua, "Hamba-Ku Musa telah mati; sebab itu bersiaplah sekarang, seberangilah sungai Yordan ini, engkau dan seluruh bangsa ini, menuju negeri yang akan Kuberikan kepada mereka, kepada orang Israel itu." (Yosua 1:2). Mengapa Yosua dipilih Tuhan? Karena "...Yosua bin Nun penuh dengan roh kebijaksanaan, sebab Musa telah meletakkan tangannya ke atasnya. Sebab itu orang Israel mendengarkan dia dan melakukan seperti yang diperintahkan Tuhan kepada Musa." (Ulangan 34:9). Dalam Alkitab tercatat bahwa Yosua bin Nun berhasil membawa bangsa Israel masuk ke Tanah Perjanjian disertai mujizat Tuhan yang heran. Bahkan tembok Yerikho dapat diruntuhkan dengan caraNya yang sangat mustahil bagi manusia yaitu hanya dengan mengelilingi tembok itu selama enam hari. Lalu di hari yang ketujuh mereka mengelilingi tembok itu sambil bersorak sehingga runtuhlah tembok itu, sehingga bangsa Israel dapat masuk dan merebut kota itu. Bangsa Israel menang tanpa harus berperang karena Tuhan yang menyertainya.
Sebagai umat pilihan Tuhan kita pun bisa mengalami pertolongan dan mujizat seperti yang dialami Yosua. Bila Yosua dapat dipakai secara luar biasa, kita pun bisa dipakai Tuhan, asalkan hidup kita berkenan kepadaNya. Yosua tidak dengan serta merta dipilih Tuhan; ia harus melewati proses pembentukan didikan dari Tuhan. Kesetiaannya telah teruji benar; selama mendampingi Musa ia tidak pernah memberontak, tapi memiliki hati yang taat. Komitmennya untuk melayani Tuhan luar biasa sebagaimana yang dikatakanya di hadapan umat Israel, "Jauhlah dari pada kami meninggalkan Tuhan untuk beribadah kepada allah lain!" (Yosua 24:16).
Apakah kita setia seperti Yosua? Dalam segala hal Yosua senantiasa mengandalkan Tuhan. Itulah sebabnya langkah hidupnya selalu di tuntun Tuhan. Bahkan Tuhan berjanji, "Setiap tempat yang akan diinjak oleh telapak kakimu Kuberikan kepada kamu,..." (Yosua 1:3).
Alangkah bahagianya kehidupan orang yang berkenan di hadapan Tuhan, apa saja yang diperbuatnya dijadikan berhasil oleh Tuhan!
Monday, January 10, 2011
HAMBA TUHAN, JANGAN MEMEGAHKAN DIRI!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Januari 2011 -
Baca: 1 Korintus 9:1-18
"Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil." 1 Korintus 9:16
Banyak yang terjadi di kalangan kita, orang Kristen suka menilai, mengukur atau membanding-bandingkan hamba Tuhan yang melayani di gereja masing-masing. Berbagai faktor digunakan untuk menilai siapakah di antara mereka yang layak disebut sebagai hamba Tuhan yang berhasil, hebat, berpengaruh, banyak karunia, terkenal dan sebagainya.
Bukanlah pada tempatnya bila kita menilai atau mengukur pelayanan seorang hamba Tuhan menurut kriteria kita sendiri. Popularitas, jabatan dan jumlah anggota jemaat yang dilayani oleh seorang hamba Tuhan tidak sepenuhnya menjadi ukuran keberhasilan seorang pelayan Tuhan. Yang berhak untuk menilai dan punya kriteria itu adalah Tuhan, bukan kita, "Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah." (1 Korintus 3:13b-14). Jadi para hamba Tuhan itu tidak seharusnya dinilai oleh sesamanya manusia yang biasanya punya kecenderungan untuk menghakimi, dan juga tidak boleh menilai diri sendiri, yang mengarah pada kemegahan diri.
Rasul Paulus menyatakan hal yang harus diperhatikan oleh hamba Tuhan supaya pelayanannya dikenan Tuhan. Kata hamba secara harafiah berarti: orang yang berada di bawah perintah; tingkatan para budak yang paling rendah atau hina. Sebagai hamba Tuhan berarti kita adalah hamba-hamba Kristus, artinya di dalam segala hal kita harus tunduk kepadaNya. Paulus, meski sebagai seorang rasul, tidak memegahkan diri; ia tetap menilai dirinya sendiri sebagai seorang hamba, seorang budak hina dari Tuhannya. Kata Paulus, "Karena jika akau memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri." (1 Korintus 9:16a). Harus kita sadari bahwa seorang 'hamba' itu, kapan pun dan di mana pun dia berada selalu berada di posisi terendah, paling sedikit dihargai orang. Nah, karena memberitakan Injil itu adalah sebuah tanggung jawab dan perintah dari Tuan kita (Yesus Kristus), maka tujuan utamanya adalah hanya untuk hormat dan kemuliaan nama Tuhan, bukan untuk mencari hormat dan pujian diri sendiri.
Sebagai hamba, bagian kita adalah taat!
Baca: 1 Korintus 9:1-18
"Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil." 1 Korintus 9:16
Banyak yang terjadi di kalangan kita, orang Kristen suka menilai, mengukur atau membanding-bandingkan hamba Tuhan yang melayani di gereja masing-masing. Berbagai faktor digunakan untuk menilai siapakah di antara mereka yang layak disebut sebagai hamba Tuhan yang berhasil, hebat, berpengaruh, banyak karunia, terkenal dan sebagainya.
Bukanlah pada tempatnya bila kita menilai atau mengukur pelayanan seorang hamba Tuhan menurut kriteria kita sendiri. Popularitas, jabatan dan jumlah anggota jemaat yang dilayani oleh seorang hamba Tuhan tidak sepenuhnya menjadi ukuran keberhasilan seorang pelayan Tuhan. Yang berhak untuk menilai dan punya kriteria itu adalah Tuhan, bukan kita, "Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah." (1 Korintus 3:13b-14). Jadi para hamba Tuhan itu tidak seharusnya dinilai oleh sesamanya manusia yang biasanya punya kecenderungan untuk menghakimi, dan juga tidak boleh menilai diri sendiri, yang mengarah pada kemegahan diri.
Rasul Paulus menyatakan hal yang harus diperhatikan oleh hamba Tuhan supaya pelayanannya dikenan Tuhan. Kata hamba secara harafiah berarti: orang yang berada di bawah perintah; tingkatan para budak yang paling rendah atau hina. Sebagai hamba Tuhan berarti kita adalah hamba-hamba Kristus, artinya di dalam segala hal kita harus tunduk kepadaNya. Paulus, meski sebagai seorang rasul, tidak memegahkan diri; ia tetap menilai dirinya sendiri sebagai seorang hamba, seorang budak hina dari Tuhannya. Kata Paulus, "Karena jika akau memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri." (1 Korintus 9:16a). Harus kita sadari bahwa seorang 'hamba' itu, kapan pun dan di mana pun dia berada selalu berada di posisi terendah, paling sedikit dihargai orang. Nah, karena memberitakan Injil itu adalah sebuah tanggung jawab dan perintah dari Tuan kita (Yesus Kristus), maka tujuan utamanya adalah hanya untuk hormat dan kemuliaan nama Tuhan, bukan untuk mencari hormat dan pujian diri sendiri.
Sebagai hamba, bagian kita adalah taat!
Sunday, January 9, 2011
PESAN TUHAN: Taat dan Bersyukurlah!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Januari 2011 -
Baca: Ulangan 10:12-22
"Sebab itu sunatlah hatimu dan janganlah lagi kamu tegar tengkuk." Ulangan 10:16
Adakah di antara kita yang tidak pernah megecap kebaikan Tuhan? Pastilah tak seorang pun di dunia ini yang tidak pernah mengalami dan merasakan kebaikan Tuhan dalam hidupnya. Daud juga mengakuinya, "Engkau Tuhanku, tidak ada yang baik bagiku selain Engkau!" (Mazmur 16:2). Sungguh, "Tuhan itu baik kepada semua orang," (Mazmur 145:9a).
Apa yang dialami bangsa Israel menjadi contoh nyata betapa Tuhan itu baik! Saat berjalan keluar meninggalkan negeri perbudakan (Mesir), tak sekali pun dibiarkanNya bangsa itu berjalan sendirian, Tuhan senantiasa menuntun dan menyertai mereka. Ketika mereka harus melewati padang gurun "Tuhan berjalan di depan mereka, pada siang hari dalam tiang awan untuk menuntun mereka di jalan, dan pada waktu malam dalam tiang api untuk menerangi mereka, sehingga mereka dapat berjalan siang dan malam. Dengan tidak beralih tiang awan itu tetap ada pada siang hari dan tiang api pada waktu malam di depan bangsa itu." (Keluaran 13:21-22). Kebaikan Tuhan tidak hanya sampai di situ, perihal makanan jasmani pun dicukupinya. "Orang Israel makan manna empat puluh tahun lamanya,..." (Keluaran 16:35), bahkan sandang pun Dia perhatikan. "Pakaianmu tidaklah menjadi buruk di tubuhmu dan kakimu tidaklah menjadi bengkak selama empat puluh tahun ini." (Ulangan 8:4).
Meski telah mengecap kebaikan Tuhan secara luar biasa, bangsa Israel masih sulit mengucap syukur. pandangan mereka hanya terarah pada roti (berkat) atau perkara-perkara lahiriah saja. Ketika mengalami masalah sedikit saja mereka langsung memberontak kepada Tuhan. Itulah sebabnya Tuhan membawa mereka ke padang gurun untuk proses pendewasaan. Bukannya Tuhan bermaksud jahat atas bangsa ini, tetapi Tuhan hendak mengajar supaya mereka sadar bahwa kehidupan ini bukan hanya urusan perut atau makan minum melulu, tapi ada perkara rohani yang harus diperhatikan karena itu jauh lebih penting, yaitu bagaimana hubungan kita dengan Tuhan dan ketaatan kita melakukan firmanNya. Kadang Tuhan mengijinkan kesulitan dengan segala bentuknya dalam kehidupan kita sebagai bentuk disiplin. Juga melalui setiap kesulitan yang Tuhan ijinkan hadir dalam hidup kita Dia ingin melatih kita untuk benar-benar bergantung kepadaNya saja.
Mari camkan ini: "Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." Matius 4:4
Baca: Ulangan 10:12-22
"Sebab itu sunatlah hatimu dan janganlah lagi kamu tegar tengkuk." Ulangan 10:16
Adakah di antara kita yang tidak pernah megecap kebaikan Tuhan? Pastilah tak seorang pun di dunia ini yang tidak pernah mengalami dan merasakan kebaikan Tuhan dalam hidupnya. Daud juga mengakuinya, "Engkau Tuhanku, tidak ada yang baik bagiku selain Engkau!" (Mazmur 16:2). Sungguh, "Tuhan itu baik kepada semua orang," (Mazmur 145:9a).
Apa yang dialami bangsa Israel menjadi contoh nyata betapa Tuhan itu baik! Saat berjalan keluar meninggalkan negeri perbudakan (Mesir), tak sekali pun dibiarkanNya bangsa itu berjalan sendirian, Tuhan senantiasa menuntun dan menyertai mereka. Ketika mereka harus melewati padang gurun "Tuhan berjalan di depan mereka, pada siang hari dalam tiang awan untuk menuntun mereka di jalan, dan pada waktu malam dalam tiang api untuk menerangi mereka, sehingga mereka dapat berjalan siang dan malam. Dengan tidak beralih tiang awan itu tetap ada pada siang hari dan tiang api pada waktu malam di depan bangsa itu." (Keluaran 13:21-22). Kebaikan Tuhan tidak hanya sampai di situ, perihal makanan jasmani pun dicukupinya. "Orang Israel makan manna empat puluh tahun lamanya,..." (Keluaran 16:35), bahkan sandang pun Dia perhatikan. "Pakaianmu tidaklah menjadi buruk di tubuhmu dan kakimu tidaklah menjadi bengkak selama empat puluh tahun ini." (Ulangan 8:4).
Meski telah mengecap kebaikan Tuhan secara luar biasa, bangsa Israel masih sulit mengucap syukur. pandangan mereka hanya terarah pada roti (berkat) atau perkara-perkara lahiriah saja. Ketika mengalami masalah sedikit saja mereka langsung memberontak kepada Tuhan. Itulah sebabnya Tuhan membawa mereka ke padang gurun untuk proses pendewasaan. Bukannya Tuhan bermaksud jahat atas bangsa ini, tetapi Tuhan hendak mengajar supaya mereka sadar bahwa kehidupan ini bukan hanya urusan perut atau makan minum melulu, tapi ada perkara rohani yang harus diperhatikan karena itu jauh lebih penting, yaitu bagaimana hubungan kita dengan Tuhan dan ketaatan kita melakukan firmanNya. Kadang Tuhan mengijinkan kesulitan dengan segala bentuknya dalam kehidupan kita sebagai bentuk disiplin. Juga melalui setiap kesulitan yang Tuhan ijinkan hadir dalam hidup kita Dia ingin melatih kita untuk benar-benar bergantung kepadaNya saja.
Mari camkan ini: "Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." Matius 4:4
Saturday, January 8, 2011
SUDAHKAH KITA MEMBERI YANG TERBAIK?
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Januari 2011 -
Baca: Mazmur 4:1-9
"Persembahkanlah korban yang benar dan percayalah kepada Tuhan." Mazmur 4:6
Kepada umat Israel Tuhan berfirman, "Janganlah engkau mempersembahkan bagi Tuhan, Allahmu, lembu atau domba, yang ada cacatnya, atau sesuatu yang buruk; sebab yang demikian adalah kekejian bagi Tuhan Allahmu." (Ulangan 17:1). Di zaman Perjanjian Lama dulu, setiap kali bangsa Israel datang menghadap kepada Tuhan mereka harus selalu membawa persembahan berupa hewan korban. Tetapi tidak sembarang hewan persembahan itu berkenan di hati Tuhan. Jadi mereka harus membawa hewan-hewan yang terbaik: gemuk atau tambun, sehat dan tidak bercacat sebagai persembahan, karena Tuhan menyukai persembahan yang terbaik.
Di zaman anugerah ini kita tidak perlu membawa hewan korban dalam ibadah atau saat datang menghadap Tuhan. Lalu, apa yang kita bawa kepada Tuhan sebagai persembahan? Persembahan itu adalah hidup kita sendiri seperti yang disampaikan rasul Paulus kepada jemaat di Roma, "Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati." (Roma 12:1). Maka dari itu kita harus bisa menjaga hidup kita sesuai dengan kehendak Tuhan. Inilah yang Tuhan kehendaki: suatu kehidupan yang tidak bercacat cela. Yang terbaiklah yang harus kita persembahkan kepada Tuhan, karena Tuhan sudah terlebih dahulu memberikan yang terbaik bagi kita! Dikatakan, "Ia (Yesus) sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran." (1 Petrus 2:24)
Jadi, sebagai balasannya kita juga harus memberikan yang terbaik bagi Tuhan. Dengan cara apa? Dengan cara menyembah Dia dengan segenap hati, beribadah dengan sungguh-sungguh, dan juga melayani Dia dengan penuh komitmen. Banyak orang Kristen yang datang ke gereja hanya sebagai rutinitas semata, cuma duduk diam, memuji Tuhan tanpa ekspresi dan saat mendengarkan kotbah pun sambil bersenda gurau atau memainkan handphone. Itukah yang dinamakan memberikan yang terbaik?
Memberikan yang terbaik kepada Tuhan berarti tidak "...menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa....Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran." Roma 6:13
Baca: Mazmur 4:1-9
"Persembahkanlah korban yang benar dan percayalah kepada Tuhan." Mazmur 4:6
Kepada umat Israel Tuhan berfirman, "Janganlah engkau mempersembahkan bagi Tuhan, Allahmu, lembu atau domba, yang ada cacatnya, atau sesuatu yang buruk; sebab yang demikian adalah kekejian bagi Tuhan Allahmu." (Ulangan 17:1). Di zaman Perjanjian Lama dulu, setiap kali bangsa Israel datang menghadap kepada Tuhan mereka harus selalu membawa persembahan berupa hewan korban. Tetapi tidak sembarang hewan persembahan itu berkenan di hati Tuhan. Jadi mereka harus membawa hewan-hewan yang terbaik: gemuk atau tambun, sehat dan tidak bercacat sebagai persembahan, karena Tuhan menyukai persembahan yang terbaik.
Di zaman anugerah ini kita tidak perlu membawa hewan korban dalam ibadah atau saat datang menghadap Tuhan. Lalu, apa yang kita bawa kepada Tuhan sebagai persembahan? Persembahan itu adalah hidup kita sendiri seperti yang disampaikan rasul Paulus kepada jemaat di Roma, "Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati." (Roma 12:1). Maka dari itu kita harus bisa menjaga hidup kita sesuai dengan kehendak Tuhan. Inilah yang Tuhan kehendaki: suatu kehidupan yang tidak bercacat cela. Yang terbaiklah yang harus kita persembahkan kepada Tuhan, karena Tuhan sudah terlebih dahulu memberikan yang terbaik bagi kita! Dikatakan, "Ia (Yesus) sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran." (1 Petrus 2:24)
Jadi, sebagai balasannya kita juga harus memberikan yang terbaik bagi Tuhan. Dengan cara apa? Dengan cara menyembah Dia dengan segenap hati, beribadah dengan sungguh-sungguh, dan juga melayani Dia dengan penuh komitmen. Banyak orang Kristen yang datang ke gereja hanya sebagai rutinitas semata, cuma duduk diam, memuji Tuhan tanpa ekspresi dan saat mendengarkan kotbah pun sambil bersenda gurau atau memainkan handphone. Itukah yang dinamakan memberikan yang terbaik?
Memberikan yang terbaik kepada Tuhan berarti tidak "...menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa....Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran." Roma 6:13
Friday, January 7, 2011
KETIDAKSETIAAN BANGSA ISRAEL: Menjadi Orang Buangan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Januari 2011 -
Baca: 1 Tawarikh 9:1-13
"...sedang orang Yehuda telah diangkut ke dalam pembuangan ke Babel oleh karena perbuatan mereka yang tidak setia." 1 Tawarikh 9:1b
Bangsa Israel adalah bangsa yang paling beruntung dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain, karena bangsa Israel adalah bangsa pilihan Tuhan dan umat kepunyaanNya sendiri. Begitu luar biasanya Tuhan menuntun dan membela umatNya ini. Setiap kali mereka berperang melawan musuh, kemenangan menjadi milik bangsa Israel karena Tuhan ada di pihak mereka. Namun jika kita membaca ayat nas di atas, masa-masa kejayaan bangsa Israel sudah hilang lenyap. Kemegahan, kebesaran dan kejayaan Israel di masa-masa Salomo memerintah sepertinya hilang tak berbekas, tinggal puing-puing kehancuran, padahal pada waktu itu semua bangsa di dunia begitu mengagumi dan menghormatinya. Kini mereka tak berdaya dan takluk di tangan tentara-tentara Babel. Kerajaan Israel menjadi hancur dan semua penduduknya diangkut keluar dari Israel dan menjadi tawanan di Babel. Umat Israel harus menyandang status sebagai orang-orang buangan.
Nasib bangsa Israel kok begitu tragis? Tuhan kok tega melihat umatNya mengalami penderitaan heabat itu? Bukankah Tuhan pernah berkata kepada Musa, "Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir, dan Aku telah mendengar seruan mereka yang disebabkan oleh pengerah-pengerah mereka, ya, Aku mengetahui penderitaan mereka." ? (Keluaran 3:7). Apakah Tuhan sudah lupa? Di manakah kehebatan dan kuasa Tuhan yang selama ini dinyatakan atas Israel secara ajaib? Alkitab menyatakan bahwa "...orang Yehuda telah diangkut ke dalam pembuangan ke Babel oleh karena perbuatan mereka yang tidak setia."
Bangsa Israel mengalami kehancuran dan dipermalukan oleh bangsa lain karena ulah mereka sendiri. Mereka tidak taat kepada Tuhan, bahkan hati mereka telah condong kepada ilah-ilah lain; padahal Tuhan sudah sangat sabar terhadap mereka, tapi kesabaran Tuhan malah mereka salah-gunakan, bahkan mereka semakin menjauh dari jalan-jalanNya. Berkali-kali Tuhan sudah menegur bangsa Israel tapi tidak membuat mereka bertobat. Sampai-sampai Tuhan menyebut mereka sebagai "...bangsa yang tegar tengkuk." (baca Ulangan 9:13). Karena ketidaksetiaannya, Tuhan meninggalkan mereka, sehingga mereka pun dengan mudah dikalahkan dan ditawan oleh Babel.
Jadilah orang Kristen yang setia kepada Tuhan, jangan memberontak!
Baca: 1 Tawarikh 9:1-13
"...sedang orang Yehuda telah diangkut ke dalam pembuangan ke Babel oleh karena perbuatan mereka yang tidak setia." 1 Tawarikh 9:1b
Bangsa Israel adalah bangsa yang paling beruntung dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain, karena bangsa Israel adalah bangsa pilihan Tuhan dan umat kepunyaanNya sendiri. Begitu luar biasanya Tuhan menuntun dan membela umatNya ini. Setiap kali mereka berperang melawan musuh, kemenangan menjadi milik bangsa Israel karena Tuhan ada di pihak mereka. Namun jika kita membaca ayat nas di atas, masa-masa kejayaan bangsa Israel sudah hilang lenyap. Kemegahan, kebesaran dan kejayaan Israel di masa-masa Salomo memerintah sepertinya hilang tak berbekas, tinggal puing-puing kehancuran, padahal pada waktu itu semua bangsa di dunia begitu mengagumi dan menghormatinya. Kini mereka tak berdaya dan takluk di tangan tentara-tentara Babel. Kerajaan Israel menjadi hancur dan semua penduduknya diangkut keluar dari Israel dan menjadi tawanan di Babel. Umat Israel harus menyandang status sebagai orang-orang buangan.
Nasib bangsa Israel kok begitu tragis? Tuhan kok tega melihat umatNya mengalami penderitaan heabat itu? Bukankah Tuhan pernah berkata kepada Musa, "Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir, dan Aku telah mendengar seruan mereka yang disebabkan oleh pengerah-pengerah mereka, ya, Aku mengetahui penderitaan mereka." ? (Keluaran 3:7). Apakah Tuhan sudah lupa? Di manakah kehebatan dan kuasa Tuhan yang selama ini dinyatakan atas Israel secara ajaib? Alkitab menyatakan bahwa "...orang Yehuda telah diangkut ke dalam pembuangan ke Babel oleh karena perbuatan mereka yang tidak setia."
Bangsa Israel mengalami kehancuran dan dipermalukan oleh bangsa lain karena ulah mereka sendiri. Mereka tidak taat kepada Tuhan, bahkan hati mereka telah condong kepada ilah-ilah lain; padahal Tuhan sudah sangat sabar terhadap mereka, tapi kesabaran Tuhan malah mereka salah-gunakan, bahkan mereka semakin menjauh dari jalan-jalanNya. Berkali-kali Tuhan sudah menegur bangsa Israel tapi tidak membuat mereka bertobat. Sampai-sampai Tuhan menyebut mereka sebagai "...bangsa yang tegar tengkuk." (baca Ulangan 9:13). Karena ketidaksetiaannya, Tuhan meninggalkan mereka, sehingga mereka pun dengan mudah dikalahkan dan ditawan oleh Babel.
Jadilah orang Kristen yang setia kepada Tuhan, jangan memberontak!
Thursday, January 6, 2011
JANJI TUHAN: Tak Pernah DiingkariNya
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Januari 2011 -
Baca: Mazmur 119:33-40
"Teguhkanlah pada hamba-Mu ini janji-Mu, yang berlaku bagi orang yang takut kepada-Mu." Mazmur 119:38
Daud memiliki pengalaman yang luar biasa bersama Tuhan. Pertolongan, pemulihan, pemeliharaan dan kemenangan senantiasa mengikuti perjalanan hidupnya. Daud menyadari bahwa semua itu karena campur tangan Tuhan! Walaupun demikian, bukan berarti hari-hari Daud bebas dari masalah. Masa-masa yang sangat sulit juga harus dijalaninya, tapi dia tetap meneguhkan hatinya kepada setiap janji Tuhan. Daud berkata, "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku." (Mazmur 23:4). Dan sungguh terbukti janji Tuhan itu ya dan amin.
Daud begitu mensyukuri segala yang dikerjakan Tuhan dalam hidupnya. Siapa sangka, anak yang mungkin diabaikan dan diremehkan keluarganya, yang hanya ditugaskan untuk menggembalakan domba di padang, sanggup diangkat oleh Tuhan menjadi orang nomor satu di Israel: Daud dipilih Tuhan untuk menggantikan Saul sebagai raja. Inilah ungkapan syukur Daud yang tak terkira: "Siapakah aku ini, ya Tuhan Allah, dan siapakah keluargaku, sehingga Engkau membawa aku sampai sedemikian ini?" (1 Tawarikh 17:16). Dalam mazmurnya Daud berkata, "Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu," (Mazmur 119:11a) dan "Betapa manisnya janji-mu itu bagi langit-langitku, lebih dari pada madu bagi mulutku." (Mazmur 119:103). Meski terkadang Tuhan mengijinkan hal-hal buruk (menurut pemikiran manusia) terjadi, Daud tetap dapat berkata bahwa Tuhan itu baik. Ia meyakini bahwa segala yang dirancangkan Tuhan itu baik adanya. Tuhan menjanjikan perkara-perkara yang baik atas kehidupan umatNya. Dia tidak berjanji bahwa dalam hidup ini tidak ada masalah, namun tanganNya senantiasa menuntun kita dan janjiNya menyelamatkan kita.
Jadi, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak bersyukur; tidak ada alasan untuk mengeluh, mengomel, bersungut-sungut, apalagi sampai menyalahkan Tuhan. Oleh karena itu buanglah semua kekuatiran dan keputusasaan! Renungkan firman Tuhan itu siang dan malam, maka iman kita akan berakar kuat di dalam Dia, dan kita pun dimampukan menghadapi segala perkara.
"...Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus." Filipi 1:6
Baca: Mazmur 119:33-40
"Teguhkanlah pada hamba-Mu ini janji-Mu, yang berlaku bagi orang yang takut kepada-Mu." Mazmur 119:38
Daud memiliki pengalaman yang luar biasa bersama Tuhan. Pertolongan, pemulihan, pemeliharaan dan kemenangan senantiasa mengikuti perjalanan hidupnya. Daud menyadari bahwa semua itu karena campur tangan Tuhan! Walaupun demikian, bukan berarti hari-hari Daud bebas dari masalah. Masa-masa yang sangat sulit juga harus dijalaninya, tapi dia tetap meneguhkan hatinya kepada setiap janji Tuhan. Daud berkata, "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku." (Mazmur 23:4). Dan sungguh terbukti janji Tuhan itu ya dan amin.
Daud begitu mensyukuri segala yang dikerjakan Tuhan dalam hidupnya. Siapa sangka, anak yang mungkin diabaikan dan diremehkan keluarganya, yang hanya ditugaskan untuk menggembalakan domba di padang, sanggup diangkat oleh Tuhan menjadi orang nomor satu di Israel: Daud dipilih Tuhan untuk menggantikan Saul sebagai raja. Inilah ungkapan syukur Daud yang tak terkira: "Siapakah aku ini, ya Tuhan Allah, dan siapakah keluargaku, sehingga Engkau membawa aku sampai sedemikian ini?" (1 Tawarikh 17:16). Dalam mazmurnya Daud berkata, "Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu," (Mazmur 119:11a) dan "Betapa manisnya janji-mu itu bagi langit-langitku, lebih dari pada madu bagi mulutku." (Mazmur 119:103). Meski terkadang Tuhan mengijinkan hal-hal buruk (menurut pemikiran manusia) terjadi, Daud tetap dapat berkata bahwa Tuhan itu baik. Ia meyakini bahwa segala yang dirancangkan Tuhan itu baik adanya. Tuhan menjanjikan perkara-perkara yang baik atas kehidupan umatNya. Dia tidak berjanji bahwa dalam hidup ini tidak ada masalah, namun tanganNya senantiasa menuntun kita dan janjiNya menyelamatkan kita.
Jadi, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak bersyukur; tidak ada alasan untuk mengeluh, mengomel, bersungut-sungut, apalagi sampai menyalahkan Tuhan. Oleh karena itu buanglah semua kekuatiran dan keputusasaan! Renungkan firman Tuhan itu siang dan malam, maka iman kita akan berakar kuat di dalam Dia, dan kita pun dimampukan menghadapi segala perkara.
"...Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus." Filipi 1:6
Wednesday, January 5, 2011
BAGAIMANA SUPAYA TETAP BERSUKACITA?
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Januari 2011 -
Baca: Mazmur 113:1-9
"Ia (Tuhan-Red.) menegakkan orang yang hina dari dalam debu dan mengangkat orang yang miskin dari lumpur." Mazmur 113:7
Hari-hari ini banyak orang kehilangan sukacita karena peliknya masalah yang dialami. Ada yang berkata, "Bagaimana saya bisa bersukacita, penghasilan saja pas-pasan, sedangkan biaya sekolah untuk anak-anak mahal. Bagaimana saya bisa bersukacita, tinggal saja di kos-kosan ukuran 5S (sangat sempit sekali sampai sumpek). Bagaimana saya bisa bersukacita, di usia yang sudah di atas 30 tahun belum juga menemukan jodoh." Seringkali keadaan dan situasi yang ada begitu mempengaruhi kondisi hati kita. Sebaliknya, ada juga orang yang punya uang banyak dan tinggal di kawasan elite tapi hatinya tetap tidak ada sukacita. Selalu saja ada rasa was-was atau kuatir. Ternyata, memiliki uang atau kekayaan melimpah tidak menjamin seseorang merasakan sukacita, karena uang tidak bisa membeli sukacita.
Sebagai orang percaya tidak seharusnya kita kehilangan sukacita, meski situasinya mungkin tidak mendukung. Tuhan menghendaki agar kita senantiasa memiliki sukacita di segala situasi, entah itu susah atau senang, punya duit ato bokek, karena sukacita adalah kekuatan untuk menghadapi setiap tantangan hidup. Ada pun kunci untuk tetap mengalami sukacita adalah bermula dari pikiran kita, karena "...seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah ia." (Amsal 23:7a). Pertama-tama, kita harus tanamkan dalam hati dan pikiran kita bahwa: 1. Kita punya Tuhan yang dahsyat. Pemazmur berkata, "Sebab Tuhan, Yang Mahatinggi adalah dahsyat, Raja yang besar atas seluruh bumi. Ia menaklukkan bangsa-bangsa ke bawah kuasa kita, suku-suku bangsa ke bawah kaki kita," (Mazmur 47:3-4). Sebesar apa pun masalah yang kita alami, serahkan semuanya pada Tuhan, Dia pasti sanggup menolong kita karena kuasaNya tak terbatas. 2. Masalah adalah proses pendewasaan iman. Jika kita diijinkan mengalami masalah, berarti Tuhan sedang mendidik kita supaya kita makin dewasa di dalam iman. Jadi, tetaplah bersukacita! Seperti dikatakan, "Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas." (Ayub 23:10). 3. Ada Roh Kudus yang senantiasa memberi kekuatan dan penghiburan kepada kita.
Oleh sebab itu mari kita jalani hari dengan penuh sukacita, karena kita punya Tuhan yang dahsyat dan Roh Kudus yang senantiasa menopang!
Baca: Mazmur 113:1-9
"Ia (Tuhan-Red.) menegakkan orang yang hina dari dalam debu dan mengangkat orang yang miskin dari lumpur." Mazmur 113:7
Hari-hari ini banyak orang kehilangan sukacita karena peliknya masalah yang dialami. Ada yang berkata, "Bagaimana saya bisa bersukacita, penghasilan saja pas-pasan, sedangkan biaya sekolah untuk anak-anak mahal. Bagaimana saya bisa bersukacita, tinggal saja di kos-kosan ukuran 5S (sangat sempit sekali sampai sumpek). Bagaimana saya bisa bersukacita, di usia yang sudah di atas 30 tahun belum juga menemukan jodoh." Seringkali keadaan dan situasi yang ada begitu mempengaruhi kondisi hati kita. Sebaliknya, ada juga orang yang punya uang banyak dan tinggal di kawasan elite tapi hatinya tetap tidak ada sukacita. Selalu saja ada rasa was-was atau kuatir. Ternyata, memiliki uang atau kekayaan melimpah tidak menjamin seseorang merasakan sukacita, karena uang tidak bisa membeli sukacita.
Sebagai orang percaya tidak seharusnya kita kehilangan sukacita, meski situasinya mungkin tidak mendukung. Tuhan menghendaki agar kita senantiasa memiliki sukacita di segala situasi, entah itu susah atau senang, punya duit ato bokek, karena sukacita adalah kekuatan untuk menghadapi setiap tantangan hidup. Ada pun kunci untuk tetap mengalami sukacita adalah bermula dari pikiran kita, karena "...seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah ia." (Amsal 23:7a). Pertama-tama, kita harus tanamkan dalam hati dan pikiran kita bahwa: 1. Kita punya Tuhan yang dahsyat. Pemazmur berkata, "Sebab Tuhan, Yang Mahatinggi adalah dahsyat, Raja yang besar atas seluruh bumi. Ia menaklukkan bangsa-bangsa ke bawah kuasa kita, suku-suku bangsa ke bawah kaki kita," (Mazmur 47:3-4). Sebesar apa pun masalah yang kita alami, serahkan semuanya pada Tuhan, Dia pasti sanggup menolong kita karena kuasaNya tak terbatas. 2. Masalah adalah proses pendewasaan iman. Jika kita diijinkan mengalami masalah, berarti Tuhan sedang mendidik kita supaya kita makin dewasa di dalam iman. Jadi, tetaplah bersukacita! Seperti dikatakan, "Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas." (Ayub 23:10). 3. Ada Roh Kudus yang senantiasa memberi kekuatan dan penghiburan kepada kita.
Oleh sebab itu mari kita jalani hari dengan penuh sukacita, karena kita punya Tuhan yang dahsyat dan Roh Kudus yang senantiasa menopang!
Tuesday, January 4, 2011
TIDAK SIA-SIA MENGIKUT KRISTUS (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Januari 2011 -
Baca: Ulangan 28:1-14
"Diberkatilah engkau pada waktu masuk dan diberkatilah engkau pada waktu keluar." Ulangan 28:6
Sekali lagi firman Tuhan menegaskan: upah disediakan bagi orang percaya. Mari camkan itu baik-baik. Musa rela meninggalkan segala kesenangan duniawi demi memenuhi panggilan Tuhan dalam hidupnya. Begitu juga rasul Paulus yang berani berkata, "...bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan." (Filipi 1:21) dan "Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus," (Filipi 3:8).
Aku pun upah yang disediakan Tuhan bagi setiap orang percaya itu memiliki dua dimensi waktu yaitu dimensi hari ini: saat kita masih hidup di dunia, dan dimensi yang akan datang: setelah kita meninggalkan dunia ini. Upah yang tersedia bagi setiap kita orang percaya, di antaranya adalah: 1. Beroleh jawaban doa. Tuhan Yesus berkata, "Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya." (Yohanes 15:7). Janji Tuhan adalah ya dan amin. Bila saat ini kita sedang mengalami pergumulan yang berat, berserulah kepada Tuhan, maka Ia akan menjawab dan menolong kita. 2. Kehidupan kita dipulihkan. Tertulis: "Segala berkat ini akan datang kepadamu dan menjadi bagianmu, jika engkau mendengarkan suara Tuhan, Allahmu:" (Ulangan 28:2) dan "Tuhan akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah Tuhan, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia," (Ulangan 28:13). 3. Menjadi berkat bagi sesama. Dikatakan, "Dan kalau dahulu kamu telah menjadi kutuk di antara bangsa-bangsa, hai kaum Yehuda dan kaum Israel, maka sekarang Aku akan menyelamatkan kamu, sehingga kamu menjadi berkat. Janganlah takut, kuatkanlah hatimu!" (Zakharia 8:13). Karena penebusan Kristus di atas kayu salib, kita diselamatkan dan menjadi orang-orang yang berkemenangan, karena segala kutuk telah dipatahkan di dalam Dia. 4. Kita akan memerintah bersama Kristus (baca Wahyu 20:4).
Apa pun yang terjadi dalam hidup kita, jangan meninggalkan Tuhan, karena besar upah yang menanti bagi kita yang tetap setia sampai pada kesudahannya!
Baca: Ulangan 28:1-14
"Diberkatilah engkau pada waktu masuk dan diberkatilah engkau pada waktu keluar." Ulangan 28:6
Sekali lagi firman Tuhan menegaskan: upah disediakan bagi orang percaya. Mari camkan itu baik-baik. Musa rela meninggalkan segala kesenangan duniawi demi memenuhi panggilan Tuhan dalam hidupnya. Begitu juga rasul Paulus yang berani berkata, "...bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan." (Filipi 1:21) dan "Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus," (Filipi 3:8).
Aku pun upah yang disediakan Tuhan bagi setiap orang percaya itu memiliki dua dimensi waktu yaitu dimensi hari ini: saat kita masih hidup di dunia, dan dimensi yang akan datang: setelah kita meninggalkan dunia ini. Upah yang tersedia bagi setiap kita orang percaya, di antaranya adalah: 1. Beroleh jawaban doa. Tuhan Yesus berkata, "Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya." (Yohanes 15:7). Janji Tuhan adalah ya dan amin. Bila saat ini kita sedang mengalami pergumulan yang berat, berserulah kepada Tuhan, maka Ia akan menjawab dan menolong kita. 2. Kehidupan kita dipulihkan. Tertulis: "Segala berkat ini akan datang kepadamu dan menjadi bagianmu, jika engkau mendengarkan suara Tuhan, Allahmu:" (Ulangan 28:2) dan "Tuhan akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah Tuhan, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia," (Ulangan 28:13). 3. Menjadi berkat bagi sesama. Dikatakan, "Dan kalau dahulu kamu telah menjadi kutuk di antara bangsa-bangsa, hai kaum Yehuda dan kaum Israel, maka sekarang Aku akan menyelamatkan kamu, sehingga kamu menjadi berkat. Janganlah takut, kuatkanlah hatimu!" (Zakharia 8:13). Karena penebusan Kristus di atas kayu salib, kita diselamatkan dan menjadi orang-orang yang berkemenangan, karena segala kutuk telah dipatahkan di dalam Dia. 4. Kita akan memerintah bersama Kristus (baca Wahyu 20:4).
Apa pun yang terjadi dalam hidup kita, jangan meninggalkan Tuhan, karena besar upah yang menanti bagi kita yang tetap setia sampai pada kesudahannya!
Monday, January 3, 2011
TIDAK SIA-SIA MENGIKUT KRISTUS (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Januari 2011 -
Baca: Markus 10:28-31
"...dan pada zaman yang akan datang ia (yang meninggalkan semuanya dan mengikuti Kristus-Red). akan menerima hidup yang kekal." Markus 10:30
Di setiap masa selalu banyak orang Kristen kehilangan semangat dalam pengiringannya kepada Tuhan. Mereka tidak lagi antusias terhadap perkara-perkara rohani. Apa penyebabnya? Mereka berpikir bahwa dengan menjadi pengikut Kristus akan terbebas dari masalah, kesulitan atau penderitaan. Kenyataannya? Masalah demi masalah, ujian demi ujian harus mereka alami, sementara kehidupan orang-orang di luar Tuhan sepertinya enak, lancar, fine-fine saja. Kita benar-benar dibuat iri dan cemburu bila memperhatikan mereka. Hal ini juga dialami oleh pemazmur. "...aku cemburu kepada pembual-pembual, kalau aku melihat kemujuran orang-orang fasik." (Mazmur 73:3). Mungkin kita bertanya dalam hati apa upah kita mengikut Kristus seperti yang Petrus sampaikan kepada Tuhan Yesus. Lalu, sia-siakah kita mengikut Tuhan?
Rasul Paulus memberi nasihat, "...saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia." (1 Korintus 15:58). Tuhan Yesus menegaskan pula bahwa ada upah yang Dia sediakan bagi orang-orang yang setia mengiring Tuhan, "orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal." (Markus 10:30). Bila kita menyadari ada upah yang disediakan Tuhan bagi setiap orang yang percaya, maka tidak seharusnya kita menjadi lemah, kecut dan tawar hati. Justru kita harus makin sungguh-sungguh dan giat melayani pekerjaan Tuhan.
Selagi waktu dan kesempatan masih ada, jangan pernah sia-siakan. Mari kita maksimalkan setiap potensi atau talenta yang sudah diberikan Tuhan bagi kita karena pada saatnya kita harus mempertanggungjawabkannya di hadapan Tuhan. Musa rela meninggalkan istana Firaun dan segala kemegahannya demi memenuhi panggilan Tuhan, meski harus menderita sengsara bersama umat Israel di padang gurun. Bagi Musa, beroleh kepercayaan untuk memimpin umat Israel dan melayani Tuhan itu "...sebagai kekayaan yang lebih besar dari pada semua harta Mesir, sebab pandangannya ia arahkan kepada upah." (Ibrani 11:26). (Bersambung)
Baca: Markus 10:28-31
"...dan pada zaman yang akan datang ia (yang meninggalkan semuanya dan mengikuti Kristus-Red). akan menerima hidup yang kekal." Markus 10:30
Di setiap masa selalu banyak orang Kristen kehilangan semangat dalam pengiringannya kepada Tuhan. Mereka tidak lagi antusias terhadap perkara-perkara rohani. Apa penyebabnya? Mereka berpikir bahwa dengan menjadi pengikut Kristus akan terbebas dari masalah, kesulitan atau penderitaan. Kenyataannya? Masalah demi masalah, ujian demi ujian harus mereka alami, sementara kehidupan orang-orang di luar Tuhan sepertinya enak, lancar, fine-fine saja. Kita benar-benar dibuat iri dan cemburu bila memperhatikan mereka. Hal ini juga dialami oleh pemazmur. "...aku cemburu kepada pembual-pembual, kalau aku melihat kemujuran orang-orang fasik." (Mazmur 73:3). Mungkin kita bertanya dalam hati apa upah kita mengikut Kristus seperti yang Petrus sampaikan kepada Tuhan Yesus. Lalu, sia-siakah kita mengikut Tuhan?
Rasul Paulus memberi nasihat, "...saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia." (1 Korintus 15:58). Tuhan Yesus menegaskan pula bahwa ada upah yang Dia sediakan bagi orang-orang yang setia mengiring Tuhan, "orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal." (Markus 10:30). Bila kita menyadari ada upah yang disediakan Tuhan bagi setiap orang yang percaya, maka tidak seharusnya kita menjadi lemah, kecut dan tawar hati. Justru kita harus makin sungguh-sungguh dan giat melayani pekerjaan Tuhan.
Selagi waktu dan kesempatan masih ada, jangan pernah sia-siakan. Mari kita maksimalkan setiap potensi atau talenta yang sudah diberikan Tuhan bagi kita karena pada saatnya kita harus mempertanggungjawabkannya di hadapan Tuhan. Musa rela meninggalkan istana Firaun dan segala kemegahannya demi memenuhi panggilan Tuhan, meski harus menderita sengsara bersama umat Israel di padang gurun. Bagi Musa, beroleh kepercayaan untuk memimpin umat Israel dan melayani Tuhan itu "...sebagai kekayaan yang lebih besar dari pada semua harta Mesir, sebab pandangannya ia arahkan kepada upah." (Ibrani 11:26). (Bersambung)
Sunday, January 2, 2011
UPAH KETAATAN: Penyertaan dan Pembelaan Tuhan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Januari 2011 -
Baca: 2 Raja-Raja 18:1-8
"Maka Tuhan menyertai dia (Hizkia-Red.) ke mana pun juga ia pergi berperang, ia beruntung. Ia memberontak kepada raja Asyur dan tidak lagi takluk kepadanya." 2 Raja-Raja 18:7
Hizkia adalah raja Yehuda. "Ia berumur dua puluh lima tahun pada waktu ia menjadi raja dan dua puluh sembilan tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem." (ayat 2a). Meski terhitung masih muda Hizkia memiliki hati yang takut akan Tuhan. Artinya taat melakukan kehendak Tuhan, hidup benar seperti bapa leluhurnya (Daud). Ketaatan dan kesungguhan hati Hizkia kepada Tuhan terlihat jelas. Ia "...menjauhkan bukit-bukit pengorbanan dan yang meremukkan tugu-tugu berhala dan yang menebang tiang-tiang berhala dan yang menghancurkan ular tembaga yang dibuat Musa, sebab sampai pada masa itu orang Israel memang masih membakar korban bagi ular itu yang namanya disebut Neustan." (ayat 4). Sebagaimana "...setiap pelanggaran dan ketidaktaatan mendapat balasan yang setimpal," (Ibrani 2:2b), maka ketaatan dan kesungguhan seseorang kepada Tuhan pasti juga mendapatkan upah atau balasan.
Karena ketaatannya Hizkia senantiasa disertai Tuhan ke mana pun ia pergi. Meski begitu bukan berarti perjalanan hidupNya bebas dari masalah atau pencobaan. Dalam masa pemerintahannya Hizkia harus menghadapi ujian berat. Suatu ketika "...datanglah Sanherib, raja Asyur, menyerbu Yehuda. Ia mengepung kota-kota berkubu, dan berniat merebutnya." (2 Tawarikh 32:1). Mengapa Tuhan mengijinkan hal ini terjadi? Ingat! Selalu ada rencanaNya yang indah di balik setiap peristiwa yang terjadi di dalam kehidupan orang percaya, seperti tertulis: "...Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia," (Roma 8:28a).
Melalui peristiwa itu Hizkia dan seluruh rakyat Yehuda memiliki pengalaman rohani bersama Tuhan. Ketika mereka "...berpaut kepada Tuhan, dan tidak menyimpang dari pada mengikuti Dia dan ia berpegang pada perintah-perintah Tuhan yang telah diperintahkan-Nya kepada Musa." (2 Raja-Raja 18:6), apa saja yang mereka perbuat dijadikanNya berhasil dan beruntung. Inilah kunci kemenangan Hizkia! Hari-hari ke depan di tahun 2011 tidak semakin mudah, tantangan dan ujian akan semakin berat. Namun tidak ada alasan bagi kita menjadi lemah, apalagi putus asa.
Sebagai anak-anakNya kita akan dijaga dan dipelihara Tuhan seperti biji mataNya sendiri, asal kita mengerjakan bagian kita yaitu hidup taat seperti Hizkia!
Baca: 2 Raja-Raja 18:1-8
"Maka Tuhan menyertai dia (Hizkia-Red.) ke mana pun juga ia pergi berperang, ia beruntung. Ia memberontak kepada raja Asyur dan tidak lagi takluk kepadanya." 2 Raja-Raja 18:7
Hizkia adalah raja Yehuda. "Ia berumur dua puluh lima tahun pada waktu ia menjadi raja dan dua puluh sembilan tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem." (ayat 2a). Meski terhitung masih muda Hizkia memiliki hati yang takut akan Tuhan. Artinya taat melakukan kehendak Tuhan, hidup benar seperti bapa leluhurnya (Daud). Ketaatan dan kesungguhan hati Hizkia kepada Tuhan terlihat jelas. Ia "...menjauhkan bukit-bukit pengorbanan dan yang meremukkan tugu-tugu berhala dan yang menebang tiang-tiang berhala dan yang menghancurkan ular tembaga yang dibuat Musa, sebab sampai pada masa itu orang Israel memang masih membakar korban bagi ular itu yang namanya disebut Neustan." (ayat 4). Sebagaimana "...setiap pelanggaran dan ketidaktaatan mendapat balasan yang setimpal," (Ibrani 2:2b), maka ketaatan dan kesungguhan seseorang kepada Tuhan pasti juga mendapatkan upah atau balasan.
Karena ketaatannya Hizkia senantiasa disertai Tuhan ke mana pun ia pergi. Meski begitu bukan berarti perjalanan hidupNya bebas dari masalah atau pencobaan. Dalam masa pemerintahannya Hizkia harus menghadapi ujian berat. Suatu ketika "...datanglah Sanherib, raja Asyur, menyerbu Yehuda. Ia mengepung kota-kota berkubu, dan berniat merebutnya." (2 Tawarikh 32:1). Mengapa Tuhan mengijinkan hal ini terjadi? Ingat! Selalu ada rencanaNya yang indah di balik setiap peristiwa yang terjadi di dalam kehidupan orang percaya, seperti tertulis: "...Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia," (Roma 8:28a).
Melalui peristiwa itu Hizkia dan seluruh rakyat Yehuda memiliki pengalaman rohani bersama Tuhan. Ketika mereka "...berpaut kepada Tuhan, dan tidak menyimpang dari pada mengikuti Dia dan ia berpegang pada perintah-perintah Tuhan yang telah diperintahkan-Nya kepada Musa." (2 Raja-Raja 18:6), apa saja yang mereka perbuat dijadikanNya berhasil dan beruntung. Inilah kunci kemenangan Hizkia! Hari-hari ke depan di tahun 2011 tidak semakin mudah, tantangan dan ujian akan semakin berat. Namun tidak ada alasan bagi kita menjadi lemah, apalagi putus asa.
Sebagai anak-anakNya kita akan dijaga dan dipelihara Tuhan seperti biji mataNya sendiri, asal kita mengerjakan bagian kita yaitu hidup taat seperti Hizkia!
Saturday, January 1, 2011
2011. Kunci Mengalami dan Menikmati Janji Tuhan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Januari 2011 -
Baca: Yakobus 5:7-11
"Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi." Yakobus 5:7b
Puji Tuhan! Hari ini kita masih diberi kesempatan oleh Tuhan menikmati cerahnya mentari pagi. Ya...langkah kaki kita telah menapaki hari pertama di tahun yang baru, 2011. Selamat tinggal tahun 2010, kita sambut tahun baru 2011! Hingar-bingar pesta kembang api telah usai. Lembaran tahun 2010 telah kita tutup dan hari ini kita mulai membuka lembaran baru tahun 2011. Adalah percuma meratapi kegagalan-kegagalan kemarin. Kini saatnya kita mengarahkan pandangan ke depan dan menata langkah baru seperti yang dilakukan Paulus. "...aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah," (Filipi 3:13b, 14a). Mari jadikan tahun 2011 sebagai tahun di mana kita akan mengalami dan menikmati janji Tuhan dalam kehidupan kita.
Ada hal-hal yang harus kita perhatikan untuk meraih janjinya itu: Pertama, kita harus punya kesabaran. Dikatakan, "Kamu juga harus bersabar dan harus meneguhkan hatimu, karena kedatangan Tuhan sudah dekat!" (Yakobus 5:8). Sabar berarti tidak lagi mengomel atau bersungut-sungut, apa pun keadaannya. Kita bisa belajar dari petani, "...ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi." Para petani harus sabar menunggu hingga musim panen tiba. Dalam masa penantian itu bukan berarti petani diam dan berpangku tangan saja. Sebaliknya mereka tetap bekerja, bahkan lebih keras lagi: mengairi tanaman, memberi pupuk membersihkan gulma dan juga memberantas hama. Panas terik, hujan lebat, petir atau halilintar tidak menyurutkan semangatnya! Ini berbicara tentang keteguhan hati. Teguh berarti setia, artinya tidak goyah dan tetap fokus pada janji Tuhan, karena pada saatnya kita akan menuai.
Kedua, kita harus bertekun seperti "...mereka yang telah bertekun;" (Yakobus 5:11). Perhatikan hidup Ayub, meski mengalami ujian dan penderitaan yang hebat dan berat, hatinya tetap berpaut kepada Tuhan karena dia tahu bahwa ujian terhadap iman "...menghasilkan ketekunan." (Yakobus 1:3). Karena ketekunannya hidup Ayub dipulihkan secara luar biasa (baca Ayub 42:10).
Mari kita jalani hari-hari di tahun 2011 ini dengan sabar dan tekun, yakinlah Dia membuat segala sesuatu indah pada waktuNya.
Baca: Yakobus 5:7-11
"Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi." Yakobus 5:7b
Puji Tuhan! Hari ini kita masih diberi kesempatan oleh Tuhan menikmati cerahnya mentari pagi. Ya...langkah kaki kita telah menapaki hari pertama di tahun yang baru, 2011. Selamat tinggal tahun 2010, kita sambut tahun baru 2011! Hingar-bingar pesta kembang api telah usai. Lembaran tahun 2010 telah kita tutup dan hari ini kita mulai membuka lembaran baru tahun 2011. Adalah percuma meratapi kegagalan-kegagalan kemarin. Kini saatnya kita mengarahkan pandangan ke depan dan menata langkah baru seperti yang dilakukan Paulus. "...aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah," (Filipi 3:13b, 14a). Mari jadikan tahun 2011 sebagai tahun di mana kita akan mengalami dan menikmati janji Tuhan dalam kehidupan kita.
Ada hal-hal yang harus kita perhatikan untuk meraih janjinya itu: Pertama, kita harus punya kesabaran. Dikatakan, "Kamu juga harus bersabar dan harus meneguhkan hatimu, karena kedatangan Tuhan sudah dekat!" (Yakobus 5:8). Sabar berarti tidak lagi mengomel atau bersungut-sungut, apa pun keadaannya. Kita bisa belajar dari petani, "...ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi." Para petani harus sabar menunggu hingga musim panen tiba. Dalam masa penantian itu bukan berarti petani diam dan berpangku tangan saja. Sebaliknya mereka tetap bekerja, bahkan lebih keras lagi: mengairi tanaman, memberi pupuk membersihkan gulma dan juga memberantas hama. Panas terik, hujan lebat, petir atau halilintar tidak menyurutkan semangatnya! Ini berbicara tentang keteguhan hati. Teguh berarti setia, artinya tidak goyah dan tetap fokus pada janji Tuhan, karena pada saatnya kita akan menuai.
Kedua, kita harus bertekun seperti "...mereka yang telah bertekun;" (Yakobus 5:11). Perhatikan hidup Ayub, meski mengalami ujian dan penderitaan yang hebat dan berat, hatinya tetap berpaut kepada Tuhan karena dia tahu bahwa ujian terhadap iman "...menghasilkan ketekunan." (Yakobus 1:3). Karena ketekunannya hidup Ayub dipulihkan secara luar biasa (baca Ayub 42:10).
Mari kita jalani hari-hari di tahun 2011 ini dengan sabar dan tekun, yakinlah Dia membuat segala sesuatu indah pada waktuNya.